Medusa dikenal sebagai salah satu tokoh mitologi Yunani, lalu apa hubungannya Medusa dengan Victim Blaming? seperti yang sudah banyak orang ketahui Medusa mengalami pelecehan secara sekseual, namun alih-alih didukung untuk mencari keadilan Medusa malah mendapat hukuman. Nah, jadi dapat kita simpulkan bahwa Medusa mengalami fenomena Victim Blaming. Lalu, apasih Victim Blaming  itu?  Victim blaming merupakan tindakan menyalahkan korban atas kekerasan atau tindak kriminal yang menimpa korban. Menurut Wijayanti & Suarya (2023) "Berdasarkan kajian yang dilakukan faktor-faktor penyebab munculnya perilaku Victim blaming yang dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu faktor dari dalam diri korban dan dari luar korban. Faktor dalam diri korban meliputi usia gender, serta sikap yang diambil dari korban ketika mengalami kekerasan seksual. Faktor dari luar korban meliputi adanya budaya patriarki, pendidikan, media massa, pola pikir, lingkungan, dan mitos perkosaan (rape myths)." Mari sadari penyebab dan dampak buruk dari Victim blaming pada korban pelecehan seksual. Faktor dari Dalam Diri Korban.Â
1. Faktor dari Dalam Diri Korban
Wijayanti & Suarya (2023) "Faktor ini disusun berdasarkan aspek-aspek seperti kondis Apa sih yang menyebabkan Victim blaming? Menurut Jurnal yang ditulis oleh Wijayanti & Suarya (2023) ada dua faktor yang menyebabkan orang menyudutkan korban (Victim blaming) yaitu, Faktor dari Dalam Diri Korban dan Faktor dari Luar Diri Korban.i serta perilaku yang terlihat pada diri korban."Â
- Usia
- Gender
- Respon KorbanÂ
2. Faktor dari Luar Diri KorbanÂ
 Wijayanti & Suarya (2023) "Faktor ini mencakup hal-hal dari luar diri korban yang dapat memengaruhi seseorang untuk               melakukan victim blaming."Â
- Budaya Patriarki
- Tingkat pendidikan dari masyarakat di lingkungan terjadinya kekerasan seksual
- Media massa dalam menampilkan kasus kekerasan seksual
- Pola pikir yang dimiliki oleh masyarakat
- Pengaruh dari lingkungan sekitar masyarakat
- Mitos perkosaan (rape myths) yang beredar di masyarakatÂ
Tentunya Victim blaming berdampak pada kesehatan mental korban, beberapa diantaranya adalah
- Isolasi Diri
- Melukai Diri Sendiri (Self harm)
- Menyalahkan Diri Sendiri (Self blaming)
- Menimbulkan Anxiety
- Depresi
- Perasaan Dikucilkan
- Perasaan tidak Berharga hingga Keinginan Mengakhiri Hidup.
Yuk kita kenali seperti apa Victim blaming terdengar
- "Harusnya ia lebih tertutup"Â
- "Kenapa dia tidak melawan?"
- "Seharusnya dia pulang sebelum larut"
- "Pakaian apa yang kamu gunakan saat itu"
- "Kamu yang memancing hal itu, bukan?"
 Segala pertanyaan dan pernyataan yang terkesan menyalahkan, meragukan, hingga menuduh korban dapat termasuk kedalam Victim blaming.Â
Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk menghindari fenomena Victim blaming? Â Â
- Mendengarkan korban dengan baik
Dengan mendengarkan korban, tentu kita dapat mencoba menempatkan diri pada kondisi korban sehingga akan muncul perasaan untuk mengerti kondisi korban.Â
- Memberikan dukungan lebih pada korbanÂ
Pastikan kita memberi dukungan penuh pada korban, agar korban tidak merasa hal yang menimpanya adalah karna kesalahannya serta agar korban mendapatkan keberanian untuk melapor kepada pihak berwajib.Â
- Menciptakan lingkungan yang mendukung
Dengan terciptanya lingkungan yang mendukung. Maka, korban akan merasa aman untuk melapor tanpa harus merasa dihakimi oleh siapapun.Â
- Meningkatkan empati pada korban
Kita dapat memposisikan diri atau berandai-andai bila kita berada diposisi korban. dengan begitu kita dapat meningkatkan rasa empati kita terhadap korban.
- Menutup celah pelaku untuk menyalahkan korbanÂ
Kita perlu menutup celah kemungkinan untuk pelaku dapat menyalahkan korban. Dengan begitu kita dapat mengurangi korban merasa hal yang menimpanya merupakan karna apa yang ia kenakan atau ia lakukan.Â
 Victim blaming sangat sering kita temui pada kehidupan sehari-hari, dengan dampak yang begitu fatal hingga dapat menyebabkan kematian pada korban. Oleh karna itu ayo kurangi perilaku menyalahkan korban, karena sejatinya kita adalah pihak yang diharapkan berlaku netral tanpa menghakimi korban, mari mendukung korban untuk memperjuangkan keadilannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H