Tahun 2022 wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang merupakan penyakit viral di kalangan ternak masih menjadi salah satu permasalahan para peternak khususnya pada peternak kecil. Wabah PMK dapat menular dengan cepat dengan daya tahan hidup di lingkungan dalam waktu yang cukup lama sehingga sulit diatasi. Dalam bahasa latin penyakit ini dikenal dengan Apthae Epizooticae. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merupakan penyakit dengan daya tular tinggi yang disebabkan oleh Foot dan Mouth Disease Virus (FMDV). Secara etiologi penyakit mulut dan kuku disebabkan oleh entovirus yang sangat kecil masuk dalam genus Aphthovirus dan Family Picornaviridae. Virus PMK terdiri dari 7 tipe virus yang meliputi A, O, Asia, South African Trerittory (SAT) 1, 2, dan 3. Gejala PMK yang ditimbulkan bervariasi tergantung jenis virus PMK, jumlah virus, umur, imunitas, dan genus hewan yang terinfeksi. Ternak yang tertular penyakit ini dapat ditandai dengan melepuh dan erosi yang terjadi di bagian mulut, gusi, lidah, langit-langit mulut, puting, dan kulit di sekitar kuku. Virus PMK akan mudah tertular pada hewan ternak yang berkuku genap seperti sapi perah, sapi potong, domba, kambing, dan babi. Penularan virus PMK bisa dengan berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita atau melalui lalu lintas daging dan produk asal hewan lainnya.
Beberapa daerah di Indonesia banyak ternak yang tertular oleh virus PMK, bahkan telah mencapai puluhan ribu ternak yang terjangkit virus ini. Ternak milik rakyat yang terjangkit virus tidak dapat bertahan hingga menyebabkan ratusan ekor ternak mati mengenaskan. Peternak kecil, khususnya sapi perah dengan mewabahnya kasus PMK ini, menyebabkan nafsu makan ternak yang tertular akan menurun drastis. Turunnya nafsu makan ternak sapi perah akan berdampak pada produksi susu yang dihasilkan. Hal ini berdampak besar bagi perekonomian karena menyebabkan penurunan produktivitas daging dan susu. Tidak hanya itu, banyaknya ternak yang terinfeksi membuat peternak terpaksa menjual ternaknya dengan harga murah di Rumah Potong Hewan (RPH) karena takut virus PMK akan tertular dengan ternak lainnya.
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tidak bersifat zoonosis atau dapat menularkan pada manusia dan sebaliknya. Daging ternak yang tertular PMK dapat dikonsumsi melalui pengolahan yang tepat, dengan cara memasak daging pada suhu minimal 60° C hingga matang sempurna, dan hindari konsumsi bagian jeroan, tulang, atau kepala.
Langkah awal yang dapat dilakukan apabila ternak tertular PMK yaitu memisahkan ternak yang masih sehat dengan ternak yang telah tertular atau dimasukkan dalam kandang isolasi. Kemudian bersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, dan pada bagian kuku dengan menggunakan larutan formalin atau Natrium Karbonat 4%. Â Penyakit yang disebabkan oleh virus dapat hanya dapat diobati oleh obat antivirus atau yang dapat meningkatkan imunitas kekebalan terhadap virus tersebut. Mempertahankan kondisi ternak dapat dilakukan dengan memperhatikan nafsu makan agar ternak yang tertular memiliki energi untuk menciptakan antibodi yang dapat melawan virus tersebut. Periksakan ternak yang tertular kepada Dokter Hewan atau pihak yang terkait.
Daftar Pustaka:
Suganda, et al. 2019. "Prosedur Operasional Baku Uji conRT-PCR Untuk Deteksi Molekuler Antigen Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)". Repository Publikasi Kementrian Pertanian Republik Indonesia.Â
Fahmi T, et al. 2015. Petunjuk Teknis Manajemen Pemeliharaan Ternak Domba. Lembang: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H