Mohon tunggu...
Nurulis
Nurulis Mohon Tunggu... Lainnya - We'll make it through

Stay strong, never give up !!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hati-hati, Berikut Ini Bisa Menganggu Kesehatan Jiwa

11 Oktober 2022   15:48 Diperbarui: 11 Oktober 2022   17:16 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pixabay 

Apakah itu ? Coba tebak ! Penyakit ini terdengar dan terlihat tak berbahaya, sama sekali, tapi efeknya luar biasa. Terutama untuk kestabilan dan kesehatan jiwa. 

Rasa benci

Rasa benci di hati kalau terus dipelihara akan menyakiti diri sendiri. 

Kenapa begitu? Karena benci akan meracuni hati. Tentu saja, setiap ketemu, melihat, bahkan mendengar orang atau sesuatu yang di benci pasti akan meradang. Hati memanas dan kepala mengebul. 

Emosi tiba-tiba akan melonjak, seperti lonjakan harga BBM yang bikin heboh itu. 

Padahal orang atau sesuatu yang di benci mungkin saja tidak merasa, santai saja, alangkah meruginya. Menyakiti dan membuat hati dan perasaan lelah karena rasa benci. 

Sering juga karena kebencian emosi tidak terkontrol, mudah marah hanya dengan menyinggung sedikit saja menyangkut yang dibenci. Dan tahu kan apa akibat sering marah dan emosi ? 

Tensi akan naik, urat-urat menegang, aura wajah pun akan masam, capek kan ? Tentu saja bisa berakibat tidak hanya buat kesehatan fisik, kesehatan jiwa juga akan ikut terganggu. Karena terus saja merasa jengkel dan jengkel pada sesuatu yang tak kunjung reda. 

Baca juga: Cinta Mati

Meskipun benci atau sakit hati karena pernah di sakiti atau dlukai perasaannya, sebisa mungkin diikhlaskan saja, untuk kenyamanan dan ketenangan hati. Dan tentu saja kesehatan jiwa kita terjamin. 

Iri dengki 

Iri dengki bisa berakibat lebih parah lagi. Sifat yang kebanyakan dimiliki oleh umat manusia ini, sudah nampak dari anak manusia pertama Adam dan Hawa. 

Antara dua putra mereka, Qabil dan Habil yang saling iri karena hasutan syetan dan akhirnya saling bunuh.

Karena sifat ini selalu ingin dan menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Tentu saja mudah sekali menimbulkan fitnah dan perselisihan. Gawat kan? 

Tidak boleh ada yang mempunyai sesuatu lebih dari kepunyaanya, yang boleh punya cuma dia sendiri. Selalu tidak senang melihat keberhasilan, kesuksesan maupun kemapaman orang lain. Sungguh mengenaskan. Membuat sakit hati sendiri dengan rasa iri. 

Bagaimanakah menghilangkan sifat iri dengki ? Kalau menghilangkan sama sekali, mungkin sulit sih. Tapi setidaknya sedikit demi sedikit dan harus melalui proses. 

Yang utama, selalu biasakan bersyukur. Karena dengan bersyukur, tidak akan menumbuhkan rasa ingin dan ingin pada milik orang lain. 

Kenapa ? Teramat banyak nikmat yang diberikan Allah, yang perlu kita syukuri. Kalau kita bisa berfikir rasional, tak ada yang perlu di irikan. 

Allah menciptakan manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan tentu saja di balik kekurangan, Allah selalu memberikan kelebihan. Demikian juga sebaliknya. 

Dan yang terpenting jangan mudah tertipu dengan gaya hidup dan tampilan luar yang sering kali menipu. Pelangi selalu di atas kepala orang lain, tak pernah di atas kepala kita, bener begitu ? 

Berbahagialah dengan apa adanya diri sendiri, menyukuri yang ada dan selalu berusaha berbagi, agar setiap orang merasa berbahagia dengan kehadiran kita. Dannn....lama kelamaan rasa iri akan sirna. 

Gaya hidup dan kepura-puraan. 

Gaya hidup di era yang penuh persaingan ini semakin wow dan gila-gilaan. Semua orang berlomba meraih gemerlapnya dunia. Bahkan dengan menghalalkan segala cara. 

Dalam ilmu fisika sering dituliskan Besar gaya sebanding dengan besar tekanan. Dirumuskan : P =F/ A. Yang berarti semakin besar gaya semakin besar tekanan yang diterima. 

Dalam praktek hidup semakin gaya hidupnya, semakin banyak menuntut, semakin besar tekanan yang dialami. Dan kalau tekanan demi tekanan itu setiap hari bertambah di luar kemampuan dan kekuatan, bisa timbul stress. 

Be yourself ! Jangan pernah mengikuti gaya yang justru akan merusak diri kita, keluarga kita. Jangan hanya karena gaya, keluarga jadi kacau balau, berantakan. Mengorbankan kebahagiaan untuk kesenangan sekejab saja.

Tak harus bergaya untuk menjadi mulia. Dipuji manusia tidaklah penting kalau hati merana karena tertekan. Karena yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. 

Nah, untuk kesehatan jiwa dan hati kita, ingin hidup bergaya atau bertaqwa ? Pilihan ada di tangan kita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun