Seorang wanita berinisial W (21 tahun) ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di rumah kontrakannya yang berlokasi di Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peristiwa itu terjadi ketika korban tengah melakukan video call bersama teman-temannya. Awalnya, korban bermaksud untuk membuat konten "gantung diri", namun naasnya kursi yang menjadi pijakan terpeleset dan tragedi gantung diri pun tidak terelakkan.
Teman-teman korban segera mendatangi kediaman korban. Namun, setelah sampai di lokasi korban sudah tidak terselamatkan. Korban sempat dilarikan ke rumah sakit untuk divisum. Dokter memastikan bahwa korban tewas karena gantung diri sebab tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Korban juga telah dikembalikan kepada orang tuanya. Mereka menganggap semua kejadian ini sebagai sebuah musibah.
Miris memang jika kita melihat kondisi pemuda hari ini. Banyak di antara mereka yang menjadikan eksistensi sebagai prioritas yang senantiasa dikejar. Walaupun untuk mencapai eksistensi tersebut banyak cara dilakukan dari yang unfaedah hingga yang mengancam jiwa. Tentu ini bukan yang pertama kalinya. Sudah banyak kasus serupa yang terjadi dengan tujuan hanya untuk mencari popularitas di dunia maya, terlebih akses media sosial saat ini begitu cepat dan mudah..
Saat ini, rasa-rasanya eksistensi dan popularitas telah menjadi orientasi hidup masyarakat. Apapun akan dilakukan agar menjadi terkenal aka viral. Memang tak bisa dipungkiri, konten yang viral hari ini tak sedikit juga yang bisa mendatangkan cuan. Oleh karena itu, masyarakat berlomba-lomba untuk membuat sesuatu yang viral agar mencapai puncak popularitas.
Inilah mindset yang dimiliki oleh masyarakat kita hari ini. Mindset yang menjadikan materi atau manfaat sebagai tujuan hidupnya. Mindset ini disebut dengan mindset kapaitalistik. Sebuah cara pandang yang menjadikan manfaat sebagai satu-satunya tujuan yang harus dicapai. Apapun akan dilakukan demi mendapatkan kesenangan yang diinginkan walaupun apa yang dilakukan adalah hal yang unfaedah bahkan haram.
Mindset kapitalistik ini lahir sebab lingkungan yang menjadi tempat tinggal kita hari ini adalah lingkungan yang menggunakan aturan kapilatisme dengan asasnya yaitu sekularisme. Sebuah konsep pemikiran yang memisahkan antara agama dengan kehidupan. Agama hanya digunakan untuk mengatur soal ibadah ritual dalam ranah invidual. Sementara, dalam urusan ekonomi, politik, pendidikan dan lainnya tidak lagi menggunakan aturan agama.
Sekularisme memposisikan manusia sebagai pihak yang berhak mengatur hidupnya sendiri dan menihilkan peran Tuhan dalam kehidupan. Oleh karena itu, wajar jika saat ini manusia hidup dalam kebebasan hingga mengakibatkan banyak kerusakan dan kesengsaraan. Betapa banyak problematika yang menimpa umat hari ini tersebab kebijakan dan aturan buatan manusia. Hutang negara yang semakin menggunung, pendidikan yang belum merata dengan output generasi yang nirmoral, pergaulan bebas dan zina merajalela, korupsi yang tak berkesudahan  serta banyak masalah lainnya. Semua itu karena manusia tidak lagi menggunakan aturan Sang Pencipta dalam mengatur kehidupannya.
Sebagai manusia, sudah seharusnya kita memahami seperti apa hakikat hidup kita. Merenungi sebenarnya apa yang seharusnya kita tuju dalam hidup ini. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tentu perlu kita tanyakan pada Yang Maha Tahu yaitu Pencipta kita. Kita tentu meyakini bahwa Allah Swt. adalah Tuhan yang telah menciptakan kita semua dan juga alam semesta beserta segala isinya. Allah juga telah menetapkan tujuan serta peran bagi setiap hamba-hamba-Nya dalam kehidupan termasuk manusia.
Allah Swt. berfirman dalam QS Adz-Dzariyat ayat 56, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." Jelas Allah sampaikan bahwa tujuan hidup kita tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna beribadaah disini adalah dengan mengikuti apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi apa-apa yang dilarang oleh-Nya. Ibadah yang dimaksud bukan hanya sholat, puasa, zakat, dan haji. Tetapi adalah bagaimana menjadikan setiap apa yang kita lakukan sebagai bentuk ibadah kepada-Nya.
Bagaimana makan, tidur, bahkan pekerjaan kita itu bisa menjadi ibadah kepada Allah Swt. Inilah yang seharusnya kita jadikan tujuan hidup kita. Bukan eksistensi maupun popularitas diri lagi. Sebab kita pun meyakini bahwa kelak kita akan kembali kepada Sang Pencipta untuk mempertanggungjawabkan semuanya. Lalu jika kita tidak menjadikan ibadah sebagai tujuan hidup kita, bukan syariat-Nya yang kita laksanakan, apa yang akan kita persembahkan dihadapan-Nya kelak?
Sebagai seorang muslim, sudah saatmnya kita kembali kepada fitrah kita yakni sebagai hamba Allah yang senantiasa taat menjalankan syariat-Nya. Sebab kita meyakini pula bahwa Allah selain sebagai Pencipta juga sebagai Pengatur yang telah menetapkan  aturan bagi seluruh aspek kehidupan. Islam bukan hanya sekedar agama ritual. Tapi lebih dari itu, Islam adalah sebuah pandangan hidup. Islam yang menyeluruh dengan segala kesempurnaannya akan mampu membawa rahmat bagi seluruh alam ketika kita mau dan ikhlas menerapkannya.