Sebuah gagasan tidak ada gunanya jika tidak kunjung 'dilakoni'. 'Dilakoni' berasal dari bahasa Jawa 'lakon' yakni laku dan 'dilakoni' artinya dilakukan. Harus ada energi lebih untuk dituangkan agar sebuah gagasan tak sia-sia stagnan di awan pikiran.
Komunitas Generasi Baru Indonesia alias GenBI UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) menginisiasi program pemberdayaan masyarakat yakni program Hidroponik. Sebuah tim terbentuk dari berbagai kalangan mahasiswa GenBI UINSA secara perlahan namun pasti mensuksesi program Hidroponik untuk masyarakat sekitar.
"Mulai dari yang terdekat dulu" tutur Een Rizki selaku ketua Tim Hidroponik GenBI UINSA. Warga Wonocolo RW 5 menjadi segmentasi program terpilih atas berbagai pertimbangan, salah-satunya yaitu bahwa warga RW 5 adalah tetangga terdekat warga RW 4 yang lebih dulu sukses dengan Hidroponik kelompok warga mereka bernama KRPL (Kelompok Rumah Pangan Lestari) Serpis yang digagas oleh Ketua RW 4 Wonocolo, Hidayat atau sering disapa Pak Dayat.
Banyak sekali agenda yang harus digarap Tim Hidroponik GenBI UINSA. Mulai dari menghimpun keinginan masyarakat hingga terbentuknya kelompok dengan nama Kelompok Tani Mugi Lestari yang diketuai oleh Bu Nurul, lalu babat alas mencari lahan, sosialisasi hidroponik dari Pak Dayat selaku penggagas KRPL Serpis warga RW 4 yang lebih dulu sukses hidropeniknya untuk menstimulus semangat warga RW 5.
Kemudian agenda kunjungan ke KRPL-Serpis dari warga RW 5 sekaligus sharing dan pelatihan pembibitan. Serta pelatihan-pelatihan lainnya yang terus berlanjut. Hal ini tentu menjadi nilai pengalaman menarik bagi mahasiswa GenBI UINSA.
Seperti agenda terbaru, kemarin pada hari Rabu (27/10) Tim Hidroponik GenBI mengadakan pelatihan Administrasi bagi warga RW 5 yang tergabung Kelompok Tani Mugi Lestari binaan GenBI UINSA. Sekaligus dilanjut agenda urun rembuk pembangunan greenhouse Hidroponik yang sudah pada tahap eksekusi.
Greenhouse Hidroponik akan dibangun di atas lahan di kampung setempat. Tujuannya agenda pelatihan Administrasi ini untuk mempersiapkan warga Kelompok Tani Mugi Lestari setelah bangunan greenhouse terbentuk agar dapat siap secara menejemen dalam pengelolaanya. Kebutuhan administrasi yang paling mendasar adalah Buku Tamu bagi pihak luar atau warga lain yang berkunjung, jadwal pembibitan dan perawatan tanaman, serta jadwal piket bagi warga yang akan dibagi sama rata pengelolaannya.
"Masyarakat di sini itu sangat antusias Mbak, dan kita mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Bahkan petinggi-petinggi Wonocolo turun tangan langsung Mbak setiap warganya yang di RT masing-masing RW itu ditanyain siapa yang punya lahan mana dan berapa ukurannya. Intinya ketua kelompok tani dari RW 4 yang sudah berpengalaman bersama ketua kelompok tani RW 5 yang barusaja terbentuk saling berkoordinasi hingga membuat SK (red: Surat Ketarangan) Keanggotaan.
Mereka sangat semangat Mbak. Cuma ketika di tengah jalan memang ada kendala. Awalnya membludak sampai forum kapasitasnya ibaratnya tidak muat, tetapi semakin ke sini jadi apa nggih ya beberapa orang semakin kurang aktif, mungkin karena ada presepsi keraguan di masyarakat atau bagaimana. Tetapi dana sekarang sudah cair sehingga GreenHouse tinggal eksekusi, jadi Insha'Allah warga yang kurang aktif akan mulai datang dan bersemangat lagi." cerita Een.
Bank Indonesia sebagai funder dan pendukung penuh inisiatif ramling (ramah lingkungan) ini melalui GenBI. Hal ini menjadi kesempatan bagi Tim Hidroponik GenBI untuk merasakan ilmu dan pengalaman berinteraksi serta bersinergi langsung bersama masyarakat, sebagai representasi pemuda bangsa berdaya dan memberdayakan sesama.
Menghimpun keinginan masyarakat adalah kunci pemberdayaan dimana GenBI sebagai media inisiator sedangkan masyarakat-lah penggerak sesungguhnya. Inisiator dari warga Wonocolo sendiri sebetulnya adalah sosok Pak Dayat selaku ketua RW 4 yang telah membuktikan bahwa hidroponik bisa tumbuh subur di Surabaya yang notabene panas dan berpolusi. Sosok Pak Dayat yang sangat loyal, menjadi jembatan GenBI untuk menstimulus motivasi warga RW 5 - Wonocolo.
Sekali lagi, menghimpun keinginan masyarakat memang tidak mudah. Tetapi hal lain apa yang bisa diperbuat selain 'optimis' membantu lingkungan sekitar lebih baik. Mengingat kondisi udara di lingkungan kita semakin tidak ramah. Apakah matahari semakin mendekat? ya enggak lah, itu karena lapisan ozon bumi semakin tipis sehingga tidak dapat optimal menahan cercaan sinar matahari, di akhir mempengaruhi suhu udara kerak bumi dan mengganggu kesehatan kita. Apalagi saat ini khususnya di Surabaya banyak pembangunan yang membuat semakin sedikitnya lahan untuk menanam. Tentu akan fatal jika terus acuh dan membiarkannya, sehingga besar akan berdampak kepada regenarasi mendatang.
Een berharap kelanjutan dari program ini berjalan lancar. Terdekatnya semoga greenhouse bisa rampung sesuai harapan dan segera diresmikan oleh Bank Indonesia. Serta pengelolaan hidroponik oleh warga dari pembibitan bisa sampai panen. Minimal di awal dapat memenuhi kebutuhan anggota dulu.
Misalnya ada panen lalu dibagikan hasilnya kepada anggota baik untuk dikonsumsi sendiri atau untuk syukuran anggota, dan semacamnya. Sembil berjalan, GenBI UINSA akan mengadakan pelatihan kewirausahaan dengan orientasi Kelompok Tani Mugi Lestari ini dapat membuat prodak baru yang bisa dipasarkan. Contohnya KRPL-Serpis kini sudah ada prodak minuman "Kemaruk" (Kemangi dan Jeruk) yang sudah ada mangsa pasarnya. (hn)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H