Storyful and the social web: Since 2010, Dublin-based Storyful has helped news organizations use social media to strengthen newsgathering, reporting and storytelling...
Di tengah perdebatan kredibilitas, validitas, dan kualitas laporan warga, artikel di atas kian menguatkan peran warga atau komunitas dalam sebuah tatanan penyampaian informasi di era digital yang tidak lagi dihegemoni wartawan profesional atau institusi media arus utama.
Informasi atau berita yang berasal dari warga biasa, bukan wartawan profesional atau lebih dikenal dengan istilah jurnalisme warga (citizen journalism) kian menyesaki ranah media baru (new media). Bahkan, media arus utama (mainstream media) tak segan menjadikan informasi dan berita dari warga sebagai bahan rujukan utama---jika tak mau disebut dengan narasumber.
Jika dahulu wartawan melaporkan dan menyajikan berita untuk dikonsumsi oleh pembaca dengan model komunkasi satu arah (pasif), sekarang keadaan seperti itu sudah berubah dan bertransformasi sedemikian rupa sehingga pembaca dapat berperan aktif dalam melaporkan atau menambahkan informasi yang lebih lengkap dibanding laporan wartawan profesional. Media arus utama, baik cetak ataupun elektronik mau tidak mau "dipaksa" mengakui kredibilitas dan validitas laporan warga, meski perdebatan mengenai hal tersebut masih mengemuka. Tumbuh-kembangnya media sosial dan media online berbasis user generated content (UGC) juga menjadi indikator serta memiliki andil besar dalam perkembangan jurnalisme warga.
Pesan seorang pembaca di kolom komentar pada media arus utama (online) menjadi contoh dasar yang dapat disebut sebagai jurnalisme warga, seperti yang dikemukakan praktisi jurnalisme dan media online Steve Outing dalam 11 lapisan jurnalisme warga.
"Kue" Jurnalisme Milik Warga
Hal itulah yang diterapkan Kompasiana. Sebagai media warga berbasis UGC, Kompasiana hadir di tengah hasrat warga dalam penyampaian informasi dan berita versi mereka. Dengan rata-rata 700 - 1.000 artikel tayang perhari, Kompasiana membuktikan bahwa "kue" jurnalisme bukan hanya milik wartawan atau institusi media. Segala macam informasi dan berita mampu mereka sajikan dengan gaya yang khas dan jauh dari kesan kaku penyampaian media arus utama.
Bagaimana pengaruhnya? Seorang Kompasianer Sukron Abdilah pernah melaporkan perihal minimnya apresiasi sastra rektorat UIN Sunan Gunung Jati Bandung di Kompasiana 3 tahun lalu, yang kemudian mendapatkan respon rektor universitas tersebut terkait laporan yang dimuatnya di Kompasiana.
Senada dengan Kompasianer Fera Nuraini yang melaporkan tentang diskriminasi oknum petugas di Bandara Soekarno-Hatta terhadap Buruh Migran Indonesia. Saat itu, laporan warga seperti Fera langsung mendapatkan tanggapan dari pihak Angkasa Pura selaku pengelola bandara setelah melalui proses (jurnalisme) hibrida di KOMPAS.com.
Dua cerita lama itu menjadi bukti bahwa informasi dan berita yang disampikan warga juga memiliki pengaruh yang sama dengan infomasi yang dikemas dan dipublikasikan oleh media arus utama, bahkan dampaknya bisa melebihi dari itu.