Hal tersebut bersebrangan dengan pernyataan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jayapura Albius Toam yang saya temui di hari kedua pelaksanaan Festival Danau Sentani 2016. Menurutnya, ada tiga versi cerita atau legenda yang mengisahkan asal usul Danau Sentani.
"Versi terjadinya Danau Sentani ada tiga versi. Pertama yang dari kampung Pepuhabo. Versi kedua yang tentang Haboi dan Versi ketiga, ada di bagian tengah sentani," katanya.
Dari penjelasannya, tidak disebutkan cerita tentang penunggang naga dari Papua Nugini. Justru cerita Haboi masuk ke dalam salah satu versi cerita Danau Sentani.Â
Pemerintah Kabupaten Jayapura melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten baru berencana untuk mempopulerkan aset wisata dan budaya mereka dengan membuat buku-buku yang berkaitan dengan Danau Sentani dan budaya yang menyelimutinya. Bahkan, Pemkab Jayapura telah meminta bantuan TNI AL untuk meneliti tiga legenda lain yang berada di sekitar Danau Sentani.
"Dengan adanya FDS kita upayakan agar cerita rakyat dan legenda dibukukan termasuk kejadian di Danau Sentani lainnya, seperti kampung terbalik di Sentani Tengah di Kampung Atamali. Karena ada perilaku menyimpang maka hukumannya kampung Itu terbalik," tuturnya.
Ada juga, tambah Albius, batu yang timbul tenggelam di perbatasan Sentani tengah dengan timur dan di bagian barat batu yang berhubungan (beranak pinak) di Kampung Kuadeware dan Kampung Yonokong.
"Tiga legenda ini akan diteliti karena letaknya ada di dalam air, untuk itu pemerintah daerah meminta TNI AL meneliti kondisi di dalam laut. Semoga di tahun depan bisa diperlihatkan," katanya.
Kini, Danau Sentani tidak hanya dikenal sebagai danau cantik bak cermin raksasa yang berhiaskan beragam cerita rakyat yang dipercaya sebagai asal muasal keberadaannya. Danau Sentani tengah membangun eksistensi guna menjadi pusat keanekaragaman budaya dan hayati. Menjadi magnet perhatian warga dunia. Bahkan, menjadi destinasi kelas dunia dengan adanya Festival Danau Sentani yang sudah berjalan sembilan tahun berturut-turut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H