Tiap kali kapal yang berlayar dan melintasi garis batas katulistiwa, seluruh awak kapal merayakannya dengan mandi, tak peduli pagi, siang ataupun malam.Â
Ketika kapal sudah melintasi garis katulistiwa, para pelaut Yunani percaya bahwa mereka telah berlayar sangat jauh dan berharap dewa laut merestui pelayaran mereka hingga selamat sampai tujuan.
Pasukan TNI AL, khususnya sampai kini melakukan tradisi serupa. Terlebih bagi orang atau prajurit yang baru pertama kali berlayar. Wajib hukumnya.Â
Dengan kemasan teatrikal dan sedikit sandiwara, kami semua melakukan hal yang serupa, mandi di tengah malam di lautan lepas menuju Sorong dan tepat beberapa saat setelah melintasi garus katulistiwa yang membentang dari ujung barat sampai timur Indonesia.
Karena memang dikemas seperti orientasi tentara baru, kami pun disiram dengan air laut yang ditaburi kopi. Setelah itu diminta meminum "jamu" yang terasa asin dan amis. Hueek...
Usai prosesi mandi katulistiwa kami mendapatkan penjelasan dari Letkol Laut Edi Haryanto, bahwa semua ini hanya tradisi bukan kepercayaan.
"Ini dilakukan oleh semua pelaut di dunia dan hanya sebatas tradisi bukan kepercayaan terhadap suatu dewa-dewi, kita harus tetap percaya Tuhan," katanya meyakinkan kami bahwa semuanya hanya tradisi.
Kalian semua, tambah Letkol Edi, akan mendapatkan sertifikat yang menandakan bahwa kita pernah berlayar melintasi garis katulistiwa. Pernyataan Letkol Edi disambut riuh tepuk tangan dan semangat semua orang yang melakukan tradisi Mandi Katulistiwa.
Pelayaran yang hampir memakan waktu 4 hari ini begitu berkesan, mulai dari rasa jenuh, mual, tidak ada koneksi selular, sampai dikerjai dengan Mandi Katulistiwa, kami lewati dengan suka cita.Â
Pelayaran ini adalah perlayaran perdana saya, khususnya berlayar bersama dengan angkatan laut yang cukup disegani di dunia, TNI AL!
Sorong, 10 Juni 2015