Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Chief Operating Officer Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Dari Gelombang Laut Banda sampai Mandi Katulistiwa

10 Juni 2015   21:41 Diperbarui: 20 Desember 2021   00:01 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maklum saja, satu kamar bisa diisi lebih dari 30 orang. Sempit tapi begitu adanya.

Apalagi kamar yang saya tempati, penuh dengan barang dan perlengkapan peserta ENJ yang mengikuti pelayaran dari Tanjung Priok, Jakarta pada tanggal 1 Juni lalu. 

Kami diminta untuk menjaga kebersihan lingkungan kapal seperti buang sampah pada tempat yang telah disediakan. Meski sangat disayangkan, saya masih menemukan sampah di kamar mandi maupun di toilet yang dibangun terpisah.

Mengusir Kejenuhan dan Mual

Sejak masuk ke perairan laut Banda yang memiliki kedalaman sekitar 3.000-4.000 kaki, pusing dan mual mulai terasa. Berbeda ketika kapal masih melintasi perairan Makassar yang masih terlihat pulau-pulau di sisi kanan atau kiri kapal.

Melihat banyaknya peserta yang mual bahkan sampai muntah, Mayor Laut Priyo Dwi S. memberikan tips kepada kami untuk menghilangkan rasa mual tersebut. Hal paling utama yang menjadi catatan saya adalah perut harus terisi penuh dan hindari minum berlebih.

"Bagaimanapun perut harus kenyang, Anda harus makan nasi sampai penuh dan jangan kebanyakan minum karena bisa memicu mual akibat terkocok oleh gelombang yang besar," kata Mayor Priyo.

Tapi tidak berlaku bagi Farid, seorang peserta yang berasal dari Pulau Ende, NTT. Berlayar berhari-hari sudah jadi makanan ringan baginya. Pasalnya, ketika dia ingin pergi ke Kota Bogor atau sebaliknya untuk kuliah, kapal laut lah moda transportasi yang digunakan. 

Orang seperti Farid mungkin hanya beberapa saja di atas kapal yang diisi dari berbagai suku, agama, ras dan atau etnik ini. Masih banyak orang tak terbiasa menahan mual dari ayunan gelombang yang bisa mencapai empat meter di tengah laut Banda.

Peserta ENJ 2015 sedang latihan menari Saman untuk dipersiapkan untuk menyambut warga Sorong/Nurulloh

"Yaah sampai Sorong masih dua hari lagi," keluh seorang peserta perempuan yang mulai jenuh dan rasa mual yang luar biasa akibat gelombang tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun