Mirisnya catcalling justru tidak mengenal relasi Pendidikan. Dalam hemat saya, bahwa masih sering sekali kita temui catcalling ini terjadi di instansi Pendidikan terutama universitas.Â
Tak sedikit mahasiswa yang menjadi korban catcalling maupun harassment lainnya yang dilakukan oleh para dosen. Fenomena ini adalah bukti bahwa terjadinya catcalling tidak memiliki relasi dengan tingkat Pendidikan. Pelaku catcalling bisa saja masyarakat dengan Pendidikan rendah ataupun dosen dengan tingkat Pendidikan yang tinggi.
Ada pula yang berpendapat bahwa catcalling adalah bentuk kekuasaan laki-laki atas ruang publik. Perempuan seolah dibuat merasa tak nyaman dan tak aman ketika berada diruang publik, dan pelaku ingin menunjukkan bahwa ruang publik ada dibawah kekuasaan laki-laki. Dengan kata lain, perempuan lebih pantas dirumah saja mengurus ruang domestic (rumah tangga).
Lalu apa potensi terbesar yang menjadi factor terjadinya catcalling? Penyebabnya menurut saya adalah relasi gender tradisional yang sudah tertanam pada masyarakat.Â
Relasi gender melahirkan 5 kasus pengalaman social pada perempuan, yaitu stigmatisasi, marjinalisasi, subordinasi, kekerasan, dan doublen burden atau beban ganda.
Catcalling termasuk pada kasus pengalaman social subordinasi terhadap kaum perempuan. Subordinasi adalah penilaian bahwa satu jenis kelamin lebih rendah dari jenis kelamin yang lain.Â
Subordinasi ini melahirkan adanya relasi kuasa bahwa kedudukan perempuan lebih rendah daripada laki-laki, sehingga perempuan hanya di obejktifikasi sebagai pemenuh kebutuhan seksual laki-laki saja.Â
Maka dari itu, pelaku yang kerap ditemukan berjenis kelamin laki-laki, dan perlakuan ini sebagai bentuk kepuasan terendah terhadap hasrat seksualitas mereka yang disalurkan melalui catcalling.
Belum lagi adanya stigma negative yang dilekatkan pada diri perempuan. Perempuan dianggap sebagai sumber fitnah dan penyebab lemah nya iman laki-laki, dalam hal ini mengenai cara berpakaian. Banyak pelaku justru menyalahkan korban catcalling dengan alasan cara berpakaian yang dianggap "mengundang".Â
Jika ada perempuan dengan pakaian minim dan seksi maka akan dianggap pantas untuk menjadi korban catcalling karena perempuan sendirilah yang menyebabkan naiknya libido atau hasrat seksualitas laki-laki.Â
Penilaian seperti ini tidaklah benar karena cara berpakaian seseorang merupakan bentuk kebebasan seseorang dalam berekspresi, dan pakaian adalah bagian dari hak otoritas seseorang.