Kedua kaki menghentak-hentak di bawah sana. Â Kedua tangan menepuk paha. Netra memejam tapi tak terlelap. Sesekali kepala mengangguk, kadang menggeleng seirama. Tak kentara. Sebersit tanya, "lagi ngapain dia? " Jawab saja, "suka-suka lah"
Seulas senyum terukir di antara komat kamit bibir. Sebuah sentilan kecil tak juapun buat terusik. Tetap fokus pada kegiatan asyik. Â Yuhuuu .... fantastic. Aksi yang tak pernah mati. Â
Mata memejam tapi bukan tuna netra. Telinga tertutup tapi bukan tuna indra pendengar. Bibir diam tapi bukan tuna wicara. Â Memang begitu kan seharusnya menanam derma? Â Tak harus basa basi, boros kata. Â Tak penting puji atau hinaan. Tatapan mencela atau memuja. Â Tetap fokus pada tujuan mulia.Â
Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Berusaha lebih bagus daripada menyerah. Kebaikan tak terlihat, lebih bagus daripada riya. Malah jadi jumawa kan ya?Â
Yeah... bersembunyilah. Â Meski jadi peran utama. Bergerak, Â berkiprah dan cakap dalam segala. Â Tetaplah merunduk kepala. Bak Dewi Sri yang menguning di hamparan sawah di sana. Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H