Mohon tunggu...
Nurul Hidayat
Nurul Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - It's a wonderful life

Betapa sedikitnya pengetahuan kita tentang hidup, diri kita, dan dunia di sekitar kita.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bulan Puasa dan Peningkatan Daya Juang Pencari Ilmu

18 April 2022   20:17 Diperbarui: 23 April 2022   06:17 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi WNI di luar negeri  (Dokumentasi pribadi Farraz via kompas.com)

Memutuskan untuk menuntut ilmu hingga ke jenjang pendidikan tertentu bukanlah pilihan yang mudah untuk kebanyakan orang. Apalagi harus pergi jauh dari keluarga dan harus tinggal di lingkungan dengan budaya baru. Ada banyak kecakapan hidup yang baru bisa diasah oleh para penuntut ilmu, lebih dari sekedar pelajaran atau konten kuliah di dalam kelas.

Ketika masih tinggal serumah dengan orang tua, kebanyakan kebutuhan anak disiapkan oleh orang tua. Bukan hanya urusan makanan, sebagian anak tidak perlu mencuci baju atau bahkan menata kamar tidur. 

Anak-anak yang masih tinggal dengan orang tua biasanya tidak akan pusing dengan pengelolaan keuangan. Seperti yang umum kita lihat, kapanpun butuh uang, anak tinggal minta ke orang tua.

Situasi akan sangat berbeda ketika seorang anak memutuskan untuk menuntut ilmu ke tempat yang jauh dari orang tua sehingga ia harus meninggalkan rumahnya. Baik itu mondok di pesantren, sekolah yang berasrama, ataupun kuliah di tempat yang jauh.

Di saat itu, para pencari ilmu tidak hanya belajar pelajaran yang ada di kelas. Ia akan belajar tentang bagaimana cara mengelola kebutuhan. Belajar menata keuangan. Belajar bersosialisasi dalam lingkungan yang baru. Dan itu semua adalah pelajaran yang luar biasa.

Belajar untuk hidup memang tidak kalah penting atau bahkan lebih penting jika dibandingkan dengan belajar tentang keilmuan formal. 

Dengan meninggalkan kampung halaman, seseorang telah mengambil kesempatan untuk belajar untuk lebih mandiri menjalani kehidupannya.

Hampir semua sifat baik bisa dipupuk lebih cepat ketika seseorang hidup jauh dari orang tua saat menuntut ilmu. Termasuk kepedulian terhadap orang lain.

Contohnya ketika seorang mahasiswa memilih tinggal di kos dan berinteraksi dengan teman-teman satu kosan. Ini adalah kesempatan untuknya belajar tidak egois. Belajar peduli terhadap bukan hanya dirinya sendiri, tetapi kepada teman-temannya juga. Belajar berinteraksi dan membangun hubungan sosial yang baik.

Momen jauh dari keluarga inilah yang akan menjadikan seseorang lebih tangguh dan berdaya juang tinggi. Siap menghadapi ujian di kelas dan di luar kelas. Bisa memahami pelajaran di dalam kelas dan dalam kehidupan sehari-hari.

Menahan rindu untuk tidak bertemu dengan orang tua dan keluarga di rumah karena tempat belajar yang jauh juga dapat memupuk kedewasaan sikap. Seperti pada bulan suci Ramadhan, kebersamaan berbuka dan sahur dengan keluarga di rumah adalah aktivitas yang paling menyenangkan dan membahagiakan. 

Makan bersama sambil ngobrol bersama orang tua saat berbuka puasa dan sahur itu menciptakan kenangan bulan suci yang sangat indah.

Bagi penuntut ilmu di kota atau negeri orang, kebersamaan dengan orang tua di rumah tertahan sejenak. Tetapi hal ini tidak kemudian mengurangi rasa bahagia. Tetapi justru seseorang akan lebih menghargai betapa berartinya momen kebersamaan justru pada saat tidak bersama-sama. Jadi, dengan tinggal jauh dengan orang tua justru dapat meningkatkan kualitas cinta kepada orang tua.

Mahasiswa Menunggu Adzan Maghrib di Kantin, Malaysia. Foto: Dokumentasi Pribadi.
Mahasiswa Menunggu Adzan Maghrib di Kantin, Malaysia. Foto: Dokumentasi Pribadi.

Jadi, dengan seseorang merantau, maka akan memiliki kesempatan belajar lebih banyak. 

Selain belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan meningkatkan kecintaan kepada keluarga di rumah. Belajar di tempat rantau juga meningkatkan kemampuan pemecahan masalah seseorang jadi lebih baik. 

Ia memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar mengambil keputusan terhadap apa-apa yang ia hadapi sehari-hari. Ia memiliki cukup ruang untuk belajar mengambil resiko terhadap pilihan yang telah diambil. 

Dengan skill pemecahan masalah dan keberanian mengambil resiko ini, ia secara tidak langsung menanamkan salah satu karakter penting seorang pemimpin. Sehingga, ketika selesai studi, ia memiliki karakter yang unggul.

Di atas itu semua, mencari ilmu di lingkungan baru dan jauh dari orang tua adalah tentang daya juang. Bagaimana seseorang dapat berjuang menyelesaikan studinya. Berjuang untuk dapat diterima di lingkungan baru. Berjuang untuk membahagiakan orang tua dan keluarga di rumah. Berjuang untuk menjadi lebih kuat dan bermanfaat. Perjuangan itu lebih bermakna di bulan puasa seperti sekarang ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun