Mohon tunggu...
Nurul Izzatin
Nurul Izzatin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/mahasiswa

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu sosial dan humaniora Program studi ilmu komunikasi 21107030012

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cancel Culture: Inilah Alasan Sosmed Jadi Toxic!

6 Juni 2022   19:19 Diperbarui: 6 Juni 2022   19:22 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai ikomers, Kalian pernah nggak selama ini mikir kalo zaman sekarang tuh kita mau ngapa-ngapain jadi susah karena zaman sudah maju. Opportunity sudah mulai banyak bermunculan, akan tetapi zaman sekarang semua orang itu harus banyak mikir sebelum melakukan sesuatu, supaya apa? Yaa, supaya tidak diviralkan. Supaya tidak di cancel. 

Contohnya simple aja, ada resto yang ngasih sedotan di viralin, ada orang diduga melakukan kejahatan tertentu sebelum terbukti udah di cancel duluan, udah di pecat duluan, bahkan progress menuju hal baik diviralkan, semisal kita memproduksi mobil listrik untuk mencegah emisi dan masih banyak lagi contoh yang lainnya. 

Mungkin sekarang istilahnya itu 'kalau bisa membuat viral, ya kenapa di selesaikan dengan cara kekeluargaan'. Ada meme yang mengatakan seperti itu, jadi mending di viralkan saja, di ramaikan saja, di pecahkan gelasnya.

Disini kita akan mencoba menelisik dampak negative yang ditimbulkan dari cancel culture dan viral culture yang seringkali terjadi di zaman sekarang. Now, kita akan hanya membahas satu insight yang menjadi point penting dari keseluruhan pembahasan tentang judul ini. 

Jadi seperti ini, sekarang itu yang namanya kecemasan sudah meningkat drastic bukan hanya di Indonesia akan tetapi juga dunia dan konstributor sebenarnya terutama dalam diri anak muda adalah cancel cunture. 

Viral-viralan yang sering muncul di zaman sekarang. Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang merasa bahwa social media itu menjadi toxic bahkan banyak dari founder-founder yang jarang mempunyai social media seperti bapak menteri pariwisata dan ekonomi kreatif Nadiem Makarim. Beliau pernah berkata ' dengan uninstall Instagram maka hidup akan jadi lebih tenang'.

Akhirnya banyak orang merasa bahwa dunia itu sudah mulai jelek, merasa bahwa semua orang menjadi jahat. Dan pada saat ini orang-orang sudah mulai lebih berhati-hati, orang-orang jadi lebih memilih untuk tidak mengambil resiko, dan dampak dari hal tersebut orang-orang bisa menjadi playing safe dan akhirnya menjadi chaos.

Zaman sekarang sedang popular narasi-narasi yang memang mengedepankan human vulnerability atau mengedepankan sifat rapuhnya manusia, yang artinya disini tidak apa-apa loh untuk menjadi vunerable yang sebenarnya masih ok-ok saja. 

Sebenarnya narasi yang mengatakan 'nggak papa kamu istirahat saja' ini bisa tidak salah, bisa jadi kalua konteks nya tepat maka akan menjadi bagus, bisa jadi membantu.

Akan tetapi ini yang nantinya bisa mempunyai dampak tersendiri secara makro karena kondisi seperti sekarang, artinya mengedepankan 'oh nggak papa, istirahat aja' itu mengedepankan safety.

Pada zaman dulu kita bisa bercanda melampaui batas, mungkin juga kita udah bullying, kita ceng-cengin orang dan orang tersebut tidak marah sama sekali. Bisa jadi ini termasuk hal yang buruk akan tetapi sekarang orang-orang sudah mulai aware dengan bullying dan lain sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun