Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Chief Operating Officer Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Belanja di Hongkong Harus Kejam!

23 November 2012   02:25 Diperbarui: 21 Agustus 2015   22:42 9824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_225311" align="aligncenter" width="545" caption="Hongkong dari Peak Tower/RUL"][/caption]

Butuh waktu sekitar 60 menit untuk sampai di Kowloon, Hongkong dari Hongkong Disneyland (HKDL) di pulau Lantau dengan menggunakan kereta cepat atau dikenal dengan MTR (Mass Transit Railway). Penasaran dengan Hongkong yang katanya menjadi tempat "bermukim" -nya ratusan gedung pencakar langit, industri dan perusahaan elit layaknya New York di Amerika Serikat. Meski kaki terasa pegal, perjalanan saya di Hongkong bulan lalu, cukup memuaskan. Kunjungan saya ke Hongkong lantaran mendapat tugas dari kantor untuk meliput ke HKDL bersama teman-teman jurnalis dari Indonesia lainnya. 

Selain mengemban tugas dari Jakarta, kedatangan saya ke Hongkong juga dimaksudkan untuk silaturahmi ke teman-teman Kompasianer yang bekerja di sana, sebut saja mereka para Buruh Migran Indonesia (BMI) yang cerdas. Kompasianer Aulia, Lexy, Fera dan Artika serta Kompasianer Ludovicus akhirnya saya temui dengan jadwal pertemuan yang sudah dirancang sebelumnya. Ngobrol ngalor-ngidul serasa melepas rindu yang menahun kami rasakan, padahal kami tidak pernah bertatap muka sebelumnya. Sebelum bertemu mereka, di malam harinya saya dan beberapa kawan jurnalis lain bergegas untuk jalan-jalan sekedar ingin menikmati suasana malam dan berkunjung ke beberapa tempat keramaian. Salah satunya yaitu Ladies Market atau pasar yang menjual beragam kebutuhan dan aksesoris wanita, meski banyak juga yang menjual barang-barang yang tidak dikhususkan untuk wanita saja.

Ladies Market berada di kawasan Tung Choi Street, Mong Kok, Kowloon dan pasar ini ditata dengan sangat rapi. Pasar ini layaknya pasar tradisional atau emperan yang kerap kita kunjungi di Indonesia khususnya di Jakarta.

[caption id="attachment_225303" align="aligncenter" width="600" caption="Ladies Market, Kowloon, Hongkong/RUL"]

13536082461327499133
13536082461327499133
[/caption]

Hanya saja, pasar emperan di sini ditata dengan rapi dan kebersihannya selalu terjaga. Merokok pun harus mengumpat-umpat agar tidak ketahuan pak polisi yang akan mewajibkan kita membayar denda sebesar 5.000 HKD (Dolar Hongkong) jika didapati sedang merokok sembarangan. Mungkin semua sudah tahu bahwa merokok di Hongkong cukup sulit, tidak bisa di sembarang tempat, terlebih di tempat umum.

Dimaki penjual

Saya termasuk orang yang tidak betah berdiri lama apalagi harus keliling di pasar untuk mencari dan membeli sesuatu, tapi entah kenapa saya rela mondar-mandir di pasar ini, satu hal mungkin lantaran barang-barang yang dijual di pasar ini cukup terjangkau dan variatif meski banyak barang-barang untuk perempuan hehe...

[caption id="attachment_225304" align="aligncenter" width="600" caption="Ladies Market, Kowloon, Hongkong/RUL"]

135360834923228495
135360834923228495
[/caption]

Sebelum mencoba kebolehan tawar menawar dengan penjual di pasar ini, saya dan tiga orang teman mencoba menyusun strategi agar dapat barang bagus dengan harga murah. "Ya, teknik menawar pasar ini harus kejam!," Begitu kata salah satu teman saya. Lantas saja, jurus dan strategi itu kami jalankan. Setibanya di depan salah satu toko emperan, dua orang teman saya mencoba menawar sebuah tas bermerek  eropa "aspal" buatan China.

Tawar menawar pun berjalan alot. Kaget bukan kepalang ketika pedagang itu berteriak, "Are you crazy?!!!," kepada kedua teman saya tadi. Walaupun awalnya kaget, akhirnya saya jadi tertawa saat tahu bahwa kedua teman saya itu menawar tas tersebut dengan harga yang sangat murah dan jauh dari harga yang diberikan penjual. Alhasil, mereka gagal mendapatkan tas tersebut dengan harga "kejam", haha...

Nah, sekarang giliran saya yang menguji ketangkasan menawar dengan kekejaman yang sudah saya persiapkan hehe... Melihat sebuah korek api bermerek, saya tertarik untuk bertanya kepada penjual yang sudah sangat tua. Awalnya sedikit kebingungan karena penjual yang merupakan kakek tua itu tidak fasih berbahasa inggris, dia berbicara kepada saya dengan bahasa kanton (China) saat menawarkan barang dan memberi harga. Untungnya dia menuliskan dengan huruf latin harga korek api tersebut di atas meja dagangannya. Harga yang dicantumkan sekitar 80 HKD. Saya menawarnya hingga 20 HKD, gila ya haha... Tapi, berbekal kekejaman menawar yang disarankan teman saya, akhirnya saya tetep kekeh untuk menawar sebuah korek api itu dengan harga 20 HKD. Tau apa yang dia katakan kepada saya? Tanpa basa-basi, kakek tua itu berkata, "No money, out laah". Haha,,, saya diusir dari tokonya dengan kata-kata tadi, "Gak punya duit, pergi laaah," kira-kira begitu. Ternyata nasib saya tidak jauh beda dengan kedua teman saya sebelumnya yang dimaki penjual.

[caption id="attachment_225309" align="aligncenter" width="600" caption="Ladies Market, Kowloon, Hongkong/RUL"]

135361062969692537
135361062969692537
[/caption]

Kekejaman Itu Membuahkan Hasil

Meskipun sudah diteriaki gila dan diusir dari toko, saya dan teman-teman tidak menyerah begitu saja. Saya sendiri masih penasaran untuk mencoba menawar barang dari toko ke toko di Ladies Market itu. Betul saja, setelah mendapat makian dan diusir, akhirnya saya dan teman-teman berhasil membeli barang-barang dengan harga yang sangat berbeda jauh dengan yang ditawarkan. Misalkan saja harga sebuah tas itu awalnya sekita 300 HKD, kita bisa mendapatkannya dengan separuh harga bahwa seperempat harga awal.

[caption id="attachment_225310" align="aligncenter" width="600" caption="Ladies Market, Kowloon, Hongkong/RUL"]

13536107301549120028
13536107301549120028
[/caption]

Saya juga sempat membeli beberapa oleh-oleh untuk dibawa pulang dengan harga yang sangat terjangkau bahkan lebih murah jika dibandingkan dengan harga di Jakarta. Hal ini dimungkinkan arus perdagangan di Hongkong sangat deras dan bebas, tiada pajak dan banyak barang yang berasal dari China sehingga tidak memakan biaya pendistribusian yang mahal dan kita juga sudah tahu bersama, seperti halnya di Indonesia, barang buatan China pasti jauh lebih murah dengan barang yang berasal dari negara lain karena ongkos produksi dan upah buruh yang murah. Sekarang, Anda mau kejam seperti saya saat menawar barang belanjaan di Hongkong? Coba saja, tapi saya tidak tanggung kalau awalnya dimaki dulu hehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun