Mohon tunggu...
Nurul
Nurul Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hanya seseorang yang senang berbicara dan menulis, juga menggambar atau melukis. Tertarik untuk menjadi seorang astronot, dan tinggal di Saturnus bersama kucing kesayangan selama yang ia bisa. Seni dan dunia periklanan menurutnya sangat berkaitan, bagaimana menurut Anda?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Biro Iklan dengan Sekelumit Gagasan Kreatif dan Tujuan Pemasaran

20 April 2020   12:44 Diperbarui: 20 April 2020   12:59 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini dibuat pada dasarnya untuk memenuhi tugas saya sebagai mahasiswa. Iya, mahasiswa.

Saya mahasiswa dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Indonesia. Tenang, saya senang dan bangga kuliah disana. Walaupun awalnya saya sedih ga bisa diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Ya, mungkin sudah banyak orang yang tahu rasanya seperti apa.

Saya sudah bisa dibilang sebagai kaka tingkat semester akhir yang sudah tinggal beberapa semester saja untuk bisa lanjut ke kehidupan sibuk orang-orang dewasa. Sudah bisa tebak saya semester berapa?

Ini tulisan pertama saya, dan karena prinsip masyarakat kita ini "tak kenal maka tak sayang", mungkin perkenalan ini sedikit panjang. Tapi saya ga akan minta maaf karena hal itu. Saya suka percakapan yang panjang.

Hobi saya menggambar, engga ada sangkut pautnya sih sama program studi perkuliahan saya karena saya bukan mahasiswa institut kesenian atau mahasiswa design. Tapi karena hobi saya, saya bisa lebih mudah menjalankan beberapa mata kuliah pokok di program studi saya.

Anda tahu billboard yang tingginya ngalahin tinggi fly over? Program studi saya ada sangkut pautnya dengan itu. Bukan, saya bukan mahasiswa arsitektur, teknik sipil, apalagi mahasiswa perpajakan. Saya mahasiswa periklanan, kalau lebih kerennya disebut advertising.

"Oooh berarti nanti ngurusin syuting-syuting ya", "nanti bikinin pamflet capres cawapres sama cagub cawagub dong ya?", "berarti bakalan ngurusin foto-foto produk ya?", "bisa ngiklanin usaha kecil punya saya dong berarti nanti". Iyaaa iyaaa iyaaa... benar, kurang lebih begitu. First impression seseorang Ketika mendengar kata "iklan" itu yaaa kurang lebih seperti itu, tapi itu yang positifnya, ada juga kok kesan negatifnya. Tapi gapapa, positif dan negatif itu selalu ada di kehidupan sehari-hari, itu wajar.

Kalau iklan menurut Anda adalah wahana untuk sebuah produk baru ataupun produk lama bisa dikenal masyarakat luas, ya itu benar, sama sekali ga salah. Tapi kalau iklan menurut Frank Jefkins adalah pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya. Engga beda jauhkan? Intinya iklan itu ya isinya pesan, kerennya sih pesan persuasif.

"Ya kalau gitu sih saya juga tahu tentang iklan, ga musti jadi mahasiswa periklanan dulu untuk tahu iklan, toh setiap hari saya lihat iklan dimana-mana". Benar, itu ga sepenuhnya salah. Tapi seperti mengenal seseorang yang Anda mau ajak serius, mengenal periklanan yang nantinya akan jadi jalan serius juga butuh proses, ngomong-ngomong saya berencana untuk jalan serius di wahana periklanan, semoga Anda serius ya sama dia. Karena iklan, bukan Cuma seperti yang Anda tahu dari pinggir jalan, depan televisi, atau tengah kemacetan. Semuanya ada seluk beluknya, dan ya, tidak sesederhana itu, iya sama seperti dia ada rumit-rumitnya.

Ada banyak pendapat mengenai apa sebenarnya periklanan itu. Seperti menurut Kotler dan Keller , periklanan adalah semua bentuk terbayar atas presentasi nonpribadi dan promosi ide, barang, atau jasa oleh sponsor yang jelas. Dan ada lagi menurut American Marketing Association (AMA), periklanan adalah semua bentuk bayaran untuk mempresentasikan, mempromosikan, ide, barang, atau jasa secara non-personal oleh sponsor yang jelas.

Singkatnya sih, periklanan adalah bentuk penyampaian pesan penawaran tentang suatu produk, jasa, atau ide kepada konsumen melalui media massa dan media lainnya yang dibayar untuk memengaruhi khalayak sehingga mau menggunakan produk, jasa, atau ide yang ditawarkan. Makanya iklan ada dimana-mana dengan media yang beragam, mulai dari media cetak, televisi, radio, billboard, spanduk, ataupun media digital di era digital ini.

Ketika Anda sedang berada di tengah kemacetan jam pulang kerja masyarakat kota besar, Anda pasti akan melihat atau mendengar iklan. Bahkan Ketika Anda sedang di rumah, diam menikmati secangkir kopi hitam berlogokan kapal pesiar sambil membaca majalah, Anda juga akan melihat iklan. Tenang, Anda engga akan sendirian, iklan ada dimana-mana untuk Anda.

Semakin banyak dan beragamnya kebutuhan harian masyarakat dunia mendorong para produsen produk pemenuh kebutuhan harian untuk berinovasi dan menghadirkan beragam produk baru.

Semakin banyak produk yang diproduksi tidak menutup kemungkinan akan semakin banyak produk sejenis dengan fungsi yang sama. Cara membedakannya? Tentu saja ciri khas brand dari produk tersebut.

Seseorang akan semakin sulit mengenal produk-produk yang baru muncul saat ini, juga semakin sulit mengingat produk-produk lama. Dan sepertinya saya mulai senang menggunakan kata "semakin".

Produk-produk yang baru muncul sudah pasti harus dikenal masyarakat agar produk tersebut dapat terjual dan bisa terus diproduksi. Produk lama pun harus tetap mendapatkan perhatian dari masyarakat agar tidak tergerus waktu dan menghilang begitu saja karena kehilangan peminatnya. Lalu, bagaimana cara agar produk-produk tersebut dapat dikenal masyarakat dan bisa tetap terjual? Ada yang tahu?

Salah satu caranya, ya lewat beriklan. Dengan beriklan, produk akan diperkenalkan kepada masyarakat tentang fungsinya, keunggulannya, komposisi bahannya, dan lainnya. Tapi, ga semua produk yang beriklan bisa mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat luas, karena produk sejenis sudah banyak yang memproduksi dan iklan juga sudah bukan hal yang asing lagi, maka senjata dari iklannya haruslah iklan yang kreatif. Istilah kerennya, out of the box.

David Ogilvy, seorang yang disebut sebagai founding father of modern advertising dari Amerika Serikat. Beliau dikenal sebagai bapak periklanan dan telah mendirikan sebuah agensi periklanan besar bernama Ogilvy & Mather pada tahun 1948, tapi sekarang nama perusahaannya dikenal menjadi Ogilvy. Ogilvy ini adalah salah satu agensi periklanan yang sukses di dunia Internasional dan menjadi agensi periklanan asing pertama yang mendapatkan akses ke Uni Soviet yang merupakan the largest country in the world, tentu saja pada masanya.

Anda tahu dari mana asal iklan-iklan yang Anda lihat, dengar, baca setiap hari? Rumah produksi? Studio syuting? Iya sih, benar, memang dari situ. Tapi yang saya maksud bukan itu. Iklan yang tayang di layar besar di pinggir jalanan kota yang sibuk, tertempel di pembatas konstruksi pembangunan perusahaan besar, dan yang terdengar dari radio merupakan hasil kerja dari orang-orang agensi periklanan. Sebutan lain untuk agensi periklanan? Biro iklan, mungkin itu lebih akrab di telinga Anda. Mungkin. Atau justru Anda belum pernah dengar tentang itu? Ga masalah, santai saja, nanti saya akan jelaskan.

Biro iklan ini terdiri dari orang yang independent dengan anggota yang merupakan orang-orang kreatif dan berorientasi pada bisnis. Ingatlah Kembali penjelasan tentang periklanan sebelumnya, bahwa periklanan ini dibayar untuk memengaruhi khalayak sehingga mau menggunakan produk, jasa, atau ide yang ditawarkan. Produk atau jasa milik siapa? Tentu saja milik klien. Orang-orang di dalam suatu biro iklan akan berkecimpung dengan para klien dari berbagai macam perusahaan, mulai dari perusahaan kecil hingga perusahaan besar yang mungkin sudah tidak terhingga lagi anggarannya.

Frank Jefkins menjelaskan bahwa dalam kontrak yang disetujui oleh klien dan biro iklan saat akan bekerjasama biasanya berisi penetapan berbagai hal yang harus dikerjakan, memerlukan anggaran seberapa besar, bagaimana metode pembayarannya, dan ketentuan jika nantinya akan ada pembatalan kontrak.

Terdengar mirip seperti kontrak kerjasama pada umumnya ya? Ya tentu saja, memang maunya yang seperti apa?

Ada beberapa jenis biro iklan saat ini, diantaranya full service agency dan kekhususan.

Biro iklan dengan full service akan memberikan pelayanan secara full dari awal sampai akhir secara mendetail sesuai yang diinginkan kliennya. Klien yang akan bekerjasama dengan full service agency akan mendapatkan pelayanan dari berbagai department di dalamnya, dan ini akan lebih mendetail. Department di dalam full service agency akan berisi client service department, media department, dan creative department. Iya, tentu saja ada bagian finansialnya, jangan khawatir. Department-department ini memiliki fungsi pokoknya masing-masing dan memiliki bagian-bagian lagi di dalamnya.

Client Service Department berfungsi sebagai jembatan untuk membangun hubungan antara klien dengan biro iklan. Bisa dibilang, Client Service Department-lah yang bertemu pertama kali dengan calon klien untuk berkenalan. Bagian-bagian di dalam client service department ini ada banyak, yaitu head of client service department, account director, account manager, account executive, dan junior account executive.

Kemudian di bagian kedua ada media department yang akan merencanakan media apa yang cocok untuk mengiklankan produk dari klien. Di dalam media department berisi media director, media manager, media planning, media buying, dan media monitoring. Biasanya sebelum mereka mulai bekerja, mereka akan mencocokkan tujuan beriklan klien dan melakukan riset. Tentu saja agar iklannya bisa tepat sasaran.

Dan bagian terakhir, adalah bagian yang mungkin Anda juga sudah ga asing sama pekerjaannya, bagian ini adalah creative department. Sudah tahu kan kerjanya apa? Di department creative ini terdapat creative director, art director, dan copywriter. Mereka yang nantinya akan mengeksekusi ide-ide audio visual untuk iklan. Ini sebenarnya bagian yang saya incar dan mau saja ajak serius. Anda mau saya ajak serius? Sayangnya saya tidak.

Lalu, selain full service agency ada juga biro iklan kekhususan. Sesuai dengan namanya, biro iklan ini hanya akan menangani klien dengan hanya beberapa jasa yang khusus mereka kerjakan. Contoh biro iklan kekhususan ini seperti creative boutique yang hanya melayani bagian konsep kreatif, interactive media yang hanya akan membuat komunikasi pemasaran melalui media baru, dan media specialist yang akan menjalankan tugas sebagai media planner.

Pada era digital saat ini, hampir semua orang di pelosok semesta ini sudah tahu tentang media digital. Selain media tradisional, iklan juga ada di media digital. Ga percaya? Coba buka gadget Anda dan telusuri informasi apapun yang Anda mau tahu di mesin pencarian raksasa. Pop-up yang muncul saat Anda membaca artikel dan menutupi hampir 90% layar gadget Anda, itu dia iklannya.

Nah, yang mengurus iklan di media digital pada era digital ini juga ada biro iklannya, mereka menyebut diri mereka sebagai digital agency. Mereka mengurus segala bentuk pemasaran dan atau periklanan di media sosial, website, dan lainnya yang berhubungan dengan dunia digital. Mereka ahlinya di dunia digital ini.

Saat ini sudah terdapat banyak sekali biro iklan, mulai dari yang kecil, menengah, hingga yang sudah terkenal di mancanegara. Untuk di Jakarta saja sampai pada tahun 2020 ini, terdapat lebih dari 50 biro iklan ternama yang beberapa diantaranya yaitu Okular, Fortune Indonesia, Cognito Communications Counselors, Coda, BBDO Indonesia, Dentsu Indonesia, Havas Jakarta, Lowe Indonesia, dan Solid Circle. Serta terdapat lebih dari 20 biro iklan digital yang beberapa diantaranya yaitu Tomato Digital Agency, Big In Digital, RED Communications, Pensil Media, dan Doremindo.

Terlalu banyak jika saya sebutkan semuanya disini. Intinya, periklanan bukanlah hal simple seperti yang Anda bayangkan diawal. Di dalam sebuah iklan yang Anda temukan tanpa sengaja di pinggir jalan, terdapat sekelumit gagasan kreatif dan tujuan pemasaran yang luarbiasa penting untuk sebuah produk. Pada akhirnya, apakah iklan bisa mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat atau tidak, itu bergantung pada sekreatif apa iklan tersebut dibungkus.

Referensi:

C.L. Tyagi dan Arun Kumar. 2004. Advertising Management. Atlantic Publisher & Dist

Frank jefkins. 1997. Periklanan Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh Haris Munandar. Jakarta: Penerbit Erlangga

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas Jilid 2. Diterjemahkan oleh: Bob Sabran, MM. Jakarta: Penerbit Erlangga.

https://learn.g2.com/history-of-advertising

https://www.undercover.co.id/agensi-advertising-jakarta/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun