Mohon tunggu...
Nurul Izzatin
Nurul Izzatin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/mahasiswa

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu sosial dan humaniora Program studi ilmu komunikasi 21107030012

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cancel Culture: Inilah Alasan Sosmed Jadi Toxic!

6 Juni 2022   19:19 Diperbarui: 6 Juni 2022   19:22 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Uniknya adalah ketika ada orang yang membully orang yang ngebully, dia akan merasa yang paling benar. Contohnya seperti beberapa kasus yang terjadi bulan-bulan kemarin seperti kasus yang belum terbukti bahwa orang tersebut salah udah di cancel duluan. Jadi, kondisi seperti sekarang itu bisa dibilang lebih mengedepankan safety, akan tetapi dampak buruk yang terjadi adalah adanya bullying.

Cancel culture yang terjadi saat ini bisa mengurangi inovasi, bisa membuat orang-orang lebih takut terhadap banyak hal, bisa membuat orang stuck di zona nyaman, dan bisa membuat hidup orang menjadi lebih merepotkan. 

Peristiwa seperti inilah yang dipermasalahkan oleh seorang tokoh yang bernama Elon Musk. Elon Musk rela membeli twitter sampai 100% sahamnya karena free speech, Elon Musk juga percaya bahwa kalau misalnya ide-ide itu di banned, seperti Donald Trump yang sebenarnya meresahkan para warga twitter, yang bisa membuat kekerasan. 

Menurut Elon Musk kalua semisal kita meng-banned ide-ide tersebut nantinya tetap akan muncul di sisi yang lain dan tidak akan pernah menemukan solusinya dan akan semakin terjadi polarisasi konflik yang membesar. 'Dengan Free Speech kita Batasi' kata Elon Musk. Pada saat ini cancel culture bukanlah solusi dan playing safe juga bukan solusi yang tepat untuk semua masalah.

Banyak konsekuensi-konsekuensi dari culture zaman sekarang yang memang menjadi konsekuensi tersendiri dari hal-hal yang popular pada saat ini. Dan menariknya, peradaban paling sejahtera di dunia di masa manusia hidup adalag peradaban yang biasanya manusianya mengambil resiko, berani bereksperimen terhadap berbagai macam hal dan tidak dibatasi. Bukan segala sesuatu yang diblock, bukan ketika segala sesuatu di banned, di buang atau di cancel karena sesuatu tersebut membuat kita merasa tidak nyaman.

Dulu ada Islamic golden age, masa keemasan islam yang dimana pada zaman itu semua buku di Roma sebenarnya di buang, di bakar seperti di zaman Dark Age, dan pada saat itu di ambil lagi oleh orang muslim untuk dibaca, dikaji, dan dibuat penemuan baru. 

Akhirnya banyak tokoh seperti Ibnu Sina yang menemukan aljabar yang kemudian menjadi pionir di dunia sains dan juga filsafat. Begitu pula di masa Renaissance yang dimana pada waktu itu Dark Age berhenti atau diberhentikan lebih tepatnya, dan orang-orang mulai berani bereksperimen, mulai berekspresi lewat penemuan scientific ataupun karya asli.

Jika dibandingkan dengan sekarang, lagu-lagu yang menjadi lagu pop saja, Chordnya hanya seperti itu saja. Lagu sampai zaman sekarang semakin menyamai sejak tahun 2000-an. 

Semakin kesini semakin banyak yang main aman dalam berkarya dan melakukan sesuatu. Karena sekarang  pengambilan resiko tidak begitu dihargai seperti dulu. 

Setiap manusia pasti pernah mengalami kegagalan ataupun pengalaman buruk yang membekas dalam diri, sebenarnya ini hal yang wajar akan tetapi jika pemikiran kita hanya terisi dengan trauma dan pemikiran negative terus menerus maka akan berdampak terhadap diri sendiri.

Kunci utama untuk menyelesaikan fikiran negative adalah dengan diterima. Karena dengan belajar hal baru, kita tahu banyak hal dibandingkan dengan tidak belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun