Mohon tunggu...
Nurul Hanifah
Nurul Hanifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Menulis adalah pelarian. Pelarian yang membuatku terlalu nyaman dengannya dan tak ingin beranjak darinya :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembali Pulang

7 Januari 2024   06:57 Diperbarui: 7 Januari 2024   07:35 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bercengkerama dengan dingin di awal malam. Membangunkan rindu yang larut terlelap. Hening. Tak seperti malam-malam sebelumnya. Mungkin karena hari ini langit sedang menumpahkan kerinduannya pada bumi. Meski hanya menyapa pelan lewat gerimis. Membuat siapapun lebih memilih berdiam diri di rumah meski hari ini adalah penghujung minggu.

Kembali pulang tuk menenangi
Banyaknya luka yang berantakan
Peluk hangat sikap tuk sembuhkan
Kembali pulang bersama terang
Menghiasi diri merayakan
Genggaman tangan yang masih ada


(Kembali pulang-Suara Kayu ft. Feby Putri)

Suara Feby Putri masih dengan hangatnya mengisi luang kamarku. Membuatku ingin juga 'Kembali pulang'. Rasanya tidak ada mereka yang sedang jauh dari 'rumah' untuk enggan kembali lagi. Seperti merpati yang entah terbang sejauh mana pasti akan kembali ke rumahnya. Rumah yang membuatnya tenang di tengah ramainya dunia luar. Rumah yang membuat mereka bisa bernapas lega tak peduli seberapa kejamnya dunia memakinya. Rumah tempat ia bisa merasa hangat.


"Aku tak ingin pulang karena itu akan mengingatkanku pada masa lalu yang ingin sekali aku lupakan." katanya.


"Lantas sejauh mana kamu akan menghindar darinya?" tanyaku.


"Sejauh yang aku bisa hingga aku bisa menemukan 'rumah' baru untukku singgah dan menetap."


Pulang. Mencoba duduk bersanding dengan masa lalu. Berjabat tangan dengannya dan mulai bercengkerama. Mencoba berteman dengan trauma. Belajar menjadi manusia yang 'sesungguhnya'.


Adakah yang lebih mampu menghibur bahkan saat diri sendiri tak mampu melakukannya? Meski orang lain mencoba menggapai dan mencoba merangkul hangat sedihmu, nihil. Tiada yang mampu. Hanya diri sendiri. Meski itu harus pulang atau pergi untuk melupakan.

Pulang. Adalah sebuah pelarian licik untuk diri yang  tak lagi sanggup  mendengar riuhnya dunia. Pelarian dari candaan dunia yang tak lagi menjadi jenaka. Mencari kedamaian jiwa untuk mengisi lagi daya kewarasan.

Pulang. Menumpahkan kerinduan yang lama tertahan. Menenangkan jiwa yang rapuh ke dalam dekapan hangat tangan mereka.

Pulang. Hingga waktu telah usai dan berpulang dalam keabadian.

7-1-2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun