[caption caption="Quality time bersama keluarga, dengan menonton film Iam Hope"][/caption]
Semua orang pasti sepakat jika hari minggu adalah hari keluarga. Dan setiap keluarga biasanya memiliki kegiatan yang dilakukan bersama sama, untuk membangun komunikasi yang baik antar anggota keluarga. Beragam kegiatan bisa dipilih, entah itu jalan jalan, ikutan acara gathering, atau nonton bareng di bioskop kesayangan.
Minggu kemarin, saya dan keluarga sepakat menghabiskan waktu minggu sore untuk nonton bareng di bioskop. Kebetulan ada film I’am Hope, film yang menurut saya bagus untuk ditonton bareng keluarga. Katanya sih, film itu adalah film yang tayang untuk menyambut hari kanker sebagai penyakit mematikan yang harus dicegah. Agar bisa mencegah, tentunya kita harus tahu lebih banyak tentang penyakit ini. Itu alasan utama saya mengajak keluarga untuk nonton film ini.
Setelah seharian menghabiskan waktu bermain dengan anak anak dirumah, sore hari adalah waktu yang pas untuk mengajak mereka nonton bareng. Kami memilih Cinema XXI Mall Pondok Indah untuk acara nonton kali ini. Selain lokasinya yang dekat dengan rumah, akses menuju kesana juga lancar, nggak macet.
Sampai di XXI Pondok Indah Mall, saya bertemu dengan teman teman Blogger dan komunitas PEDAS. Ah, rupanya mereka juga penasaran dengan film I’am Hope. Akhirnya bukan acara keluaga lagi saya dapatkan, tapi acara nonton bareng. Wah, jadi tambah seru deh acara nonton bareng film I’am Hope nya.
[caption caption="Nonton Bareng Film Iam Hope"]
Sepanjang pemutaran film, saya dan istri serius menyimak adegan demi adegan dalam film, yang penuh dengan kisah mengharukan. Diceritakan dalam film itu seorang anak remaja berbakat usia 23 tahun bernama Mia (diperankan oleh Tatjana Sapira), yang divonis mengidap penyakit kangker paru paru, bahkan dokter memprediksi usianya tersisa hanya 8 bulan saja. Mia adalah seorang penulis naskah dan hobi bermain teater. Hobi dan penyakitnya sama persis dengan almarhumah ibunya, Madina Abdinegara (Febby Febiola).
Karena tidak ingin nasib anaknya seperti sang istri, Â maka sang ayah, Raja Abdinegara (Tio Pakusadewo) begitu protektif mengontrol aktifitas Mia yang memiliki ambisi besar menggarap pentas teater bertaraf internasional. Mia ingin di sisa usianya yang tinggal beberapa bulan lagi, ia bisa mempersembahkan karyanya di bidang teater kepada masyarakat, agar perjalanan hidupnya happy ending.
[caption caption="Salah satu scene dalam film Iam Hope"]
Ditengah proses berobat jalan, Mia terus berusaha untuk menawarkan naskah teaternya ke beberapa PH ternama, dengan selalu mendapat support dai saudara kandungnya Maia (Alessandra Usman). Incarannya adalah PH milik Bayu, seorang produser ternama yang karyanya sudah dikenal masyarakat. Disanalah Mia bertemu dengan David (Fachry Akbar), yang belakangan mereka menjalin asmara. Dan atas jasa David pula naskah Mia bisa diterima oleh Bayu dan mempercayakan Mia untuk menggarap teater untuk pentas akbar nya.
Ditengah penggarapan dan persiapan pentas itulah klimaks dalam film ini terjadi. Beberapa konflik bermunculan dalam cerita. Dari mulai kecemasan ayah Mia tentang kondisi kesehatannya, jadwal kegiatan latihan teater yang kontra dengan saran medis yang mengharuskan Mia istirahat total, dan ambisi Mia untuk menggarap pentas teaternya hingga selesai seprti dalam naskah. Sementara sel kangker yang menggerogoti tubuhnya mulai menjalar ke rongga paru parunya. Harapan hidupnya kian tipis, dan tim dokter hanya bisa berusaha sesuai prosedur ilmu medis.
Dalam kondisi serba sulit namun penuh optimisme, Mia berjuang melawan penyakitnya, dan berjuang meggapai impiannya. Sementara orang orang disekelilingnya sangat mencemaskan kondisinya. Ada yang mendukung nya teater, dan ada yang pula yang lebih mengutamakan kesehatannya agar dijadikan prioritas.
Hampir sepanjang film ini, separuhnya adalah adegan di pentas teater, sebagian lagi di rumah sakit, dan sisanya adegan di rumah keluarga Raja Abdinegara. Semakin mendekati akhir cerita, alur dalam cerita film semakin meremas remas perasaaan penonton, ditambah adegan konflik keluarga antara Mia dengan ayahnya, Mia dengan Maia, dan Mia dengan kekasihnya, David. Â Beberapa penonton perempuan saya lihat menumpahkan emosinya dengan menangis, dan sebagian lagi menonton dengan mata berkaca kaca.
Film ini penuh dengan surprise, syarat dengan perjuangan, ambisi, dan citacita, dengan dibumbui kisah asmara yang memberi nuansa aura tersendiri.
Bagaimana ending ceritanya? Apakah impian Mia untuk mementaskan teater bakal terwujud?, apakah Mia bisa melewati masa kritis dengan selamat, atau justru mengalami cacat permanen karena seringnya melakukan kemotherapi? atau malah meninggal sesuai prediksi medis mengenai sisa usia Mia?.
Silakan saksikan ending ceritanya di film garapan sutradara Adilla Dimitri dan diproduseri oleh Wulan Guritno, I’am Hope.
[caption caption="Enakan nonton rame rame, beli tiket sekalian"]
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H