Saking lahapnya menikmati kedua olahan iga pedas, saya kelupaan mencicipi olahan iga goreng dan iga bakar, makanya saya tidak bisa menjelaskannya disini. Tapi menurut teman samping saya yang mencicipinya, daging iga bakar lebih keras dibanding iga goreng, tapi keduanya sama sama memiliki rasa bumbu yang lezat ngangenin.
Untuk sop iganya, aroma lada dan rempahnya sangat tajam dan menggugah selera, mirip masakan madura yang khas dengan aroma rempah, meski kebagian kuah dan hanya sedikit sayur dan daging iganya, saya cukup puas dengan racikan bumbunya yang mirip Syahrini, cetar dan membaha.
Sehabis makan saya ke toilet untuk mengambil wudlu persiapan sholat dhuhur. Karena lokasi toilet berada di lantai dua, sayapun menaiki tangga menuju lantai dua. Sepanjang anak tangga sebelah kanan terpajang foto foto zaman kolonial dan zaman kompeni, dan diujung tangga teronggok sepeda motor tua zaman doeloe, sayapun tergoda untuk mengambil interior yang ada disekeliling tangga. Rasanya untuk menuju toilet saja membutuhkan waktu lama, karena beberapa kali saya berhenti untuk sekedar melihat foto dan membidik objek yang ada disekeliling saya.
Pemandangan yang tak kalah menarik dan mambuat saya menelan ludah adalah pajangan foto yang ada di toilet. Saya juga belum tahu maksud kenapa foto ini dipajang do toilet, saya hanya menduga si pemilik WarunKomando ingin pengunjungnya betah dii toilet kali yaa... ha ha ha...
[caption id="attachment_348837" align="aligncenter" width="300" caption="Foto Unik di Toilet Yang Bikin Melek"]
Berada di WarunKomando saya jadi lupa waktu. Banyak sekali objek kuno dan antik di pajang disini, dan kesan terakhir saya adalah pemilik WarunKomando itu cerdas, pengunjung dibuat berlama lama berada di warung dan dengan begitu jadi lapar lagi dan bakalan memesan makanan deh.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H