Metaverse (metasemesta) melampaui apa yang kita kenal dengan universe (semesta). Metaverse dibangun dari kata meta + universe. Meta itu bermakna beyond, melampaui.
Teknologi ini akhirnya mulai gencar direalisasikan setelah pertama kali dimunculkan dalam novel scifi berjudul "Snow Crash" pada tahun 1992.
Metaverse dalam bahasa yang sangat sederhana dapat kita artikan sebagai jejaring dunia maya tiga dimensi yang berfokus pada koneksi sosial. Kita berinteraksi secara sosial, tetapi di dunia maya. Kita dapat memiliki properti, tetapi di dunia maya. Sebagian ahli menyebutnya sebagai dunia kedua.
Sekarang kita semua hidup dalam abad-21. Kita hidup dalam zaman yang serba digital. Tulisan ini pun ditulis dan dibaca dengan alat digital. Tidak terbayangkan betapa lambatnya konektivitas kita di Kompasiana tanpa adanya internet dan smartphone yang kita miliki. Jadi, abad-21 telah menyediakan infrastruktur informasi baru yang sedemikan dahsyatnya. Infrastruktur informasi yang tidak ada di zaman sebelumnya.
Konsekuensi logis yang dibawa oleh infrastruktur informasi digital yang begitu pesat di abad ini adalah kerangka berfikir "beyond reality".Â
Kiranya inilah istilah yang pas untuk mendeskripsikan munculnya teknologi super canggih seperti augmented reality (AR), mixed reality (MR), dan virtual reality (VR).
Terhadap tiga teknologi digital tersebut, saya bisa pastikan bahwa saat ini persepsi dan penerimaan publik sudah positif terhadap AR, MR, dan AR itu. Sebagai bukti, kita boleh lihat betapa antusiasnya pakar pendidikan melakukan riset dan menjadikan ketiganya sebagai alternatif terobosan baru untuk memecahkan problem pendidikan masa kini.
Dengan AR, MR, dan VR, kesulitan-kesulitan pembelajaran di kelas dapat teratasi. Sebagai contoh, biologi molekuler kini dapat dengan mudah diajarkan kepada para mahasiswa dengan menggunakan teknologi beyond reality itu karena makhluk mikro bisa dihadirkan secara riil dalam dunia maya. Bahkan, jagad raya yang sebelumnya hanya direpresentasikan dengan gambar kini telah telah hadir secara tiga dimensi dalam realitas virtual. Mahasiswa sekarang bisa mengeksplor dunia mikro dan makro dengan kehadiran teknologi digital ini.
Metaverse adalah terobosan baru yang bisa membawa mahasiswa melihat dunia mikro dan makro itu, tetapi mereka dapat berinteraksi dengan mahasiswa lain di dalam dunia maya itu. Terasa riil walau di dunia maya.
Dengan demikian, metaverse adalah keniscayaan abad-21.
Memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan di Indonesia sangat penting. Supaya generasi muda Indonesia siap menghadapi kemajuan zaman. Yang lebih utama, konten materi untuk membekali mahasiswa tentang bagaimana mereka mengambil sikap terhadap metaverse ini tidak kalah penting dari konten materi metaverse itu sendiri. Tujuannya adalah supaya manusia yang memegang kontrol penuh atas teknologi metaverse, bukan sebaliknya.