Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Ordinary Citizen

Selanjutnya

Tutup

Money

Are Mega-Pro Keynesian ?

8 Juni 2009   04:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:05 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

John Maynard Keynes, ahli ekonomi Inggris yang lahir di Cambrigde 5 Juni 1883 yang namanya melambung setelah peluncuran bukunya yang fenomenal yaitu The General Theory of Employment, Interest dan Money, yang ia tulis pada 13 Desember 1935. Keynesia merupakan sebutan bagi para pengikut aliran ekonominya yang terkenal tidak mengerti dengan inflasi dan tidak percaya akan pasar bebas. Tetapi setelah itu Keynes pernah mengatakan, "I find my self more and more relying for a solution of our problem on the inviseble hand (of market) wich I tried to eject from economics twenty years ago". Ia saat itu mengaku bahwa pasar memang perlu bagi ekonomi dan ia telah mencampakkannya. Bahkan sebelum ia sadar akan perlunya pasar, Keynes juga tak percaya akan adanya investasi dan tak hirau akan pertumbuhan serta ia pun tak percaya akan stimulus fiskal yang akan memacu pertumbuhan ekonomi. Namun, pada akhirnya keynes mengakui itu semua penting dan ia mulai memperhatikan dan peduli akan adanya pasar serta sedikit pro akan stimulus fiskal walaupun masih diragukan. Di indonesia, ada sepasang Capres dan Cawapres yang kiranya mungkin mirip dengan keynes atau keynesian, tapi sebelum kita menjudge mereka, kiranya perlu kita telaah dulu. Pasangan Capres dan Cawapres yang dimaksud adalah Megawati dan Prabowo atau Mega-Pro. Mega-Pro sejak awal niat mereka untuk bertarung dalam Pilpres sekarang sudah mendengungkan ekonomi kerakyatan yang tidak percaya akan adanya pasar (bebas), mereka pun mengkritik kebijakan pemerintah saat ini (SBY-JK) yang mengeluarkan stimulus fiskal untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di saat krisis finansial yang melanda seluruh dunia. Platform Mega-Pro ini yaitu ekonomi kerakyatan, salah satunya menasionalisasi perusahaan-perusahaan yang menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia seperti sektor telekomunikasi, air dan lainnya. Mega-Pro sempat mengkritik stimulus fiskal yang dikucurkan pemerintah sekarang hanya untuk mendongkrak ekonomi kelas atas, yang Mega-Pro inginkan yaitu stimulus yang dapat diberikan dan dirasakan langsung oleh rakyat jelata sepreti petani, nelayan dan pedagang tradisional di pasar yang tradisional pula tapi masih banyak orang bertanya stimulus macam apa yang dimaksud mereka. Mega-pro juga menolak adanya investasi asing dan investasi yang berlebihan sehingga kita merasa tidak menjadi tuan dinegara sendiri. Sampai-sampai banyak pihak jika platform ekonomi yang diusung Mega-Pro ini menuju ekonomi sosialis atau komunis, semua harus dikontrol pemerintah dan hasilnya akan "dibagikan" ke rakyat. Melihat sisi ekonomi Mega-Pro dan Keynes ini memang ada sedikit persamaan walaupun tidak mencolok. Salah satunya yaitu ketika Mega-Pro akan mengaplikasikan ekonomi kerakyatan, pada dasarnya ini sudah bisa diajukan sebagai ekonomi yang berkutat atau berputar hanya di dalam negeri, tidak di inginkannya investasi asing dan bahkan mereka tidak setuju akan investasi karena hasilnya tidak dirasakan oleh proletar. Mengkritik stimulis fiskal pemerintah sekarang juga telah menandai mereka tidak percaya akan hal itu dapat memberikan pertumbuhan bagi proletar. Mega-Pro pun tidak menginginkan adanya pasar bebas yang disana nantinya akan masuk produsen-produsen asing yang akan menggerus ekonomi rakyat. Apakah ini semua menandakan bahwa Mega-Pro keynesian ? atau mungkin platform ekonomi yang mereka usung ini merupakan pembaharuan dari keynesian? Untuk mengetahui secara pasti tentu kita tak akan bisa memperolehnya saat ini karena mereka belum terpilih dan belum sempat mengaplikasikannya secara riil. kita hanya mengetahui rencana dan impian mereka akan platform ekonomi kerakyatannya itu yang justru masih mengundang banyak tanya dan heran, tentang maksudnya itu. Tetapi dari hasil penelaahan tadi rasanya mereka ini sedikit menyerempet kepada keynesian, bukan ???. NuruL

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun