Aku sendiri dan menepi, seraya merenung.
Membayangkan agenda yang kurasakan nyeri ditanganku yang kini aku telah menjadi pengembara.
Aku menggigil menulis puisiku yang kudekap dalam sujud.
Baca juga: Mungkin Seperti Itu
Apakah bisa cahaya menerangiku saat kepercayaanku sedikit goyah?
Ingatanku terus berlari menusuri jalan yang perih,Â
Memanggil-manggil namaku sendiri dan akhirnya sukmaku menjawab "tidak lagi".
Baca juga: Kenali Diri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Marhaban Ya Ramadhan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!