Mohon tunggu...
Nurul Hanifah
Nurul Hanifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Menulis adalah pelarian. Pelarian yang membuatku terlalu nyaman dengannya dan tak ingin beranjak darinya :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kecewa? Wajar, kok!

19 Agustus 2021   12:47 Diperbarui: 19 Agustus 2021   12:59 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang yang sedang kecewa dan frustasi (Sumber: unspash.com)

Pernahkah kamu merasa kecewa terhadap dirimu sendiri? Entah itu dikarenakan ketidakmampuanmu atau bahkan dikarenakan ketidakberdayaanmu? Ketidakmampuan ketika memang dirimu tak bisa menggapai di luar apa yang bisa kamu perbuat atau ketidakberdayaanmu ketika kamu memang tak bisa mengubahnya atau bersifat mutlak. 

Suatu hari saya benar-benar kecewa dengan diri saya sendiri dikarenakan saya tidak dapat menggapai yang menjadi harapan saya. Bukan karena tidak berusaha, tapi mungkin memang butuh waktu lebih untuk saya menggapainya. Sewaktu saya sekolah di SMA, salah satu mata pelajaran di sana adalah musik dimana diharapkan siswa dapat menguasai beragam alat musik di sana. 

Untuk pertama kalinya saya memegang alat musik yang bagi saya itu asing. Saya pikir mungkin saya bisa melakukannya, tapi ternyata tidak semudah yang saya bayangkan bahkan hanya untuk menyamakan irama dengan yang lainnya. 

Atau ketika penerimaan masuk perguruan tinggi. Saat itu saya sangat yakin dengan nilai saya, tapi mungkin takdir tidak berpihak kepada saya dan akhirnya saya pun tidak lulus penerimaan.

Ketika hal itu terjadi, saya cukup kecewa dengan diri saya karena saya tidak bisa menyalahkan siapa pun selain diri saya sendiri. Kenapa tidak lebih bekerja keras untuk berlatih? Kenapa tidak melakukan riset lebih terhadap pilihan yang ingin dipilih? Hal-hal inilah yang membuat saya kecewa dan stress. 

Dan mungkin ada kenapa-kenapa lainnya. Pada saat itu yang saya pikirkan adalah bagaimana itu bisa terjadi dan kenapa orang lain bisa, sedangkan sangat sulit bagi saya?

Pikiran-pikiran itulah yang membuat saya menjadi stress. Terlalu sulit untuk menerima keadaan dan terus menerus menengok ke belakang. Selain itu, juga dikarenakan tekanan-tekanan dalam diri saya untuk bisa menjadi unggul dan juga tuntutan-tuntutan harus mencapai sesuatu yang dibuat olah diri saya sendiri tentunya.

Terkadang saya iri dengan mereka yang memiliki ambisi yang besar untuk menggapai apa yang diinginkan. Tapi secara tidak langsung rasa iri itu membebani mental saya. Sehingga menciptakan tuntutan-tuntutan lebih terhadap diri saya. Dan akan merasa kecewa ketika semua tidak berjalan sesuai harapan.

Dari seringnya merasa kecewa itu, saya sadar. Saya belum mengenal diri saya. Saya belum bisa mensinkronkan antara pikiran dan perasaan sehingga saya sering merasa kecewa sendiri. Dan tentunya mental saya terlalu lemah bahkan untuk hal-hal kecil itu.

Nah, dari hal itu saya mempelajari banyak hal-hal baru. Hal-hal yang seringkali saya yakinkan pada diri saya adalah sebagai berikut.

1.Ketidakmampuan bukanlah sebuah dosa

Seperti yang kita tahu bahwa setiap orang memiliki kemampuannya masing-masing. Oleh karena itu ada yang namanya bakat, yakni kemampuan yang telah tertanam dalam diri setiap orang, bisa dikarenakan genetik, linkungan atau faktor lainnya. 

Mereka akan mudah melakukan hal-hal yang berhubungan dengan bakatnya itu. Namun di satu sisi mereka yang tidak memiliki bakat itu akan kesulitan dan memerlukan waktu lebih bisa menyetarai orang dengan bakat itu. 

Namun bukan berarti tidak bisa. Mereka hanya memerlukan waktu yang sedikit lebih lama dibanding mereka yang mempunyai bakat. Seorang teman SMP saya dulu pernah berkata pada saya bahwa 'orang pintar akan kalah oleh orang rajin' karena ada teman saya yang terlihat biasa saja pada saat itu mampu mendapat peringkat pertama dan bisa menyaingi si peringkat bertahan.

 Oleh karena itu, di saat rasanya kamu terlalu frustasi untuk menggapai suatu hal, kamu perlu menganalisisnya terlebih dahulu, apakah kamu memang kurang berlatih (kurang rajin), apakah kamu serius dalam melakukannya? Dan pertanyaan-pertanyaan terkait kegagalan itu. 

Satu hal yang pasti, ketidakmampuanmu itu bukanlah sebuah dosa, bukanlah sebuah cela dan itu wajar kok.

2.Ketidakberdayaan bukanlah sebuah akhir

Terkadang kita merasa kecewa ketika suatu hal terjadi di luar harapanmu seolah takdir sedang bercanda denganmu dan kamu tidak bisa mengubahnya. Melihat teman-temanmu lulus kenapa saya tidak. Apalagi sampai berpikir "oh apakah mereka ada 'orang dalam'-nya?". 

Mulai saat ini balikkan pikiran-pikiran yang tidak semestinya itu menjadi motivasi. Mulailah berpikir strategi-strategi baru untuk bisa menggapainya. Kamu hanya perlu ciptakan orang dalam itu untuk dirimu sendiri. 

Orang dalam itu adalah dirimu sendiri dan Tuhanmu sehingga kamu menjadi percaya diri untuk melalui itu dan untuk hal-hal lain ke depannya. Bukan berarti kamu menyerah terhadap takdir dan mundur tetapi bersiap untuk maju kembali.  

Kecewa mungkin adalah sesuatu yang wajar selama takarannya tidak berlebihan. Takaran? Memangnya timbangan dengan nominal-nominal angka pengukuran? Ya sesuai takaran, selama itu masih dapat kamu kendalikan dan tidak membuat dirimu jatuh. 

Selain itu, setiap orang memiliki masalahnya sendiri, mungkin bagi orang lain itu adalah masalah sepele tapi itu tidak selalu begitu untuk orang yang mengalaminya serta setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk menghibur dirinya sendiri, salah satunya dengan menerapkan keyakinan di atas.

Setiap orang mempunyai batas kemampuannya masing-masing. Akan tetapi, batasan itu bisa dilampaui juga, selagi ada mau dan juga mau mampu. Karena tidak ada kemungkinan yang tidak mungkin selama kita masih manusia dan hidup di dunia.

Stay safe and healthy teman-teman.. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun