Sebuah teori yang berasala dari pandangan Freud bahwa anak pra sekolah mengembangkan daya tarik seksual orangtua yang berlawanan jenis pada usia kurang lebih 5 atau 6 tahun menghentikan daya tarik tersebut karena cemas, dan kemudian mengidentifikasi dengan orangtua yang bwrjenis kelamin sama, tanpa sadar mengadopsi karakteristik orangtua berjenis kelamin sama. Dalam teori ini, anak perempuan maupun laki-lakibakan menirukan karakter orangtua yang berjenis kelamin sama. Anak perempuan akan menirukan ibunya dalam berperilaku, seperti halnya dalam berpakaian -anak perempuan menjadi feminim dengan pakaian yang dikenakan-. Sedangkan, anak laki-laki alan mencontoh ayahnya dalam berperilaku, semisal ayah sedang duduk jigang ( mengangkat  kaki dan menindihkannya ke kaki satunya) dan membaca koran, tanpa sadar anak laki-lakinya akan meniru apa yang dilakukan ayahnya tersebut.
3. Teori sosial kognitif mengenai gender.
Sebuah teori yang  menekankan bahwa perkembangan gender anak-anak terjadi melalui pengamatan dan imitasi perilaku gender serta melalui pemberian imbalan dan hukuman yang dialami anak-anak untuk perilaku yang sesuai gender dan yang tidak sesuai gender. Dalam teori ini, bayi sejak lahir telah dibedakan gendernya. Mereka juga diperlakukan berbeda oleh yang melahirkannya. Bayi perempuan akan di perlakukan lembah lembut agar menjadi feminim. Seperti, orangtua akan memakaikan baju dan rok berwarna pink (warna cerah) dan anting di telingnya untuk menunjukkan bahwa bayinya adalah perempuan. Sedangkan, bayi laki-laki akan diperlakukan lebih keras agar ia menjadi individu yang maskulin. Contohnya, orangtua akan meberikan setelan baju dan celana yang berwarna gelap (hitam, coklat tua, abu2, dll) untuk menunjukkan bahwa ia anak laki-laki. Serta orangtua akan lebih lama merespon anak laki2 yang menangis dari pada  anak perempuan. Begitu pula orangtua akan memberikan hadiah apabila anaknya berperilaku sesuai dengan jenis kelaminnya (perempuan bermain boneka, laki-laki bermain mobil-mobilan). Dan hukuman juga akan diberikan pada anak, apabila anak tidak berperilaku sesuai jenis kelamin ( anak laki-laki yang menginjak usia sekolah akan di marahi apabila ia menangis).
Itulah yang dapat saya tuliskan dan utarakan, apabila ada kesalahan dalam penulisan saya mohon dimaklumi dan dimaafkan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih sampai ketemu di tulisan selanjut.
Sumber :
Santrock, J.W. (2011). Perkembangan anak, Jilid I. Jakarta: Salemba Humanika.
Santrock, J.W. (2011). Perkembangan anak, Jilid II. Jakarta: Salemba Humanika.
Indrijati, Herdina. (2016). Psikologi Perkembangan & Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H