Mohon tunggu...
Nurul Isrofiyani
Nurul Isrofiyani Mohon Tunggu... Penulis - Semoga Bermanfaat

Manusiakanlah manusia

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Stop Bullying dari Dini untuk Menjaga Kualitas Anak Bangsa

23 November 2019   01:53 Diperbarui: 23 November 2019   01:58 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

STOP BULLYING DARI DINI UNTUK MENJAGA KUALITAS ANAK BANGSA


Pendahuluan


Bimbingan  pribadi sekolah  merupakan salah satu bidang pendidikan bimbingan konseling yang ada di sekolah terutama sekolah dasar. Masalah yang sering muncul dalam sekolah adalah budaya bullying (kekerasan) atas nama senioritas masih terus terjadi dikalangan peserta didik. Karena meresahkan, pemerintah didesak segera menangani masalah ini secara serius. Bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman sebaya kepada seseorang (anak) yang lebih rendah atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. (Olweus, 1995 dalam Sari & Agung 2015: 32) men-deskripsikan "bullying sebagai suatu perilaku yang disengaja terjadi berulangulang dan adanya penyalah-gunaan kekuasaan dari pelaku".
"Siswa yang mendapatkan perilaku tersebut umumnya tidak memiliki keberanian untuk melawan temannya yang lebih kuat sehingga mereka lebih banyak diam ketika dijahili, diejek, atau ketika mendapat kekerasan dari temannya" (Coloroso, 2007 dalam Sari & Agung 2015: 32). Karena sangat bahanya dampak dari bullying bagi anak terutama anak tingkat SD ini, maka perlu adanya tindakan untuk mencegah bullying pada anak SD


ISI


Dalam Bimbingan pribadi-sosial berarti upayah untuk membantu individu dalam menghadapi keadaan batinya sendiri dan mengatasi konflik-konflik dalam diri dalam upaya mengatur dirinya sendiri dalam bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta upaya membantu individu dalam membina hubungan sosial berbagai lingkungan (pergaulanm sosial) Dalam lingkungan sekolah masalah yang di hadapi dalam pribadi-sosial adalah masalah bullying
"Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar" Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2014.
Siswa yang terdiri dari berbagai macam latar belakang kehidupan yang berpotensi menimbulkan kejadian bullying. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK ditemukan bahwa bullying merupakan sebuah kasus yang sering terjadi. Kasus bullying sangatlah banyak tindakannya seperti mengejek, memanggil teman dengan nama hewan, memberi label kepada teman, memalak, sampai pada kasus pemukulan. Pelanggaran bullying  ini merupakan pelanggaran terbanyak kedua selain kasus pelanggaran tata tertib. Bullying yang sering terjadi adalah umpatan verbal seperti caci-maki, menghina teman, mengancam, memalak, dan ada pula kasus pemukulan. Adapun korban sasaran bullying tidak memandang jenis kelamin, status sosial, maupun tingkatan kelas. Korban bullying ada yang mampu bertahan dan pulih secara efektif namun ada pula individu yang gagal karena tidak berhasil keluar dari situasi yang tidak menguntungkan.

"A study based on a representative sample of the national Portuguese school population found that 57% of adolescents between 11 and 16 years of age reported their involvement in bullying behaviour at least once during the last school term. Of these, 10% were bullies, 21% were victims and 26% were bully/victims (Carvalhosa, Lima & Matos, 2001).


Since prevention of bullying is a major challenge in Portugal, it is crucial to identify the extent of the problem and factors that might prevent it. The main goal of this work is to understand the different processes, characteristics, settings and timing of bullying behaviour according to ecological system theory (Bronfenbrenner, 1986).


This work contributes more knowledge than currently exists on the development of effective strategies and policies to prevent bullying, especially in Portugal. Assuming that bullying can break down our natural equilibrium (ecology) and that it is possible to prevent it, the thesis analysed Process the relationship between young people and different settings; Person the differences between victims, bullies, bully/victims and noninvolved adolescents (in terms of individual behaviours and perceptions); Context family, peers, school (microsystem), relationships between the different microsystems (mesosystem), the influence of macroeconomic indicators and different cultures (macrosystem); and Time the influence of different age levels in the developmental process (chronosystem)."


"Artinya :Sebuah studi yang didasarkan pada sampel representatif dari populasi sekolah nasional Portugis menemukan hal itu 57% remaja berusia antara 11 dan 16 tahun melaporkan keterlibatan mereka dalam perilaku intimidasi disetidaknya satu kali selama masa sekolah terakhir. Dari jumlah tersebut, 10% adalah pengganggu, 21% adalah korban dan 26% pelaku intimidasi / korban (Carvalhosa, Lima & Matos, 2001).


Karena pencegahan bullying adalah tantangan utama diPortugal, sangat penting untuk mengidentifikasi sejauh mana masalah dan faktor-faktor yang mungkin mencegahnya. Utama Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk memahami berbagai proses, karakteristik, pengaturan dan waktu penindasan. Perilaku menurut teori sistem ekologis (Bronfenbrenner, 1986).

Pekerjaan ini berkontribusi lebih banyak pengetahuan daripada yang ada saat ini tentang pengembangan strategi dan kebijakan yang efektif untuk dicegah intimidasi, terutama di Portugal. Dengan asumsi bahwa intimidasi dapat menghancurkan keseimbangan alami kita dan mungkin untuk mencegahnya, tesis menganalisis Proses hubungan antara anak yang berbeda usia; perbedaan antara korban, pengganggu, (dalam hal perilaku dan persepsi individu); Konteks keluarga, teman sebaya, sekolah, hubungan antara berbagai lingkungan, pengaruhnya indikator ekonomi dan budaya yang berbeda dan pengaruh perbedaan tingkat usia dalam proses perkembangan." (International Journal of Developmental and Educational Psychology, 2009.)

Seringkali ditemukan korban bullying yang tidak mampu untuk keluar dari situasi yang tidak menguntungkan tersebut. Siswa yang menjadi korban cenderung menjadi malas masuk ke sekolah, sering bolos, tidak mampu beradaptasi sebagaimana sebelum menjadi korban, tidak mampu menonjolkan kembali potensi diri, cenderung takut bila akan berhadapan dengan pelaku bullying, takut pulang sendiri, dan memilih untuk lebih banyak menyendiri. Korban "bullying" akan mengalami kesulitan dalam bergaul, merasa takut datang ke sekolah sehingga absensi mereka tinggi dan tertinggal pelajaran, dan mengalami kesulitan berkonsentrasi sehingga akan berdampak pada prestasi belajarnya. siswa yang menjadi korban bullying memiliki prestasi akademik yang rendah, merasa tidak aman di sekolah, merasa tidak memiliki sekolahnya, dan merasa sedih, dibandingkan siswa yang tidak menjadi korban bullying. Hal ini akan mengakibatkan terancamnya kualitas kecerdasan anak Bangsa jika tidak ditindak lanjuti.


Ketidaksanggupan untuk bangkit dari situasi tidak mengenakkan yang pernah diperoleh korban bullying merupakan sebuah masalah yang perlu ditangani secara serius di samping kasus-kasus lain yang terjadi.
"sentuhan BK, maka diharapkan siswa mampu bangkit atas keterpurukan yang dialaminya. Adapun fenomena dimana individu mampu untuk keluar dari situasi negatif. ia dapat bangkit dan pulih kembali" dikenal dengan istilah resiliensi oleh Tugade & Fredrikson (Tatyagita & Handayani 2014: 17).
"Resiliensi berarti kemampuan untuk pulih kembali dari suatu keadaan, kembali ke bentuk semula setelah dibengkokkan, ditekan, atau diregangkan. Secara sederhana resiliensi adalah kemampuan individu untuk bangkit kembali dari kondisi terpuruk. Terdapat tiga sumber resiliensi, yaitu I have, I am dan I can. Resiliensi dapat ditingkatkan ketika dukungan diberikan (I have), ketika kekuatan dari dalam diri seperti kepercayaan diri, sikap yang optimis, sikap untuk menghargai dan empati dikembangkan (I am) dan ketika kemampuan interpersonal dan memecahkan masalah. "  (Grotberg, 2005 dalam Tatyagita & Muryantinah 2014: 18).
Sekolah sebagai lingkungan kritis memang sangat strategis untuk membangun resiliensi siswa. Menurut (Benard dalam Prihastuti 2011) "kondisi lingkungan yang perlu diperhatikan pendidik dalam membangun resiliensi siswa, yaitu provide caring and support (memberikan perhatian & dukungan), set and communicate high expectations (menetapkan & mengkomunikasikan harapanharapan yang tinggi tapi realistik, sehingga dapat menjadi motivator yang efektif), dan provide opportunities for meaningful participation (memberikan kesempatan untuk patisipasi yang bermakna)."

"These findings support the assumption that involvement in bullying will damage the healthy development of young people and turn the world into malfunctioning societies. It is important for society to develop strategies that might prevent bullying, and school is considered to be a particularly important setting for implementing systematic approaches towards preventing bullying behaviour. Furthermore, school is in a position to initiate collaboration with both parents and local community which is important for wide reaching impact of the prevention strategies.

" Artinya, Temuan ini mendukung asumsi bahwa keterlibatan dalam intimidasi akan merusak perkembangan yang sehat. opment orang muda dan mengubah dunia menjadi masyarakat yang tidak berfungsi. Penting bagi masyarakat untuk melakukannya mengembangkan strategi yang mungkin mencegah intimidasi, dan sekolah dianggap sebagai hal yang sangat penting pengaturan untuk menerapkan pendekatan sistematis terhadap pencegahan perilaku intimidasi. Selanjutnya, sekolah berada dalam posisi untuk memulai kolaborasi dengan orang tua dan masyarakat setempat yang penting untuk dampak yang luas dari strategi pencegahan. (International Journal of Developmental and Educational Psychology, 2009.)


Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru BK untuk meningkatkan resiliensi bagi korban bullying adalah melalui mediasi, pemberian nasihat, serta konseling individu. Akan tetapi hal ini tidak mampu memberikan hasil optimal, kasus bullying masih sering terjadi dan korban bullying masih kurang mampu untuk keluar dari situasi yang tidak mengenakkan tersebut. Dibutuhkan suatu inovasi bagi guru BK untuk dapat melakukan layanan bagi korban bullying. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengoptimalkan kembali pelaksanaan bimbingan pribadi sosial pada korban bullying. Yusuf & Nurihsan (2012: 11), "menyatakan bahwa bimbingan sosial pribadi adalah bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial pribadi. Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator BK mengenai upaya peningkatan resiliensi ditemukan bahwa salah satu permasalahan yang dimiliki oleh guru BK adalah kurangnya materi serta pedoman dalam bentuk modul untuk mengoperasionalkan bimbingan pribadi sosial. "
Tidak terdapat modul-modul yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk menjalankan bimbingan pribadi sosial kepada siswa. Hal ini diperkuat lagi dengan fakta bahwa hal-hal yang berkaitan dengan upaya pengembangan resiliensi korban bullying merupakan suatu hal yang masih bersifat baru. Berdasarkan fenomena di atas, maka perlu adanya sebuah inovasi dalam praktik pelayanan BK sebagai upaya dalam meningkatkan resiliensi bagi siswa korban bullying. Upaya tersebut dapat ditempuh melalui pengembangan modul bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan resiliensi siswa korban bullying. Selain itu, berdasarkan hasil studi literatur ditemukan bahwa melalui pengembangan modul bimbingan pribadi sosial dapat memberikan kontribusi bagi guru BK yang dapat digunakan untuk membantu konseli/siswa dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya terutama terhadap korban bullying. Hal ini sesuai dengan pendapat (Prayitno 2009: 26 dalam Yandri, dkk, 2013: 98) yang menyatakan bahwa "pelayanan konseling tertuju kepada kondisi pribadi yang mandiri, sukses dan berkehidupan efektif dalam kesehariannya". Berdasarkan kajian literatur yang dilakukan pula ditemukan bahwa modul bimbingan sosial mengandung aspek yang dapat dikembangkan dalam bentuk panduan pelaksanaan konseling bagi siswa.


Pendapat


Bullying harus dihentikan bersama-sama. Tindakan bullying akan memberikan dampak psikologis yang buruk bagi seorang di usia berapapun terutama anak SD, tindakan bullying akan memunculkan rasa malu hingga pada depresi pada seorang yang di bully. Karena dampak buruk yang di timbulkan badi seorang yang di bully sangat besar, maka bully harus dihentikan. Agar tindakan bullying di Indonesian tidak menjadi budaya turun temurun. Karena Sangat Bahanya tindakan bullying untuk anak SD maka disini semua pihak harus ikut dalam berpartisipasi dalam menangani kasus ini. Baik dari lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolahn, dan bahkan pemerintah harus juga ikut berperan dengan cara menegaskan peraturan-peraturan yang dapat menunjang pemusnahan bullying di sekolahan.


Melakukan edukasi pada pembullying adalah hal yang pertama yang harus dilakukan. Dan semua orang, baik masyarakat, orang tua, bahkan guru harus ikut ambil peran dalam mencegah bullying untuk anak. Melakukan pembullyan memberikan efek tertentu bagi seorang pembully. Mereka biasanya merasakan senang dan puas setelah melakukan membully pada seseorang, memberikan sikap tidak bisa menghargai orang lain, dan mengakibatkan sikap menindas. Memberikan penjelasan kepada orang ini tentang dampak yang timbulkan dari kesenangan sesaat mereka kepada orang yang dibully akan lebih baik.

Melakukan pendampingan kepada orang yang di bully adalah langkah kedua. Sebagai seorang korban bully mereka tentu merasakan perasaan  yang kurang menyenangkan, entah  itu merasa malu bertemu seseorang, minder, bahkan takut. Memberikan bimbingan  untuk tak membiarkan orang yang membully mereka adalah solusi agar mereka tak terus di bully. Diharapkan dengan adanya perlawanan dari pihak yang di bully menimbulkan rasa segan bagi orang lain untuk terus melakukan pembullyan. Karena sangat bahaya sekali efek bullying bagi siswa maka diharapkan guru BK berperan aktif juga dalam memberikan kontribusi untuk pencegahan dan menindaklanjuti kejadian bullying di sekolahan dengan tegas. Agar korban bullying tidak semakin bertambah dan agar terciptanya kualitas pendidikan Indonesia yang bermutu. 

Dan orang tua juga disini sangat dibutuhkan juga peranya untuk memantau kondisi perkembangan anak-anaknya dan peran aktif orang tua untuk slalu berkimunikasi menanyakan perkembangan anaknya pada guru wali kelas di sekolahan adalah sikapan awal untuk mencegah terjadinya bullying di sekolahan, membiasakan anak untuk salalu terbuka kepada orang tua tentang masalah yang dihadapi dan mencari setiap penyebab permasalahan yang terjadi pada anaknya, dan membantu mencarikan jalan permasalahan yang dihadapi anaknya. Agar orang tua tau dan dapat mencegah sejak awal jika ada tanda-tanda bullying terjadi pada anaknya. 


Kesimpulan


Bullying di sekolah adalah salah satu masalah yang sangat serius untuk para pelajar, ada banyak hal yang dilakukan oleh pelaku bulliying. Baik dari mengejek, adanya sikap senioritas, memanggil teman dengan nama hewan, memberi label kepada teman, memalak, sampai pada kasus pemukulan. Tindakan bullying adalah tindakan paling sering terjadi di sekolahn setelah pelanggaran tata tertib sekolah. Bullying adalah satu dari sekian masalah yang terjadi pada siswa dan siswi dalam menghambat kualitas pendidikan di Indonesia. Tindakan bullying dapat menyebapkan turunya kualitas berfikir anak, yang mengakibatkan anak kesusahan dalam memahami pelajaran disekolahan. Yang mengakibakan kurang tertariknya anak pada pembelajaran karena tekan pada pemikiranya.


Adanya bullying disekolahan memberikan dampak buruk bagi siswa sebagai pelaku dan korban. Pelaku bullying yang akan slalu bersikap menindas dan tidak akan bisa menghargai orang lain. Dan akan juga berdampak buruk bagi korban bullying yang akan menimbulakan sikap takut dan malu bertemu seseorang, minder, akan mengakibatkan trauma pada korban, dan bahkan akan mengakibatkan turunnya mental anak yang menjadi korban. Semua itu akan berpengaruh buruk pada proses dan kualitas pendidikan di Indonesia.


Bullying memberikan pengaruh sangat besar bagi pendidikan, jadi bullying harus dihentikan. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah adanya bullying pada anak SD yaitu dengan dilakukan dari pihak Guru BK untuk menuntaskan masalah ini baik dari mediasi, pemberian nasihat, serta konseling individu. Adanya peran aktif dari semua pihak masyarakat sekolah terutama guru BK semoga tindakan bullying di Indonesia dapat dituntaskan. Dan peran dari orang tua siswa juga sangat membantu pencegahan bullying anak SD.

Daftar pustaka


Seri Ahmad. 2017. Pengembangan modul bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan resiliensi Siswa Korban Bullying. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling. Volume 3 Nomor 1. Hal 82-89
Fonseca Carvalhosa, Susana. 2009. Prevention Of Bullying In Schools: An Ecological Model. International Journal of Developmental and Educational Psychology, vol. 4, nm. 1, 2009, pp. 129-133.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun