Mohon tunggu...
Nurulis
Nurulis Mohon Tunggu... Lainnya - We'll make it through

Stay strong, never give up !!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

PNS Bolos? Janganlah

26 September 2021   18:42 Diperbarui: 26 September 2021   18:56 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wah enak ya jadi PNS,  nggak kerja aja tetap gajian !"  Ada kan yang pernah bilang begitu ? Tentu saja tidak semudah itu.  Maksudnya meski ada hari libur, tidak bekerja penuh selama sebulan, tapi gaji yang di terima adalah tetap. 

Profesi PNS semakin banyak diminati, salah satunya karena pertimbangan  di atas. Tentu saja persaingan juga semakin ketat.  

Hal itu bisa dilihat dari perkembangan jumlah pendaftar dari tahun ke tahun. Perbandingan antara pelamar dengan angka kebutuhan pegawai,sangat jomplang sekali.  

Di lingkungan daerah, sering kali untuk menjadi PNS selalu diidentikkan dengan uang.  

"Jadi PNS ya, habis sapi berapa pasang ?"

"Sekarang berapa pasarannya ?", 

Eh...memang transaksi jual beli? Hampir bisa di bilang seperti itu. Membeli status. Dan itu bukan sekedar isapan jempol. Sudah terbukti dan menjadi rahasia umum.  

Jadi PNS harus punya uang. Bahkan saking familiarnya,  sampai ada mulut jahat yang nyinyir dan menyebalkan bilang , " Nggak bakalan jadi PNS, kalah sama yang punya uang". 

Ya Allah.... jahat banget ucapan itu.  Tidak tahukah kalau yang punya uang tetap kalah sama yang punya hidup.  Biarpun uang segunung tidak akan bisa menolong kalau waktunya ajal menjemput. Bener nggak ?

Okey,  intinya bukan itu.  

Asumsi-asumsi tentang politik uang untuk menyandang status PNS lama kelamaan luntur dengan sendirinya. 

Peralihan sistem tes CPNS yang berubah serba digitalisasi mempersempit peluang oknum yang ingin bermain dengan politik uang. 

Karena untuk lulus tes CPNS harus benar-benar mempunyai kemampuan, harus lulus Tes Kompetensi Dasar (TKD) dan Tes Kompetensi Bidang (TKB). Lulus murni. Jadi untuk menjadi seorang PNS diukur dari kemampuan ya, ke-mam-pu-an bukan uang. Bu-kan u-ang.  

Menilik dari proses menjadi PNS yang tidak semudah membalik tangan, bagaimana bisa bagi yang sudah menyandang status itu harus ogah-ogahan bekerja ? Malas atau bahkan malah bolos? Ckckck......sayang banget kan?  

Bukan karena alasan  takut dipecat atau pemberian sanksi lain,  tapi untuk lebih instropeksi diri saja.  Kalau sampai PNS bolos, perlu diingatkan bagaimana janji awal konsekuensi sebagai PNS? Enggak sungkan sama yang kasih gaji kah? Pertanyaan itu yang seharusnya terpikir sebelum seorang PNS bolos dan malas bekerja.  

Ingatkan janji adalah hutang. Seorang PNS sudah berjanji, mengucapkan sumpah sewaktu pelantikan, seharusnya dipenuhi dengan profesionalisme kerja, sebagai bukti bakti seorang abdi negara.  Janji itu bukan sekedar basa basi di mulut saja. 

Tentu saja jangan jadikan statement menyesatkan "enggak kerja aja digaji" itu sebagai senjata untuk bermalas-malasan atau bolos kerja.  

Coba tanya pada nurani, nyamankah dapat gaji tapi tidak bekerja ? Tidak merasa bersalahkah? Karena ada amanah dan tanggung jawab  dari setiap yang kita lakukan dan kita terima. 

Perlu diingatkan juga bahwa yang dibuat bayar gaji adalah uang rakyat? Ingat uang rakyat. Bukan uang pak Presiden,  Pak Menteri, DPR,  Walikota,  Bupati atau uang Pejabat Negara ini. Tapi sekali lagi uang rakyat. 

Sudah seharusnya sebagai PNS, abdi Negara yang mengemban amanah harus bekerja dengan sepenuh hati untuk melayani rakyat, sesuai tupoksinya. 

Tidak hanya orientasi terima gaji dengan ongkang-ongkang kaki. Mau terima gaji? Kerja yang bener dong !  

So, masih mau lanjut bolos kerja atau rubah statement negatif tentang PNS ? 

Ingat proses menjadi PNS tidaklah gampang, haruskah melepaskan itu dengan mudah hanya karena bolos kerja ? di pecat? Apalagi tidak dengan hormat ? 

Karena pada intinya setiap profesi dan pekerjaan yang kita lakoni harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun