Ketukan Malam
Karya:Maharani
HAWA DINGIN pagi ini menembus masuk hingga asramaku.Kring... kring... kring... jam weker berwarna pink milik temanku telah berbunyi, jam menunjukkan pukul 02:30 WIB, segera kumatikan jam itu yang tepat berada di bawah kasurku. Selimut tebal yang melindungiku dari udara dingin pagi ini kulipat menjadi empat bagian, selesai kulipat aku berjalan menuju kasur temanku yang dekat dengan kamar mandi,dengan nyawa yang belum terkumpul aku berjalan dengan gontai.
"Hei Abid... Abid... Abid... bangun! Mau mandi nggak?" tanyaku dengan menggoyang-goyang tubuh Abid
"Eh Cla eee mmm... aku mau mandi tolong antriin ya Cla, aku mau mandi tapi habis kamu aku mau tidur dulu ya," ucap Abid dengan nyawa yang setengah sadar.
"Iya nanti ta bangunin, tapi nanti bangun jangan tidur lagi! Kalau nggak nanti ada yang mandi duluan," ucapku.
"Iya makasih ya Cla aku mau bobok dulu. Nanti bangunin kalau udah selesai mandi," ucap Abid dengan nada rendah serta anggukan di awal kata serta mengingatkan di akhir kalimat
Selesai mandi udara yang masuk ke dalam asramaku menjadi le bih dingin sehingga tubuh ini menggigil karena kedinginan. Pondok ini memang dekat dengan gunung sumbing serta sekitar pondok ini adalah sawah yang luas, kupersiapkan diri menuju ke masjid bersama teman-temanku yang telah selesai merapikan diri, masjid tak jauh dari asrama yang kutempati,hanya beberapa langkah saja kami telah sampai di masjid. Daun-daun dari tanaman sawah menari-nari karena terpaan angin fajar ini, jalan depan pesantren kami pun masih sepi belum ada kendaraan yang melintas, ya karena ini masih pagi-pagi sekali, serta bintang-bintang yang tersebar di langit hitam dan bulan purnama yang belum menghilang dari langit.
Selesai sholat berjamaah kami para santriwan santriwati melakukan aktivitas seperti biasa yaitu murojaah pagi atau yang dapat diartikan dengan mengulang hafalan yang telah kita hafalkan, murojaah kali ini berjamaah yang otomatis murojaahnya bersama dengan ikhwan, sebab musrif dan musrifah lelah sebab semalam tengah mendampingi kakak kelas yang akan segera lulus dari pesantren ini untuk latihan akhirussanah, berat banget pisah sama mereka karena tak lama lagi mereka akan berpisah dengan kami hari ini dan hari esok adalah hari akhir kami bersama dengan kakak kelas.
Pagi telah tiba kami melakukan aktivitas seperti biasanya sekolah, tak terasa waktu malam telah tiba. Malam telah tiba setelah shalat isya kami tidak ada pelajaran malam akan tetapi bebas atau kosong, saat sedang asyik bercerita dengan kakak kelas sembilan dan kelas delapan serta teman-teman, kakak kelas yang bernama Inas datang dan memberitahukan pesan dari ustadzah bahwa segera masuk asrama, dan kami segera membubarkan atau lebih tepatnya mengakhiri cerita kami, segera kami melakukan doa di asrama masing-masing, saat itu suasana menjadi mencekam kakak kelas yang akan akhirussanah itu juga tidak jadi latihan karena perintah dari ustadzah padahal mereka sudah akan lulus tak lama lagi.
Hei dengerin kata ustadzah kelas sembilan hari ini tidak ada latihan! Dan juga sekarang semua kembali ke asrama masing-masing untuk melaksanakan doa sebelum tidur! Jangan lupa jendela serat pintu ditutup dan dikunci!" ucap Kak Inas dengan gayanya yang gitulah. Kami semua segera berdoa kemudian terjadilah sebuah konflik antara aku serta temanku.
"Gimana, aku gak mau tidur di kasur?" ucapku dengan nada yang ketakutan sebab aku telah ketakutan dengan apa yang Kak Inas bilang.
"Gak papa kalau gak mau tidur di situ kamu mau tidur di mana?" ucap temanku.
"Kan aku bisa tidur di kasur atas, atasnya Abid kan, kan kasur atasnya gak ada orang," ucapku dengan nada meyakinkan.
"Ya udah aku tanya sama ustadzah dulu boleh nggak, kalau boleh ya gak papa, kalau gak boleh ya tidur di kasurmu itu," ucap temanku yang tadi atau sempat konflik denganku, akhirnya ia bertanya dengan ustadzah apakah aku boleh pindah kasur sementara ini, alhamdulilah ternyata ustadzah mengizinkan aku untuk tidur di kasur atas.
Tengah malam...
Seperti biasa aku selalu bangun pagi dibanding yang lainnya, segera kubangunkan temanku yang tidur di kasur atas yang tak jauh dari kasurku Tina namanya. "Tin... Tin... Tin... Tina bangun! Mau mandi nggak?" kataku. "Ah enggak ah nanti aja aku bobok lagi ya," ucapnya.
Kemudian aku meninggalkan ia dan menuju kebawah untuk membangunkan yang lain, kubangunkan temanku yang bernama Qina.. "Qin... Qin... Qin...bangun ayo mandil" ucapku agak kesal karena yang kubangunkan pasti banyak yang berkata basa-basi terlebih dahulu.
"lya," ucapnya singkat. Segera kami berdua menuju kamar mandi yang ada di dalam asrama kami.
Selesai mandi Qina pergi ke tempat tidurnya untuk melanjutkan mimpi indahnya yang sempat terpotong olehku, aku segera memba ngunkan Abid yang sedang tertidur. Tanpa kusangka ternyata ada orang lain yang tidur bersama Abid, ya dia adalah Mumum yang sering dibilang penakut oleh kami, (maaf Mum) ternyata Mumum pindah kasur karena bayangannya melihat sesuatu di balik jendela, bayangan yang ia lihat adalah sebuah wajah yang sedang tersenyum sangat lebar,lebar sekali katanya maka dari itu dia pergi ke tempat Abid untuk tidur karena ia takut, seketika aku dan Abid mendengar sebuah suara dari asrama sebelah, sebuah suara seperti sebuah pintu yang dipaksa dibuka, aku dan Abid segera melihat asrama sebelah melalui dinding yang atasnya tidak sepenuhnya tertutup.
Brak... brak... brak.... Dorr... dor... dor.... Seperti itulah bunyi dari pintu yang dipaksa dibuka, aku dan Abid segera melihat hal itu kami mencari tahu siapa yang membuka atau secara paksa membuka pintu itu. Alhasil kami berdua tak menemukan siapa yang membuka pintu itu. Aku dan Abid membangunkan Tina untuk melihat kejadian itu. "Tin... Tin... Tin... Tina... bangun tolongin ada yang ngedobrak pintu asrama sebelah!" ucapku dengan nada setengah berbisik kepada Tina yang nyawanya setengah sadar, kemudian ia terkejut mendengar bahwa ada yang ingin membuka pintu asrama secara paksa. Ia menggelengkan kepala yang menandakan bahwa ia tak mau tapi aku terus mendesaknya dan akhirnya ia pun mau melihat siapa yang mendobrak pintu itu secara paksa. Aku segera membangunkan kakak kelas sembilan yang ada di asrama itu melalui dinding itu.
"Kak Nata, Kak bangun ada yang buka pintu secara paksa dari asrama Kakak," ucapku dengan nada setengah berbisik. Seketika itu Kak Nata berteriak histeris dan segera ia melompat dari kasurnya ke kasur milik temanku yang tak jauh dari kasur Kak Nata. Ya walaupun ekstrem sih lompat dari kasur bertingkat dua tersebut. Tak lama kemudian Tina yang sedari tadi penasaran dengan hal yang barusan terjadi itu ia melihat sekali lagi ternyata temanku yang bernama Lalalah yang membuka pintu itu secara paksa.
Pagi hari pun tiba shalat subuh berjamaah berita tentang kejadian di asrama bawah menjalar hingga asrama atas ternyata asrama atas pun mengalami kejadian yang sama. "Siapakah yang jail?" batinku dalam hati.
Esok hari pun tiba hari perpisahan kami dengan kakak kelas yang menemani selama ini.
"Semoga kejadian semalam tak akan terulang," batinku dalam hati dengan melihat satu persatu kakak kelas ku pergi meninggalkan pesantren ini.
"See you next time," ucapku. Ustad dan ustadzah yang mende- ngar kejadian itu mulai meningkatkan kewaspadaan dalam hal kea- manan, alhasil kejadian itu tak pernah terulang kembali, dan kami pun merasa aman kembali hingga aku kelas delapan sekarang ini.
Hello everyone,jadi cerpen ini adalah salah satu cerpen saya yang sudah di antalogi kan,dan maaf jika masih banyak kesalahan pada penulisan,aku kasih tau ya...klo cerpen ini adalah cerpen pertamaku yang terbit di buku,ketika aku berada di kelas 8, dengan penerbit Megalitera,
https://www.megalitera.co.id/toko-buku/antara-nilai-dan-kawan-smpit-insan-kamil-magelang/
Selamat membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H