KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4
Oleh : Nurul Hidayati, S.Pd
Calon Guru Penggerak Angkatan 9 Kabupaten Serang
Â
Mempelajari modul 1.4 mengenai budaya positif telah memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Dari modul tersebut, saya memperoleh pemahaman mendalam tentang konsep disiplin. Kita sering mengaitkan disiplin dengan tindakan yang dilakukan demi mematuhi suatu aturan, sehingga sering kali kata "disiplin" menciptakan persepsi yang kurang menyenangkan.
Menurut Ki Hajar Dewantara, keberadaan disiplin yang kuat adalah prasyarat penting dalam mencapai kemerdekaan. Meskipun disiplin tersebut bersifat "self-discipline," yang berarti kita memaksa diri sendiri dengan ketegasan, namun prinsipnya tetap sama. Jika kita tidak mampu melaksanakan self-discipline, maka orang lain atau pihak eksternal mungkin perlu untuk membimbing kita. Prinsip semacam itu harus ada dalam suasana yang bebas.
Sebagai pendidik, tujuan utama kita adalah menciptakan siswa yang memiliki disiplin diri dan motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. Modul 1.4 juga memberikan wawasan tentang nilai-nilai kebajikan universal yang telah diperkenalkan sebelumnya dalam modul 1.3. Â Nilai-nilai ini merupakan landasan utama dari perilaku kita, tanpa memandang perbedaan suku, agama, bahasa, dan latar belakang.
Dalam modul ini, saya juga mempelajari tiga motivasi di balik disiplin seseorang.
Pertama, motivasi untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, hal ini bersifat eksternal. Kedua, motivasi untuk mendapatkan penghargaan atau apresiasi dari orang lain, juga bersifat eksternal.
Ketiga, motivasi untuk menjadi individu yang diinginkan dan menghargai diri sendiri melalui nilai-nilai yang diyakini, dan hal inilah yang merupakan motivasi intrinsik yang diharapkan.
Modul ini juga menjelaskan perbedaan antara hukuman, konsekuensi, dan segitiga restitusi. Yaitu :
- Konsekuensi merupakan disiplin yang telah direncanakan sebelumnya, umumnya disepakati oleh siswa dan guru.
- Hukuman cenderung tiba-tiba dan tidak melibatkan siswa dalam prosesnya.
- Segitiga restitusi, merupakan proses untuk memungkinkan siswa memperbaiki kesalahan mereka dan kembali berinteraksi dalam kelompok dengan karakter yang lebih baik
Dalam segitiga restitusi, terdapat tiga langkah penting, yaitu :
- Menstabilkan identitas
- Memvalidasi  tindakan yang dilakukan,
- Menanyakan keyakinan kelas yang sudah disepakati sebelumnya.
Dan ketiga langkah ini mencerminkan budaya positif yang diharapkan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.
Dari mempelajari itu semua saya akhirnya menyadari bahwa selama ini yang saya ketahui bahwa motivasi seseorang untuk berlaku disiplin dengan mengharapkan penghargaan atau apresiasi dari orang lain itu ternyata tidak sepenuhnya bagus. Karena motivasi tersebut hanya berlalu smentara saja karena mendapatkan imbalan. Karena ternyata motivasi yang terbaik adalah karena motivasi dari dalam diri atau yang di yakini.
Beberapa hal yang terjadi setelah mempelajari modul ini mindset saya berubah, bahwa untuk mengubah perbuatan buruk atau pelanggaran disiplin tidak perlu menggunakan hukuman atau ancaman, namun sdengan cara menumbuhkan keyakinan pada diri murid.
Pengalam yang saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif ini antara lain : ketika saya mencoba menerapkan diri saya pada posisi manajer saat menangani masalah siswa ternyata lebih nyaman, emosi lebih terkontrol, siswapun merasa tidak barada pada pisisi terintimidasi, siswa meras lebih bisa mengungkapakan perasaan/alasan, dan merasa di hargai.
Pada 5 posisi control ini terutama pada posisi manajer, nampaknya lebih efektif jika di berlakukan pada pelanggaran yang bersifat individu, karena penanganan lebih pada 'curahan hati siswa" atau penyampaina perasaan yang bersifat memunculkan rasa.
Sebelum saya mengenal budaya positif dalam modul ini dalam menangani masalah siswa saya biasanya lebih pada posisi membuat rasa bersalah, saya merasa itu lebih efektif. Namun ternya ada posisi lain yang lebih layak untuk di terapkan yaitu posisi manajer.
Meskipun sebenarnya kita sebelum mempelajari modul ini sudah pernah menjalankan setitiga restitusi, namun kemungkinana belum berurutan atau tidak lengkap. Biasanya pada tahapan menstabilkan identitas sering terlewatkan.
Nampaknya pada modul budaya positif ini perlu juga untuk menambahkan bagaimana penangana masalah pada siswa dengan pelanggaran kedisiplinan yang lebih berat dan yang bersifat massal, seperti tindak asusila dan tawuran atau yang berkaitan dengan narkoba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H