[Kolom Donasi] Tak Perlu Menunggu Kaya, yang Penting Niat Tulusnya

"Kita bukan orang kaya,  ngapain harus bersedekah? Orang kaya saja belum tentu mau sedekah."

Pernah dengar celetukan begitu? Hmm.....Benerkah pemikiran seperti itu ? Tentu saja kalau boleh saya katakan itu pikiran enggak bener.  Kenapa? 

Bagaimanakah ukuran orang kaya? Apa yang punya rumah mewah dimana-mana, punya banyak mobil mewah, punya perusahaan bonafide di seantero negara dan layak  mendapat sebutan Sultan? 

Wowww....fantastic ! Apa semua orang bisa mencapai taraf sampai ke situ? Pastinya ti - dak.  Saya tekankan tidak.  

Kalau menunggu taraf kaya seperti itu, sampai kapan bisa mau bersedekah? sepuluh tahun,  dua puluh tahun atau entah berapa tahun lagi. Waduh rumitnya! 

Kita buat simple saja,  kenapa to hidup dibuat repot ? Bener nggak? 

Bersedekah tak harus menunggu kaya. Karena pada dasarnya manusia juga tidak miskin kok. Cuma kurang bersyukurnya saja, jadi tetap mengeluh sebagai orang miskin.  

Padahal dikaruniai tubuh yang lengkap, tanpa cacat,  berfungsi normal,  dan sehat, bisa melakukan aktivitas tiap hari, itu adalah suatu kekayaan yang tak ternilai. Bukannya begitu ? 

Tidak ada yang bisa membuat yang serupa dengan organ kita yang produk  langsung dari Allah. Jadi biarkan dibilang orang super kaya, harta berlimpah,  tapi organ tubuh cacat,  tidak akan mampu membuat yang serupa bentuk dan fungsinya dengan ciptaan Allah. 

Nah, kalau begitu kaya bukan cuma diukur dari materi kan ya?  tapi dari hati. Dari hati.  Bersedekah juga karena kesadaran, bukan karena kita kaya. Karena kaya tidak menjamin seseorang untuk punya kesadaran hati bersedekah.  

Selama kita masih punya kelebihan yang digunakan untuk hari ini,  kita sudah bisa bersedekah.  Enggak harus menunggu kaya bukan ?  

Niatkan saja dengan tulus dan ikhlas, sedekah sekecil apapun tetaplah sebuah amal baik.  Hayo pilih mana, sedekah dalam jumlah besar tapi nggak ikhlas atau dalam  jumlah kecil  tapi ikhlas ? Yang bagus tentu saja sedekah dalam jumlah besar, tapi juga ikhlas.  Ahay, so perfect jadinya. Tentu saja,  kalau bisa memilih yang terbaik kenapa memilih yang terburuk. Am I right?  

So,  masihkah mau menunda untuk bersedekah?  Menunggu kaya ? Hmm...tentu saja tidak.