Mohon tunggu...
Nurul Hidayati
Nurul Hidayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Raden Intan Lampung, Progam Studi Sejarah Peradaban Islam

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Seminar Permuseuman, Menggali Kisah Kolonisasi Sukadana

5 November 2024   12:25 Diperbarui: 5 November 2024   12:38 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Transmigrasi /dokpri

Pada hari senin, 21 Oktober 2024, museum transmigrasi mengadakan seminar permuseuman dengan tema "Kolonisasi Sukadana-Metro" seminar ini bertejuan untuk menggali informasi mengenai kolonisasi di Sukadana pada masa kolonial Belanda. 

Dengan pemateri bapak Kian Amboro S.Pd. M.Pd. Beliau ialah seorang peneliti dan juga pengajar di Universitas Muhammadiyah Metro. 

Pada seminar tersebut bapak Kian Amboro menyampaikan materi mengenai " Kolonisasi Sukadana, Menggali Memori, Mengenali Masakini.

Kolonisasi adalah bagian dari kebijakan pemerintah kolonial Belanda untuk mengatasi pemadatan penduduk di Pulau Jawa dengan memindahkan sebagian populasi ke wilayah Lampung. 

Lampung dipilih sebagai lokasi kolonisasi karena tanahnya pinggiran kota, penduduknya belum padat, dan masyarakat lokalnya ramah terhadap pendatang. Program kolonisasi ini dilaksanakan melalui beberapa fase yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri.

Fase pertama yang sering disebut dengan fase percobaan pada tahun (1905-1931) pada fase pertama ini pemerintah Belanda memilih gedong tatan sebagai wilayah kolonisasi pertama.

 Pada fase ini semua kebutuhan dan biaya kolonis ditanggung pemerintah kolonial. Pada fase percobaan ini banyak masyarakat kolonisasi yang kabur untuk kembali ke Jawa, hal tersebut menyebabkan kerugian terhadap pemerintah Belanda.

Kemudian kolonisasi fase perluasan pada tahun (1932-1941) pada fase perluasan ini wilayah yg dipilih ialah Teluk betung, Sukadana, Menggala, Kotabumi, Kota Agung. 

Pada fase perluasan ini pemerintah Belanda menggunakan sistem Bawon yaitu para kolonis bekerja membawon untuk mengumpulkan modal awal kehidupanya. Hasil upah bawon tersebut akan menjadi modal awal para kolonis membangun kehidupan barunya di tanah yang nantinya diberi oleh pemerintah.

Kemudian kolonisasi Wilayah Sukadana (1935). Kolonisasi Sukadana dibuka pada 25 maret 1935 oleh Residen Lampung H.R. Rookmaaker dengan membuka desa induk pertama di Bedeng 1 Trimurjo. 

Kolonis pertama berasal dari rakyat Mangkunegaran, Surakarta. Tiba di Trimurjo pada 3 April 1935, yang telah tiba sejak Februari 1935 dan membawon digedongtatan dan gendong dalem.

Proses kolonisasi di Sukadana ini meninggalkan jejak sejarah dan budaya yang masih ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun