Kupandangi wajah mungil polos itu. Begitu imut dan manis, tanpa dosa. Â Seulas senyum tipis tersungging di bibir mungilnya. Menemaninya terlelap dalam mimpi. Tak terasa air beningÂ
menetes di pipiku. ÂMalam semakin kelam, tapi mataku belum bisa juga terpejam.
Aku tarik selimut untuk menutupi tubuh kecil itu. Â Aku usap kepala kecil itu lembut.
 "Nak maafin ibu ya,  mungkin ibu tidak punya waktu lebih buat kamu. Buat nemenin kamu main di rumah, buat jaga kamu, rawat kamu.  Tapi ibu janji akan berusaha jadi ibu terbaik buat  kamu. Kasih sayang ibu melebihi ibu lain di luar sana."Â
Air bening di mata  kembali menetes.
Iya, sejak kepergian ayah si kecil  dua tahun yang lalu karena lebih dulu di panggil yang Maha Kuasa,  aku harus bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Tiap hari, meskipun dengan berat hati aku harus meninggalkan si kecil untuk bekerja.
Sebelum terlelap tadi, malaikat kecilku bilang kalau besok ada acara kegiatan belajar di luar kelas. Â Semua orang tua diharapkan mengantar anaknya, Â karena kunjungan kali ini cukup jauh dari lokasi sekolah.Â
Si kecil  berumur 4 tahun. Sekolah di salah satu TK di kota kami. Â
"Besok anterin Amar ya, Bu ", kata anakku.Â
Aku masih bingung karena belum sempat ijin di tempat kerja. Â