Mohon tunggu...
Nurul Khoirotunnisaa
Nurul Khoirotunnisaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - jey

mahasiswa uin malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebudayaan Dayak di Desa Budaya Pampang

11 Maret 2021   20:06 Diperbarui: 11 Maret 2021   20:08 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemudian terdapat berbagai macam tarian daerah, pada setiap pekan mereka menampilkan tarian-tarian untuk mempersembahkan kepada wisatawan yang dating untuk dinikmati. Tarian adat Suku Dayak ini di gelar di rumah adat Lamin Adat Pamung. Disini kita dapat menyaksikan tarian Tari Bangentawai, Kanjet Anyam Tali, Ajay Pilling, Kancet Lasan, Hudoq, Kancet Punan Lettu, Kancet Lasan, dan Nyalama Sakai. Pada saat tarian akan dipertontonkan, kita akan lebih dulu mendapatkan penjelasan mengenai makna dari setiap tarian yang akan ditampilkan. Jadi para menonton dapat memahami makna dari setiap tarian yang akan ditampilkan nantinya.

Berikut ini makna darian tarian-tarian tersebut, Tari Kancet Papatai merupakan tari perang. Penari biasanya menggunakan pakaian tradisional lengkap dengan peralatan perang. Pakaian tradisionalnya terdiri dari besunung (baju dari kulit domba atau kambing), beluko (topi bulu) balavit (lapisan baju belakang), kelempit (perisai), malak (pedang) atau mandau (parang). Tarian ini diiringi oleh sampeq (alat musik petik tradisional khas Dayak).

Tari Kancet Ledo/Tari Gong menggambarkan kelembutan seorang gadis yang memakai pakaian adat dan kedua tangan memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Tarian ini biasanya dilakukan di atas gong.

Tari Kancet Lasan menceritakan tentang seorang gadis bernama Utan Along yang dikawinkan paksa oleh orangtuanya dan akhirnya ia lari ke hutan. Lagu yang mengiringi adalah lagu leleng.

Tari Hudoq dilakukan pada saat upacara menyambut tahun tanam maupun ucapan terimakasih pada dewa. Penari biasanya menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan kain sarung sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia yang dihiasi ukiran Dayak Kenyah.

Tari Pecuk Kina menggambarkan pindahnya suku Dayak Kenyah dari Apokayan ke Long Segar.

Tari Datun diciptakan oleh seorang kepala suku Kenyah di Apokayan bernama Nyik Selung sebagai tanda syukur atas kelahiran cucunya.

Di desa Dayak ini sangat menjaga kekentalan budaya mereka dengan selalu menjaga agar budaya tersebut tidak punah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun