Mohon tunggu...
Nurul Khikmah
Nurul Khikmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Halloo, Saya Nurul Khikmah👋🏻 Saya seorang Mahasiswi aktif S1 Ekonomi Syariah semester 3 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) tepatnya di kampus tercinta UIN K.H. Abdurrahman Wahid, Pekalongan. Aktif dalam salah satu keanggotaan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di FEBI. Mempunyai ketertatikan tinggi di bidang ekonomi dan bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Waspada Dampak Perekonomian Indonesia Akibat Konflik Israel-Palestina

3 November 2023   16:18 Diperbarui: 3 November 2023   16:43 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Konflik Israel-Palestina merupakan konflik dunia yang sudah berlarut lama serta berlangsung lebih dari setengah abad yakni 150 tahunan. Konflik yang telah berlangsung lama ini telah menyita perhatian penduduk dunia. Terjadinya konflik tersebut berawal dari keputusan PBB yang mengakhiri perintah pemerintahan Inggris pada wilayah Palestina, lalu membagi wilayah Palestina menjadi dua negara, yakni wilayah yang diperuntukkan masyarakat Palestina dan Yahudi Israel. Keputusan PBB itulah yang menyebabkan protes dari masyarakat Palestina yang sudah lama tinggal di wilayah tersebut. Sementara itu, sikap keangkuhan Israel yang ingin berkuasa atas seluruh wilayah Palestina berubah menjadi kerusuhan yang menyebabkan terjadinya konflik berskala besar. 

Konflik yang memicu perang antara Israel-Palestina terutama oleh militer Islam Palestina yang dinamai Hamas, kedua negara ini saling menembakkan rudal dan alat sejenisnya mereka setiap harinya dan masih berlangsung hingga saat ini. Penyerangan yang dilakukan oleh keduanya telah menelan banyak korban dan terlalu berdampak pada kesengsaraan yang berkepanjangan terhadap warga Palestina. Jika perang tersebut berlangsung terus-menerus, maka akan semakin banyak memakan korban dan untuk negara lain akan merasakan ancaman pada berbagai sektor terutama dari sektor ekonomi akan berpotensi buruk pada perekonomian global salah satunya ekonomi Indonesia yang harus siap menghadapi dampak dari konflik tersebut. IMF (International Monetary Fund) telah memprediksi perkiraan pertumbuhan ekonomi global akan melambat sebesar 2,9% pada 2024 dari perkiraan pada tahun ini sebesar 3%. Perlambatan tersebut terjadi karena dunia belum sepenuhnya pulih dari resesi yang diakibatkan dari COVID-19, dan perang Ukraina-Rusia dan saat ini dunia salah satunya Indonesia sedang menghadapi dampak perekonomian akibat dari konflik Timur Tengah tersebut. Dampak perekonomian Indonesia akibat dari konflik Israel-Palestina meliputi: 

1. Depresiasi Rupiah terhadap dollar AS: dampak dari konflik tersebut akan memicu para investor untuk menggesar ke aset yang lebih aman, karena kondisi tersebut dapat memicu dollar AS menguat dalam jangka pendek. Contohnya pada dollar indeks yang bertahan ke level 106, dan rupiah akan mengalami depresiasi terhadap dollar AS. Hal ini memicu potensi menaiknya komoditas impor terkhusus pangan. Walaupun terdapat negara yang siap jual ke Indonesia, namun biaya impor biasanya di pengaruhi dolar AS sehingga memicu potensi menaiknya harga sejumlah barang. Contohnya biaya impor beras akan naik karena akibat dari dollar AS, lalu impor BBM juga akan naik akibat dari naiknya dollar AS. Maka pemerintah harus menentukan pilihan apakah alokasi subsidi energinya naik atau dilanjutkan ke masyarakat dengan membayar BBM lebih tinggi. Namun, jika dilanjutkan akan berdampak pada inflasi yang menjadi ancaman serius untuk daya belik domestik. 

2. Kenaikan harga minyak: jika konflik berlangsung terus-menerus Indonesia sebagai negara importir minyak terbesar di Asia Tenggara akan merasakan dampaknya. Adanya konflik ini dapat berisiko bagi Indonesia yakni menaiknya impor harga, sehingga dapat menyusutkan surplus neraca dagang dan membuat defisit transaksi berjalan melebar. Menaiknya dollar AS ini akan menjadi ancaman bagi komoditas minyak, karena banyak negara importir minyak terutama Indonesia untuk mengurangi permintaan impor karena adanya selisih kurs. Bima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies, memprediksi harga minyak mentah bisa mencapai 90-92$ per barel akibat dari konflik Israel-Palestina. Mengutip dari laman web https://www.cnnindonesia.com bahwa Presiden joko Widodo juga memprediksi harga minyak dunia bisa mencapai 150$ per barel, akibat dampak dari Israel-Palestina, artinya hal tersebut perlu di waspadai bagi Indonesia. Kenaikan harga minyak dapat mengakibatkan tekanan Inflasi, yang mana apabila tidak dikelola dengan baik maka akan mengganggu stabilitas ekonomi Indonesia.

Josua Pardede selaku chief economist mengungkapkan, apabila dilihat dari sisi keuangan maka harga minyak yang meningkat akan berdampak pada inflasi global yang berkepanjangan dan tinggi. Hal tersebut memicu risiko suku bunga acuan yang akan lebih tinggi. Dampaknya yaitu risiko pergerakan aset keluar (capital outflow) dari Indonesia. Capital outflow investor asing serta domestik yang menjual kepemilikan mereka di suatu negara karena mereka menganggap ekonomi negara tersebut lemah dan percaya bahwa peluang yang lebih baik ada di luar negeri, jadi para investor yang beroperasi di Indonesia mungkin lebih berhati-hati dan mereka bisa jadi menarik investasinya karena ketidakpastian di pasar keuangan. Oleh karena itu maka terjadi aliran modal keluar dan akan berisiko pada pelemahan nilai tukar rupiah. Selain itu, yield (tingkat keuntungan/pengembalian dari investor yang di dapat dari investasi) dapat ikut naik sehingga beban utang pemerintah akan meningkat.

3. Gangguan pada rantai pasokan dan perdagangan: apabila mengacu neraca perdagangan pada Israel-Palestina, transaksi perdagangan Indonesia ke Israel lebih besar daripada ke palestina. Melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa neraca perdagangan Indonesia dengan Israel sebesar US$ 137,40 juta pada tahun 2022, itu artinya mengalami surplus. Lebih jelasnya Indonesia mengekspor ke Israel sebesar US$ 185,21 juta. Sedangkan impor Indonesia dari Israel sebesar US$ 47.81. Lalu neraca perdagangan Indonesia dengan Palestina sudah mengalami defisit sejak 2021. Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan bahwa konflik Israel-Palestina tidak akan terlalu besar dampaknya bagi Indonesia, namun hal tersebut tetap harus di waspadai walaupun kedua negara tersebut bukan mitra dagang Indonesia. Lalu dalam BPS juga menunjukkan bahwa ekspor pada September 2023 sebesar US$ 20,76 milliar. Jika ekspor digabungkan dari periode Januari-September 2023 maka mencapai US$ 192,27. Dari hal tersebut neraca Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 27,75. Sementara impor pada September 2023 sebesar US$ 17,34 milliar. Jika impor digabungkan dari periode Januari-September 2023 maka mencapai US$ 164,52. Dari data tersebut neraca Indonesia pada bulan September surplus US$ 3,42 milliar dari sektor non migas. Jadi, Indonesia sebagai negara yang aktif dalam perdagangan internasional dan terlibat dalam rantai pasokan global, maka Indonesia harus lebih waspada karena dapat menciptakan gangguan pada perjalanan barang dan perdagangan Internasional. Selain itu, Indonesia akan mengalami kerentanan pada fluktuasi harga karena konflik tersebut akan berdampak pada banyak negara terutama Indonesia yang merupakan negara importir minyak terbanyak dan fluktuasi tidak baik bagi ekonomi Indonesia.

Solusi atau saran untuk pemerintah dalam mengantisipasi dampak perekonomian Indonesia akibat konflik Israel-Palestina

Konflik Israel-Palestina ini akan memicu terhambatnya pemulihan perekonomian global, dan risiko resesi akan semakin besar. Oleh karena itu, Indonesia harus waspada dan berhati-hati dalam menyikapi perekonomiannya dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengurangi dampak dari pelemahan rupiah, Bank Indonesia (BI) dapat melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, cadangan devisa dapat digunakan untuk mendukung nilai mata uang. Namun BI tetap harus berupaya menjaga dan menaikkan cadangan devisa untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Selain itu, BI juga dapat menerapkan kebijakan moneter yang bijak dan stabil, seperti penyesuaian suku bunga untuk mengendalikan Inflasi dan depresiasi rupiah.

2. Pemerintah dapat mengurangi ketergantungan pada perdagangan dengan negara-negara yang terlibat dalam konflik, seperti Israel dan Palestina walaupun dampaknya tidak begitu besar. Pemerintah dapat mengupayakan diversifikasi pasar tujuan ekspor untuk mengurangi kerentanan terhadap gangguan perdagangan. Lalu pemerintah dapat lebih fokus pada diversifikasi sumber energi domestik dengan mengembangkan energi terbarukan seperti tenaga angin, biomassa serta surya. Hal tersebut dapat mengurangi ketergantungan pada impor minyak mentah. Lalu mendorong kerjasama regional dalam hal perdagangan minyak dan energi, seperti peningkatan kerja sama dengan negara-negara produsen minyak di Asia Barat atau mengeksplorasi opsi kontrak jangka panjang untuk harga minyak mentah. Lalu pemerintah dapat mempertimbangkan penggunaan cadangan devisa untuk menstabilkan harga minyak domestik saat terjadi fluktuasi, hal ini bisa membantu meredakan tekanan inflasi. Lalu jika harga minyak naik secara signifikan, pemerintah harus mempertimbangkan subsidi yang efisien untuk menjaga harga bahan bakar dan energi tetap terjangkau bagi masyarakat. Lalu mendorong program efisiensi energi di seluruh sektor industri dan transportasi dapat membantu mengurangi permintaan minyak dan mengurangi tekanan inflasi. Lalu pemerintah perlu memiliki rencana krisis yang siap dilaksanakan jika harga minyak melonjak secara tiba-tiba. Pemerintah juga harus berkomunikasi atau menyampaikan informasi dengan jelas kepada masyarakat tentang situasi harga minyak dan langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi dampaknya melalui media sosial. Selain itu, pemerintah juga harus memantau perkembangan konflik di Timur Tengah dan faktor-faktor global lainnya yang dapat mempengaruhi harga minyak mentah. Dengan antispiasi tersebut, pemerintah dapat mengurangi dampak negatif kenaikan harga minyak terhadap ekonomi Indonesia.

3. Mendorong ekspor dan mengurangi impor dapat mengurangi neraca perdagangan, dengan mendorong produksi dalam negeri dan mendukung industri yang mengekspor produk mereka dapat berkontribusi pada neraca perdagangan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun