Mohon tunggu...
Nurul Izzah
Nurul Izzah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

purple

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Eksplorasi Wayang Sebagai Aset Budaya Indonesia

19 Desember 2022   12:25 Diperbarui: 19 Desember 2022   13:03 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warisan Budaya yang dimiliki bangsa Indonesia tersebar di seluruh daerah Nusantara. Warisan tersebut menjadi aset budaya yang terus dilestarikan oleh masyarakat, salah satunya adalah wayang. 

Menurut (Nurgiyantoro, 2011) Wayang merupakan bagian dari wiracarita yang berfokus pada tokoh-tokoh pahlawan berwatak baik dalam melawan tokoh-tokoh pahlawan berwatak buruk.

Dalam (Awalin, 2018) disebutkan bahwa secara historis, eksistensi wayang sudah ada sejak 1500 Sebelum Masehi. Wayang pada zaman dahulu hanya digunakan sebagai media untuk mendatangkan arwah leluhur karena adanya kepercayaan masyarakat Jawa zaman prasejarah yang melakukan ritual penyembahan arwah leluhur (hyang) untuk meminta pertolongan dan berkah kepada masyarakat. Oleh sebab itu, wayang berkaitan dengan kata 'hyang' yang bermakna sukma leluhur yang melayang atau bergerak berkali-kali.

Seiring perkembangan zaman, makna dan penggunaan wayang mengalami perubahan. Yang sebelumnya hanya untuk ritual bersifat magis dan religius, saat ini wayang sudah dijadikan sebagai pertunjukkan panggung atau teater, dan bahkan juga dijadikan sebagai pementasan pada perayaan hari besar seperti pernikahan, khitanan, yang masih menjadi favorit di kalangan masyarakat hingga saat ini. 

Menurut (Anggoro, 2018) perubahan ini disebabkan karena adanya penyebaran agama islam pada kehidupan masyarakat Jawa, sehingga terciptanya perubahan tradisi. Penyebaran islam tersebut dilakukan oleh para pembawa dan penyebarnya kepada masyarakat Jawa yang masih kental dengan budaya animisme dan dinamisme, yang masih melakukan secara rutin tradisi pemujaan roh nenek moyang.

Namun, saat ini wayang sudah diakui dan terkenal di mancanegara, KBRI Canberra mengenalkan wayang kulit asli indonesia kepada warga Australia, bahkan melakukan pementasan wayang kulit berbahasa inggris di National Gallery of Australia. 

Di Korea Selatan, juga terdapat pertunjukkan Wayang Ajen yang merupakan kolaborasi wayang golek, multimedia, dan komposer musik di National Intangible Heritage Center dalam rangka Invitation Performance of UNESCO Intangible Cultural Heritage of Humanity and Conference. Hal tersebut membuat Wayang Ajen dianggap sebagai terobosan kreatif dalam kesenian wayang yang sudah diakui luar negeri.

Pada 7 November 2003, UNESCO memberikan penghargaan untuk pertunjukkan wayang kulit sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity asal Indonesia. Hal ini semakin menegaskan bahwa wayang menjadi salah satu aset budaya Indonesia.

Sebagai salah satu aset budaya Indonesia, pada peringatan hari Wayang Nasional tahun ini, Kemendikbud Ristek menggelar pertunjukkan wayang pada 10-11 November 2022 di Gedung Pewayangan Kautamaan Taman Mini Indonesia. Pertunjukkan wayang tersebut juga ditetapkan sebagai Living Intangible Cultural Heritage Forum for Wayang Puppet Theater.

Hingga saat ini pementasan wayang sudah dapat dinikmati masyarakat umum dengan mengunjungi museum yang tersedia di berbagai wilayah Indonesia, salah satunya adalah Museum Wayang di Kawasan Kota Tua, Jakarta.

Museum merupakan media pengembangan budaya dan peradaban manusia yang dapat dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan dapat diteliti, serta dilestarikan dengan kolektif karena memuat sejarah budaya peninggalan masa lampau (Parwoto, 2020).

Sebagai destinasi wisata dengan harga dan akses transportasi yang terjangkau untuk masyarakat, Museum Wayang kawasan Kota Tua menjadi salah satu tempat yang menampilkan pementasan wayang sekaligus mengenalkan berbagai jenis wayang yang dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk lebih mengenal aset budaya Indonesia.

 

Pada tanggal 23 Oktober 2022 terdapat pertunjukkan Wayang Golek Sunda 'Bandung Bandawasa' yang didalangi oleh Ki Wardana W. Kusuma di Museum Wayang Kawasan Kota Tua. 

Kisah antar Pandawa dan Kurawa ini berfokus pada perjuangan dan tekad dari tokoh Raden Bima untuk membebaskan saudara-saudara yakni Pandawa beserta sang ibu yakni Dewi Kunti untuk terlepas dari kesengsaraan.

Pementasan tersebut menggunakan wayang golek. Umumnya, jenis wayang ini populer di daerah Jawa  Barat. Bentuk Wayang Golek menyerupai manusia dengan memakai kostum yang terbuat dari kain. Salah satu ciri khas dari wayang ini adalah karena bentuknya yang tidak memiliki kaki karena bagian bawahnya hanya ditutup dengan kain sarung.

 

Dokpri
Dokpri

Selain jenis wayang golek, Indonesia juga memiliki jenis wayang seperti wayang kulit, wayang boneka, wayang wong, wayang banjar, wayang topeng, wayang beber, wayang kancil, wayang wahyu, dan lain sebagainya. Semua jenis wayang tersebut dapat dinikmati langsung dengan mengunjungi Museum Wayang. 

Tak bisa dipungkiri, Indonesia masih memiliki berbagai jenis wayang lainnya yang hingga saat ini eksistensinya masih ada dan terus menunjukkan perkembangan, Hal tersebut membuat tak sedikit masyarakat masih menggemari pentas pewayangan.

Eksistensi Wayang seakan bertahan dari generasi ke generasi, di tengah gempuran modernisasi, seakan menunjukkan bahwa wayang memiliki kemampuan untuk tetap hadir di antara masyarakat, dan patut diapresiasi oleh masyarakat.

Walaupun tak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya beberapa generasi muda masih merasa asing dengan pewayangan, bahkan mungkin tidak memiliki keinginan untuk mengeksplorasi lebih tentang salah satu aset budaya tersebut. Namun, ketradisionalan wayang tidak membuat seni pewayangan redup begitu saja. 

Hal ini dikarenakan masih ada khalayak yang ingin mengkaji lebih lanjut untuk memperoleh pesan yang terkandung secara implisit maupun eksplisit mengenai nilai-nilai budaya di Indonesia.

Referensi:

Anggoro, B. (2018). "Wayang dan Seni Pertunjukan" Kajian Sejarah Perkembangan Seni Wayang di Tanah Jawa sebagai Seni Pertunjukan dan Dakwah. JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam), 2(2), 257--268.

Awalin, F. R. N. (2018). Sejarah Perkembangan dan Perubahan Fungsi Wayang dalam Masyarakat. Jurnal Kebudayaan, 13(1), 77-89.

CNN Indonesia. (2018). Wayang Ajen 'Sihir' Warga Korsel dengan Eksotisme Nusantara. Diakses pada 14 Desember 2022 dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181009191325-269-337069/wayang-ajen-sihir-warga-korsel-dengan-eksotisme-nusantara.

Nurgiyantoro, B. (2011). Wayang dan pengembangan karakter bangsa. Jurnal Pendidikan Karakter, 1(1).

Parwoto, B. D., Peja, E., & Setiawan, F. (2020). Penataan Benda Koleksi Museum Terhadap Kepuasan Pengunjung Di Museum Wayang Dan Museum Sejarah Jakarta Kawasan Kota Tua Jakarta. IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial Dan Humaniora, 4(2), 35-49.

Putra, E.P. (2022). Kemendikbud Ristek Gelar Pertunjukan Wayang di TMII. Diakses pada 14 Desember 2022 dari https://m.republika.co.id/amp/rl662q484.

Wonderful Indonesia. (2021). Diakui Sebagai Warisan UNESCO, Ini 5 Hal Menarik Seputar Wayang Kulit. Diakses pada 14 Desember 2022 dari https://www.indonesia.travel/id/id/ide-liburan/diakui-sebagai-warisan-unesco-ini-5-hal-menarik-seputar-wayang-kulit.

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun