Mohon tunggu...
Nurul Khairani Abduh
Nurul Khairani Abduh Mohon Tunggu... Dosen - Pengepul ilmu

Mendaras ilmu dan menuangkan dalam media tulis ibarat membuat jejak dalam perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia: Penduduknya Literat (?)

3 Maret 2021   19:18 Diperbarui: 4 Maret 2021   08:12 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membicang literasi bukan lagi menjadi sesuatu yang awam. Lazimnya, akan tergambar di benak orang-orang tentang aktivitas atau kemampuan membaca, menulis, atau berhitung saat menyebutkan kata literasi.

Umumnya memang literasi diartikan sebagai kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Lalu, apa benar wilayah defenitif literasi hanya sebatas itu saja? Jikalah benar demikian, dapat dikatakan bahwa Indonesia tentunya adalah negara yang penduduknya literat. Hal ini berdasarkan data BPS yang menunjukkan bahwa angka melek huruf penduduk Indonesia usia di atas 15 tahun terus meningkat dari 95,2% pada tahun 2015 menjadi 95,9% pada tahun 2019. Bahkan, di beberapa daerah, angka melek huruf mendekati sempurna, seperti DKI Jakarta sebesar 99,74%.

Lalu, mengapa hasil evaluasi Programme for International Student Assessment (PISA) di tahun 2018 menunjukkan angka yang berbeda dengan data di atas? Hasil studi PISA 2018 yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, meraih skor rata-rata yakni 371 dengan rata-rata skor OECD, yakni 487. Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 78 negara untuk kategori kemampuan berliterasi.

Kedua hal ini bertolak belakang. Tentu saja ada yang perlu dipahami lebih jauh tentang pemaknaan literasi itu sendiri. Jadi apa itu literasi? Literasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca, menulis, dan berhitung melainkan kemampuan memahami, mencerna, dan menganalisis teks dan konsep, lalu diterjemahkan ke dalam tindakan untuk mengatasi masalah kehidupan, meningkatkan kualitas hidup, dan memperbaiki kesejahteraan. Jika demikian, tentu saja kemampuan berliterasi ini akan berdampak positif terhadap kerbalangsungan hidup secara sosial dan ekonomi.

Seorang literat memiliki kemampuan mengakses informasi dan pengetahuan dengan baik yang akan memengaruhi karakternya dalam hal: berpikir kritis, pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, kreativitas dan produktivitas dirinya sehingga mampu bersaing dan hidup berdampingan dengan baik di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun