Mohon tunggu...
Nurulis
Nurulis Mohon Tunggu... Lainnya - We'll make it through

Stay strong, never give up !!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berkah Doa

9 Juni 2021   12:45 Diperbarui: 9 Juni 2021   12:55 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : https://pixabay.com/id/photos/

Ahmad menengadahkan tangannya, memohon pada yang Maha Kuasa. Air bening itu  jatuh berlinang membasahi pipinya.  

Dia bukan lelaki cengeng yang dengan mudah mengalirkan air mata,  tapi melihat ibunya terbaring di rumah sakit dia tidak bisa menahan luruhnya air bening itu. 

Di atas sajadah yang sudah sedikit usang pemuda itu memohon. 

"Ya Allah,  Hamba percaya bahwa kehendak-Mu adalah yang terbaik.  Tapi kalau manusia hina dan penuh dosa ini boleh meminta, tolong berikan kesembuhan untuk ibu. Berikanlah kesempatan kepada hamba untuk berbakti kepadanya." 

Pemuda itu bersujud,  menangis pilu di hadapan sang Pencipta.  

Hingga sebuah suara lembut membuatnya bangkit dari sujudnya. 

"Ahmad, apakah  itu kamu, Nak? ", sapaan lembut itu begitu merdu di telinga pemuda itu.  Bagaikan oase di tengah gersangnya padang pasir.  

Ibunya yang sudah dua hari tidak sadarkan diri sekarang sudah bangun dan Ahmad bisa mendengar lagi suara yang sangat dirindukannya itu.   

Ahmad merasa sangat berdosa karena selama ini meninggalkan ibunya untuk bekerja di kota.  Apalagi saat mendengar ibunya jatuh pingsan,  seketika perasaan takut meliputinya. 

Akankah dia masih  punya kesempatan kedua?  

Akankah dia bisa melihat senyum ibunya lagi?  

Akhirnya tanpa berpikir dua kali pemuda itu langsung pulang ke desanya.  

"Iya Bu, ini Ahmad anak ibu ", pemuda itu meraih tangan ibunya .  Mencium tangan keriput itu dengan sayang. 

"Kamu pulang, le (tole : sebutan sayang untuk anak laki-laki (Bahasa Jawa). Kamu masih mau menemui ibu". 

Ahmad langsung memeluk tubuh rapuh itu erat,  seakan tidak ingin melepaskan lagi.  Pemuda itu terisak dalam pelukan ibunya.  

Dalam hati ia berjanji tidak akan pernah meninggalkan ibunya lagi. Karena doa dan restu ibunya lebih utama. Ia merasakan begitu sulit hidup di kota, mungkin karena ibunya tidak merestui kepergiannya.  

"Ahmad sayang ibu. Ahmad tidak akan lupa pada ibu. Maafkan Ahmad ya, Bu". 

Ahmad sangat bersyukur karena Allah masih memberi kesempatan padanya untuk bersama ibunya, kesempatan untuk berbakti pada perempuan yang telah melahirkannya itu.  

Di penghujung malam dia selalu berdoa dan mengucap syukur. 

"Terima kasih ya Allah, janjimu adalah pasti. Engkau akan selalu mengabulkan doa setiap hamba yang mau memohon kepada-Mu.  Tak terkecuali aku,  hamba yang penuh dosa". 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun