Mohon tunggu...
nurul mufidah
nurul mufidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - teknik industri unair

PDB D-2.20

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kendaraan Bertenaga Listrik, Solusi atau Permasalahan Baru?

12 Juni 2022   16:20 Diperbarui: 12 Juni 2022   16:45 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggunaan kendaraan bertenaga listrik akhir--akhir ini mulai menjadi tren di kalangan masyarakat perkotaan dan beberapa juga sudah memasuki pedesaan. Melalui website resmi kementrian ESDM, disampaikan bahwa dalam tahun 2030 jumlah kendaraan beroda empat listrik yang digunakan di Indonesia ditargetkan sejumlah dua juta unit & 

kendaraan beroda dua listrik lebih kurang 13 juta unit. Pada tahun yang tersebut, rencana penyediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) hingga 30 ribu tempat dan untuk Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik (SPBKLU) 

akan disediakan sejumlah 67 ribu tempat (Kementrian ESDM, 2021). Pemerintah nampak sangat mendukung tren ini lantaran kendaraan bertenaga listrik dinilai lebih ramah lingkungan & bila penggunaannya di Indonesia sudah mampu menggeser minat masyarakat terhadap kendaraan berbahan bakar fosil maka impor BBM akan menurun & ketahanan tenaga nasional semakin meningkat.   

  Meskipun dipandang sebagai sebuah inovasi yang positif bagi masyarakat, kendaraan bertenaga listrik tidak sepenuhnya ramah lingkungan seperti yang digaungkan. Kita tahu bahwa listrik di Indonesia sebagian besar masih dihasilkan dengan bahan bakar batu bara dan konsumsi listrik meningkat terus--menerus setiap tahunnya. 

Berdasarkan data pada Jurnal Ilmiah yang disusun oleh Naufal (2020), konsumsi listrik di Indonesia mencapai sekitar 250 Tera Watt hour (TWh). Hal itu sangat berbeda dengan konsumsi listrik di Indonesia pada tahun 2001 yang kurang dari 100 TWh.

 Dengan diiringi jumlah penduduk yang terus mengalami peningkatan, target jumlah kendaraan listrik pada tahun 2030 tersebut akan sangat membebani anggaran pemerintah Indonesia dalam hal penyiapan tenaga listrik.

pikiranrakyat.com
pikiranrakyat.com

Meningkatnya penggunaan kendaraan bertenaga listrik tentu akan membuat konsumsi listrik semakin meningkat. Dan hal itu akan membuat penggunaan batu bara semakin masif. Dampak--dampak negatif dari penggunaan batu bara akan semakin buruk jika target tersebut terealisasi pada kondisi penyediaan tenaga listrik Indonesia yang masih seperti sekarang.

Kegiatan pertambangan batu bara adalah aktivitas yang melibatkan teknologi tinggi dan padat modal dengan waktu keberlangsungan yang cukup lama. Selain iu, ciri fundamental kegiatan tambang batu bara terkait dengan membuka lahan & mengganti bentang alam sebagai akibatnya memiliki potensi mengakibatkan imbas terhadap lingkungan.

Dampak tambang batu bara terhadap lingkungan yang paling nampak adalah bekas pertambangan batu bara akan meninggalkan lubang--lubang besar bekas galian yang tentunya menganggu ekosistem makhluk hidup disekitarnya. 

Padahal menurut ketentuan dalam AMDAL setiap perusahaan batu bara, lubang--lubang tersebut harusnya ditutup kembali melalui kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan. Namun, dalam penerapannya tak sedikit tambang yang melanggar ketentuan tersebut.

Tambang batu bara juga ikut andil dalam membuat kesuburan tanah di sekitar tambang menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan dalam pertambangan batu bara terdapat aktivitas pengupasan tanah  penutup (sub soil/overburden)

dan tanah pucuk (top soil) untuk memperoleh batu baranya. Meskipun tanah tersebut telah dikembalikan ke lubang tambang setelah diambil kandungan batu baranya, kandungan unsur haranya akan menjadi turun (Fitriyanti, 2016). Hal itu akan membuat tanah bekas tambang batu bara sulit untuk dimanfaatkan khususnya untuk kegiatan pertanian karena unsur hara sebagai zat penting yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh kurang.

Tak hanya itu, dampak lain penggunaan batu bara adalah pada kegiatan pembakarannya saat digunakan dalam pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Emisi gas buang yang dihasilkan dari cerobong PLTU dapat menjadi pembunuh senyap yang sangat berbahaya terhadap kesehatan dan lingkungan. 

Dari data yang dikeluarkan oleh tim peneliti Harvard University--Atmospheric Chemistry Modeling Group terjadi kematian dini sekitar 6.500 jiwa tiap tahunnya karena pulusi udara yang ditimbulkan oleh PLTU batu bara. Jumlah tersebut akan terus meningkat menjadi akan meningkat menjadi 15.700

 kematian tiap tahunnya jika pembangungan PLTU batu bara semakin banyak. Pada tahun 2008, pembakaran batu bara di Indonesia telah tercatat menghasilkan emisi sebanyak 50% dari emisi SO2 pada sektor energi, emisi PM10 sebanyak 30%, serta emisi NOx5 sebanyak 28% (Sabubu, 2020). Tentunya kondisi emisi sekarang lebih membahayakan lagi daripada pada tahun tersebut.

Dampak pembakaran batu bara terhadap lingkungan terkait dengan pelepasan miliaran ton karbon ke atmosfer dari hasil pembakarannya. Emisi karbon menjadi salah satu penyebab utama perubahan iklim di dunia. Apabila hal ini diteruskan, emisi karbon akan membuat suhu global semakin naik dan es lapisan es di kutub bumi semakin mencair. Hal ini menjadi ancaman yang semakin nyata dan harus segera ditangani.

Selain dampak--dampak terhadap lingkungan di atas, tren penggunaan kendaraan bertenaga listrik akan membuat kesediaan batu bara di Indonesia semakin menipis. Energi batu bara adalah salah satu energi yang non-- renewable sehingga suatu saat akan habis jika dipakai secara terus menerus. 

Dalam Jurnal Energi Baru & Terbarukan oleh Afin (2021), disampaikan bahwa cadangan batu bara Indonesia saat ini 37.604,66 juta ton. Jika kewajiban RUEN membatasi pembuatan batu bara hingga 400 juta ton per tahunnya, maka cadangan batu bara Indonesia 

diperkirakan dapat mencukupi untuk 97 tahun ke depan. Dengan produksi 616 juta ton batu bara pada 2019, cadangan batu bara Indonesia diperkirakan akan tersisa untuk 71 tahun ke depan. Namun, jika kebutuhan listrik semakin meningkat karena bertambahnya pengguna kendaraan bertenaga listrik, cadangan batu bara yang dimiliki Indonesia tentunya tidak akan bertahan hingga selama itu.

Jadi, meskipun sekarang ini kita memandang kendaraan bertenaga listrik sebagai sebuah terobosan baru yang ramah lingkungan, tentunya kita juga tetap harus memikirkan lagi mengenai dampak yang diakibatkan jika penggunaannya semakin luas. 

Peran kita selaku mahasiswa sebagai pemegang estafet pengelolaan bangsa di masa depan sangatlah dibutuhkan di sini. Apalagi mahasiswa merupakan pionir terhadap perkembangan teknologi yang ada di Indonesia. Kita diamanahi sebagai agent of change bagi bangsa kita untuk menjadi bangsa yang lebih unggul di bidang teknologi dan mampu bersaing dengan negara maju lainnya.

Sebelum mulai memperluas penggunaan kendaraan bertenaga listrik di Indonesia, seharusnya bangsa Indonesia perlu menyiapkan terlebih dulu sumber--sumber energi terbarukan atau alternatif yang dapat digunakan sebagai sumber daya pembangkit listrik dengan baik.

Penggunaan energi terbarukan sebagai pembangkit listrik harus bisa menggeser peran batu bara sebagai sumber energi listrik utama. Tugas kita sebagai mahasiswa adalah menyumbangkan tenaga dan pikiran kita ikut serta mewujudkan hal tersebut.

Mahasiswa harus mampu mencerdaskan bangsa dalam berbagai bidang karena peran pertingnya sebagai pengemban tugas knowledge transfer dari lingkungan kampus menuju masyarakat. Selain memikirkan mengenai bagaimana kita mendapatkan ilmu yang sebanyak--banyaknya,

kita juga harus bisa menerapkan ilmu yang telah kita peroleh untuk kebaikan. Karena tanpa adanya penerapan, ilmu yang kita peroleh itu bagaikan bilah pisau yang semakin tajam namun tak pernah digunakan untuk memotong sehingga akan sia sia.

Sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia tak hanya dibekali dengan kekayaan budaya dan alam yang melimpah saja, tetapi juga kekayaan sumber energi terbarukan. Sumber energi terbarukan ini meliputi matahari, angin, panas bumi, air (aliran), biomassa, gelombang laut, dan tenaga nuklir (Liun, 2011). Semua sumber energi tersebut tersedia secara melimpah dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.

Namun, potensi tersebut masih belum bisa optimal karena kurangnya tenaga ahli dan alat--alat yang kita perlukan masih kurang. Disinilah tugas kita sebagai mahasiswa yaitu harus mampu memenuhi kebutuhan tenaga ahli yang masih kurang dan mampu berinovasi untuk membuat alat--alat 

yang dibutuhkan dalam pembuatan pembangkit listrik energi terbarukan. Dalam hal ini, Indonesia dapat menjadikan negara China sebagai pandangan karena negara ini telah berhasil menduduki posisi teratas di dunia sebagai negara dengan pemanfaatan sumber energi terbarukan terbesar dengan kapasitas tenaga yang dihasilkan mencapai 695,9 Giga Watt (Nurlaila, 2019).

Berdasarkan pada kondisi ini, penulis memberikan beberapa solusi untuk megatasi permasalahan terkait ketersediaan listrik di era tren penggunaan kendaraan bertenaga listrik. Solusi tersebut antara lain adalah dengan membuat tempat Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk kendaraan listrik 

di sepanjang jalur pinggir pantai Indonesia yang dapat memanfaatkan energi angin atau energi gelombang laut sebagai tenaga pembangkit listriknya. Selain itu, dapat juga dibuat SPKLU di jalur sekitar pegunungan dengan memanfaatkan energi panas bumi dari gunung berapi 

 atau bisa juga dari air terjun yang biasanya banyak terdapat di pegunungan sebagai sumber tenaga pembangkit listriknya. Dan untuk daerah perkotaan yang mungkin jauh dari energi--energi di atas untuk pembangkit listrik, dapat dibuat SPKLU dengan memanfaatkan energi surya atau jika memungkinkan menggunakan energi nuklir dengan tetap memperhatikan keamanan dan keselamatan dalam prosesnya.

Usaha--usaha tersebut tentunya tidak hanya murni menjadi beban yang harus dipikul mahasiswa. Kita memerlukan bantuan masyarakat dan tentunya pemerintah agar semua gagasan tersebut dapat direalisasikan dengan baik. Sehingga, ketika rencana pemerintah terkait realisasi penggunaan kendaraan bertenaga listrik sudah tercapai, kebutuhan listrik di Indonesia telah siap untuk menerima inovasi  tersebut dengan matang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun