Mohon tunggu...
Nurul Layli
Nurul Layli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aktivis Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hidup untuk Mengejar Eksistensi, Potret Kaburnya Jati Diri Generasi

7 Maret 2023   11:40 Diperbarui: 7 Maret 2023   15:35 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang wanita berinisial W (21 tahun) ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di rumah kontrakannya yang berlokasi di Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peristiwa itu terjadi ketika korban tengah melakukan video call bersama teman-temannya. Awalnya, korban bermaksud untuk membuat konten "gantung diri", namun naasnya kursi yang menjadi pijakan terpeleset dan tragedi gantung diri pun tidak terelakkan.

Teman-teman korban segera mendatangi kediaman korban. Namun, setelah sampai di lokasi korban sudah tidak terselamatkan. Korban sempat dilarikan ke rumah sakit untuk divisum. Dokter memastikan bahwa korban tewas karena gantung diri sebab tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Korban juga telah dikembalikan kepada orang tuanya. Mereka menganggap semua kejadian ini sebagai sebuah musibah.

Miris memang jika kita melihat kondisi pemuda hari ini. Banyak di antara mereka yang menjadikan eksistensi sebagai prioritas yang senantiasa dikejar. Walaupun untuk mencapai eksistensi tersebut banyak cara dilakukan dari yang unfaedah hingga yang mengancam jiwa. Tentu ini bukan yang pertama kalinya. Sudah banyak kasus serupa yang terjadi dengan tujuan hanya untuk mencari popularitas di dunia maya, terlebih akses media sosial saat ini begitu cepat dan mudah..

Saat ini, rasa-rasanya eksistensi dan popularitas telah menjadi orientasi hidup masyarakat. Apapun akan dilakukan agar menjadi terkenal aka viral. Memang tak bisa dipungkiri, konten yang viral hari ini tak sedikit juga yang bisa mendatangkan cuan. Oleh karena itu, masyarakat berlomba-lomba untuk membuat sesuatu yang viral agar mencapai puncak popularitas.

Inilah mindset yang dimiliki oleh masyarakat kita hari ini. Mindset yang menjadikan materi atau manfaat sebagai tujuan hidupnya. Mindset ini disebut dengan mindset kapaitalistik. Sebuah cara pandang yang menjadikan manfaat sebagai satu-satunya tujuan yang harus dicapai. Apapun akan dilakukan demi mendapatkan kesenangan yang diinginkan walaupun apa yang dilakukan adalah hal yang unfaedah bahkan haram.

Mindset kapitalistik ini lahir sebab lingkungan yang menjadi tempat tinggal kita hari ini adalah lingkungan yang menggunakan aturan kapilatisme dengan asasnya yaitu sekularisme. Sebuah konsep pemikiran yang memisahkan antara agama dengan kehidupan. Agama hanya digunakan untuk mengatur soal ibadah ritual dalam ranah invidual. Sementara, dalam urusan ekonomi, politik, pendidikan dan lainnya tidak lagi menggunakan aturan agama.

Sekularisme memposisikan manusia sebagai pihak yang berhak mengatur hidupnya sendiri dan menihilkan peran Tuhan dalam kehidupan. Oleh karena itu, wajar jika saat ini manusia hidup dalam kebebasan hingga mengakibatkan banyak kerusakan dan kesengsaraan. Betapa banyak problematika yang menimpa umat hari ini tersebab kebijakan dan aturan buatan manusia. Hutang negara yang semakin menggunung, pendidikan yang belum merata dengan output generasi yang nirmoral, pergaulan bebas dan zina merajalela, korupsi yang tak berkesudahan  serta banyak masalah lainnya. Semua itu karena manusia tidak lagi menggunakan aturan Sang Pencipta dalam mengatur kehidupannya.

Sebagai manusia, sudah seharusnya kita memahami seperti apa hakikat hidup kita. Merenungi sebenarnya apa yang seharusnya kita tuju dalam hidup ini. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tentu perlu kita tanyakan pada Yang Maha Tahu yaitu Pencipta kita. Kita tentu meyakini bahwa Allah Swt. adalah Tuhan yang telah menciptakan kita semua dan juga alam semesta beserta segala isinya. Allah juga telah menetapkan tujuan serta peran bagi setiap hamba-hamba-Nya dalam kehidupan termasuk manusia.

Allah Swt. berfirman dalam QS Adz-Dzariyat ayat 56, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." Jelas Allah sampaikan bahwa tujuan hidup kita tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna beribadaah disini adalah dengan mengikuti apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi apa-apa yang dilarang oleh-Nya. Ibadah yang dimaksud bukan hanya sholat, puasa, zakat, dan haji. Tetapi adalah bagaimana menjadikan setiap apa yang kita lakukan sebagai bentuk ibadah kepada-Nya.

Bagaimana makan, tidur, bahkan pekerjaan kita itu bisa menjadi ibadah kepada Allah Swt. Inilah yang seharusnya kita jadikan tujuan hidup kita. Bukan eksistensi maupun popularitas diri lagi. Sebab kita pun meyakini bahwa kelak kita akan kembali kepada Sang Pencipta untuk mempertanggungjawabkan semuanya. Lalu jika kita tidak menjadikan ibadah sebagai tujuan hidup kita, bukan syariat-Nya yang kita laksanakan, apa yang akan kita persembahkan dihadapan-Nya kelak?

Sebagai seorang muslim, sudah saatmnya kita kembali kepada fitrah kita yakni sebagai hamba Allah yang senantiasa taat menjalankan syariat-Nya. Sebab kita meyakini pula bahwa Allah selain sebagai Pencipta juga sebagai Pengatur yang telah menetapkan  aturan bagi seluruh aspek kehidupan. Islam bukan hanya sekedar agama ritual. Tapi lebih dari itu, Islam adalah sebuah pandangan hidup. Islam yang menyeluruh dengan segala kesempurnaannya akan mampu membawa rahmat bagi seluruh alam ketika kita mau dan ikhlas menerapkannya.

Maka sudah saatnya bagi kita sebagai umat Islam untuk memperjuangakan tegaknya syariat Islam secara kaffah sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Baqarah ayat 208, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu".

Selain itu, Allah juga sudah menetapkan peran dan fungsi penting bagi manusia yakni sebagai khalifah di muka bumi. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS Al-Baqarah ayat 30, "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Dari ayat tersebut, dapat kita pahami bahwa Allah memberikan manusia sebuah peran yang sangat penting yaitu sebagai khalifah atau pemimpin di bumi. Bertugas untuk mengurus dan merawat bumi agar dapat menjadi tempat tinggal bagi umat manusia beserta makhluk lainnya.

Untuk menjalankan perannya tersebut, Allah sudah membekali manusia dengan pedoman yang tak akan pernah menyesatkannya yakni Al-Qur'an. Yangmana isi daripada sebagian Al-Qur'an adalah syariat yang mengatur kehidupan manusia. Maka sudah selayaknya, sebagai orang yang beriman kita bersegera untuk menerapkan Islam secara kaffah demi terwujudnya tujuan hidup dan peran kita yaitu untuk beribadah kepada Allah demi mengharapkan ridha-Nya.

Namun, semua itu tidak akan terlaksana sempurna manakala sistem kehidupan yang menaungi kita hari ini adalah sistem Kapitalisme-Sekuler. Sebab Islam Kaffah tidak akan pernah terterapkan  dalam asas yang justru memisahkan agama dari kehidupan. Islam kaffah hanya bisa diterapkan dalam sitem kehidupan yang Islami. Dan sistem kehidupan yang Islami inilah yang secara fiqih disebut dengan khilafah Islamiyah. Dengan adanya khilafah, penerapan syariat Islam akan terjamin dan rahmat akan dirasakan di seluruh alam.

Khilafah adalah sebuah kewajiban bagi setiap umat Islam. Sebab, bagi siapapun yang meninggal tanpa adanya bai'at terhadap seorang khalifah maka Allah akan jadikan kematiannya sebagai kematian yang jahiliyah. Sebagaimana sabda Nabi Saw., "Barangsiapa yang melepaskan tangannya dari ketaatan pada pemimpin, maka ia pasti bertemu Allah pada hari kiamat dengan tanpa argumen yang membelanya. Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak ada baiat di lehernya, maka ia mati dengan cara mati jahiliyah." (HR. Muslim no. 1851).

Wallahu'alam bishawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun