Hari tu sepanjang tayangan TV
Selalu disuguhkan dengan kalimat-kalimat ber-tagline "Kartini"
Seketika aku mengingat kembali sejarah Indonesia
Bagaimana perempuan-perempuan Indonesia kala itu.
Tidak merdeka seperti sekarang
Perempuan yang secara tendensi tersudutkan,
Seakan makhluk yang paling lemah
Jangankan berperang ikut mengangkat senjata untuk mengusir penjajah
Untuk sekadar belajar berpendidikan tinggi dan urusan memilih jodoh pun
Perempuan tidak di berikan hak yang luas
Sempat berfikir, bagaimanaya, Perasaan perempuan Indonesia waktu itu.?
Sedikit aku mencoba menebak-nebak
Hmmm, perempuan waktu itu didapur? Mungkin
Perempuan disumur?, bisajadi
Dan mungkin tugasnya hanya mandi
Mencuci baju, piring, perabot, dan apalah itu,
Bila perlu mencuci seluruh aggota tubuh laki-lakinya
Perempuan sebagai objek permainan laki-laki saja ditempat tidur?
Ya, mungkin
Perempuan hanya disetting untuk pintar
Didapur, sumur, dan ditempat tidur saja
Seketika itu aku membenci laki-laki
Setiap membuka kembali lembaran sejarah
Belenggu patriarki yang tidak saja membatasi hak perempuan dan di nomor sekiankan.
Tetapi patriarki adalah pembunuh
Tuan itu berhasil membunuh pemikiran perempuan dan dijadikannya kerdil
Tanpa sedikitpun diberikan hak atas memperoleh pendidikan yang sama dengan laki-laki.
Namun Indonesia dimasa sekarang
Perempuan berpendidikan tinggi sudah jadi hal lazim, banyak sekali ditemukan
Layaknya seorang laki-laki yang sudah lebih dulu merasakan hal tersebut
Secara posisi dan kedudukan sudah seimbang adanya
Budaya kolot jaman dulu sudah tidak relevan lagi
Terlebih sekarang kita sudah memasuki revolusi digital katanya
Industry 4.0 keren kan?
Ya mungkin budaya kolot jaman itu bakal terus ada
Kalau tidak ada yang memutus
Putus.. memutus..
Ya generasi pemutus itu memang harus ada
Sedikit aneh memang istilah generasi pemutus
Dan aku yakin generasi itu ada
Generasi yang berhimpun, bergerak dalam sebuah perjuangan
Berjuang untuk memutus, memberangus bahkan
Dan menghapus posisi dan kedudukan perempuan pada tempat terpinggirkan
The second man lebih bahayalagi
Perempuan pada posisi yang marjinal
Dan mengakar paham marjinalisasi perempuan
Tendensinya sangat mendeskreditkan kaum perempuan kala itu
Miris
Tokoh generasi pemutus itu adalah kartini
Pemilik semboyan "habis gelap terbitlah terang"
Yang menggugah hati dan pergerakan kaum-kaum perempuan setelahnya
Dikembalikannya hak-hak yang sama bagi perempuan, kemerdekaan yang luas
Kini,
Siswa, guru, polisi, TNI, menteri, Presiden sekalipun
Dan masih banyak lagi posisi strategis lainnya di Indonesia maupun Internasional
Dan perempuan ada didalamnya
Tetap semangat perempuan Indonesia, jangan lemah karena kartini masih hidup di setiap aliran nadi kita perempuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H