Mohon tunggu...
Nurul Muslimin
Nurul Muslimin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang Biasa yang setia pada proses.

Lahir di Grobogan, 13 Mei 1973

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Banyak Jalan Menuju Cinta Lingkungan

17 Mei 2017   17:05 Diperbarui: 18 Mei 2017   08:03 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta dan setia pada lingkungan bisa dengan banyak hal yang bisa dilakukan. Bisa menanam pohon, menjaga kebersihan lingkungan, tidak merusak lingkungan, berdakwah tentang cinta lingkungan, dan lain sebagainya.

Mengajak untuk cinta lingkungan pun berbagai macam bentuk. Ada yang mengajak langsung untuk menanam pohon, membersihkan lingkungan, atau segala aktifitas yang mencerminkan cinta lingkungan.

Ada pula mengajak peduli lingkungan dengan media kreatif; bisa lukisan, film, iklan layanan masyarakat dan lain sebagainya.

Bagaimana Cinta Lingkungan ala Istimewa Creative Indonesia?

Kali ini ICI (Istimewa Creative Indonesia) mendapat kehormatan dari GIZ (Lembaga Jerman) untuk membuat film dokumenter yang terkait dengan sistem pencegahan kebakaran hutan di wilayah Desa Kepayang, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musibanyuasin, Palembang, Sumatera Selatan.

Ada dua (2) film yang kami kerjakan; yang Pertama, durasi 5 menit, tentang deskripsi sistem pemantauan hutan dengan pesawat UAV (Unmanned Aerial Vehicle).

Yang kedua, tentang pentingnya menjaga hutan dan alam secara umum dari kerusakan. Film durasi 10 menit ini dikemas secara khusus untuk anak-anak kita agar bisa menyerap pengetahuan tentang cinta alam melalui sebuah film. Kita tahu bahwa media film sekarang ini menjadi media yang sangat efektif untuk menyebarkan pesan-pesan moral kepada generasi muda kita.

Film yang diproduksi oleh GIZ ini didukung oleh beberapa lembaga, yakni: KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, Lembaga Kerjasama Indonesia-Jerman dan LAPAN (Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional).

Betapa luasnya wilayah hutan Indonesia. Tidak semua wilayah bisa dijangkau dengan mudah. Bahkan butuh berjam-jam untuk menjangkau pedalaman hutan Indonesia. Jika terjadi kebakaran hutan, sangat sulit untuk menjangkaunya. Padahal kecepatan api melalap kayu dan semak belukar hutan dalam satu hari bisa mencapai 1,5 km persegi luasnya! Maka dibutuhkan kecepatan pemantauan kondisi hutan secara near real time. Dengan pemantauan ini maka penanggulangan kebakaran hutan menjadi lebih cepat sebelum kebakaran melahap ratusan bahkan ribuan hektar.

Dengan teknologi UAV ini mampu menjawab tantangan tersebut. Dengan sistem yang telah dirancang sedemikian rupa, informasi tentang titik api, illegal logging dan berbagai macam kerusakan di hutan pedalaman akan terpantau secara near real time. Bahkan bermanfaat pula untuk mencari pesawat yang jatuh di dalam hutan belantara.

Seperti kita ketahui, bahwa hutan di Indonesia sangat luas, mencapai jutaan hektar. Tanpa sistem pemantauan yang baik, akan sangat sulit mendeteksi kejadian-kejadian yang ada di dalam hutan tersebut.

Wilayah yang kita bidik sebagai lokasi pembuatan film ini adalah di daerah Merang Kepayang, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Palembang, Provinsi Sumateta Selatan. Sebuah wilayah pelosok Indonesia yang penuh dengan hutan. Di sinilah terdapat kawasan hutan yang menjadi langganan kebakaran hutan tiap tahun.

Moda transportasi di Kepayang ini dominan dengan perahu kecil (orang palembang menyebutnya kethek), atau alat transportasi yang lebih cepat dengan speedboat.

Pertama kali kami mendarat di Palembang, saya kira untuk menempuh perjalanan ke Desa Kepayang hanya sekitar 2 sampai 3 jam dengan speedboat. Ternyata 6 jam! Belum lagi salah satu lokasi shootingnya di daerah hulu sungai, namanya Kampung Nuaran, masih kami tempuh 3 jam lagi dari Kepayang dengan menggunakan kethek (perahu kecil). Cukup melelahkan, tapi karena dengan niat menikmati kekayaan Indonesia, lelah menjadi terabaikan.

Satu hal lagi yang bagi kami cukup mengejutkan adalah, Kampung Nuaran ini masuk wilayah habitat harimau Sumatera! Cukup membuat kami shock ketika kethek kami melewati sebuah papan nama : "Anda memasuki wilayah habitat Harimau Sumatera". Binatang buas satu ini sudah terkenal pemangsa binatang ternak warga, maupun manusia!. Tapi, apapun situasi dan kondisinya, ini adalah bagian dari tugas dan kewajiban kami, sehingga dengan keberanian yang agak kami paksakan akhirnya kami tetap harus memasuki kawasan itu dengan mata yang waspada dan lantunan berjuta do'a.

Bagi warga Kepayang mungkin transportasi air sungai sudah terbiasa. Tapi bagi kami, begitu memasuki lingkungan bersungai, merasa seperti terisolasi. Sepertinya sangat jauh dari keramaian kota. Tapi apapun, kami bertekad untuk tetap menyelesaikan tugas mulia ini. Membuat sebuah film yang memuat pesan moral akan pentingnya memelihara hutan, agar anak-anak kita, generasi muda kita bisa melaksanakan, hal yang menjadi pesan kita tersebut.

Di sinilah, apapun yang kami lakukan terhadap alam, semoga menjadi tanda cinta kami terhadap alam dan menjadi perwujudan dari amanah Tuhan.

Semoga bermanfaat. ***

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun