Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Chief Operating Officer Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lagi-lagi Masalah Ambalat

30 Mei 2009   02:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:06 3236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_323" align="alignleft" width="298" caption="Kompas/Korano Nicolash. Satu dari dua pesawat Nomad TNI Angkatan Laut, Kamis (3/3/2005) tampak berpatroli bersama dengan satu dari tiga kapal perang (KRI) di perairan wilayah Indonesia di sekitar Ambalat, yang diklaim Malaysia sebagai wilayahnya."][/caption] Setelah sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan tahun 1967 yang diperebutkan Indonesia dan Malaysia selesai, yang dimenangkan oleh pihak Malaysia melalui aksi tawar menawar (Bargaining) yang dibawa ke Mahkamah Internasional pada tahun 1998. Kini Blok Ambalat yang menjadi persengketaan edisi kedua antara Indonesia dan Malaysia mencuat kembali, Ambalat yang diyakini memiliki cadangan minyak dan gas berlimpah itu kembali menjadi perseteruan negara serumpun itu. Pada kali ini yang memicu ketegangan kedua negara atas sengketa ini ketika kapal-kapal dan pesawat-pesawat milik Angkatan Tentara Malaysia diketahui beberapa kali memasuki wilayah kedaulatan Indonesia. Hal ini membuat TNI AU geram dan segera mengirimkan tujuh kapal perang keperaiaran Ambalat untuk berpatroli menyusul berkeliarannya kapal-kapal dan pesawat Malaysia di perairan Ambalat. Dari awal sengketa ini muncul kepermukaan, kedua negara menyatakan siap berperang bila salah satu pihak baik Indonesia maupun Malaysia membuat keputusan sendiri tentang kepemilikan Ambalat. Anehnya sampai detik ini walaupun kedua negara terus bersitegang tetapi perang tak berkobar. Ini membuat masyarakat Indonesia kesal dengan sikap Pemerintah yang tidak berani melakukan tindakan tegas, mungkin ini terkait dengan kapabilitas militer kita. Pada suatu kesempatan, saya pernah berdiskusi dengan Pak. Juwono sudarsono (Menhan), ketika itu kami membahas tentang kapabilitas TNI, baik dari segi dana, pasukan dan yang paling vital adalah persenjataan, Indonesia bukan tidak berani perang dengan negara lain, tetapi keadaan persenjataan (Alutsista) kita tidak cukup untuk berperang dalam waktu lama, mungkin kita akan bisa menyerang hanya dalam waktu kurang dari satu bulan, setelah itu kita kehabisan amunisi dan ini akan membuat Indonesia akan hancur lebur bila terjadi serangan balik oleh pihak lawan. Kira-kira seperti itu pandangan dan penilaian Pak Juwono akan kapabilitas TNI. Sungguh sedih rasanya, negara sebesar Indonesia tidak mampu melindungi kedaulatannya secara maksimal. Bahkan kesenian dan kebudayaan Asli Indonesia yaitu Reog Ponoro dan beberapa kesenian serta kebuadayaan lain pun ikut diklaim oleh pihak Malaysia sebagai miliknya, tak bisa dipungkiri lagi bahwa National Security Indonesia benar-benar terancam dan Indonesia sendiri sejauh ini belum bisa bertindak tegas akan perampasan kedaulatan dan kebudayaannya sendiri. Sungguh ironis memang tapi kita sebagai anak ibu pertiwi berharap kelak Indonesia bisa lebih bisa melindungi bangsanya sendiri dan bersikap mandiri. Nurulloh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun