Dewasa ini, pendidikan masih memegang peran penting dalam proses mobilisasi sosial. Tanpa pendidikan pola hidup kita hanya berjalan stagnan saja. Contoh saja dengan adanya pendidikan, memungkinkan seorang anak petani menjadi dokter. Kita bebas memilih kesukaan dan minat sendiri melalui pendidikan. Di sekolah menegah atas saja sudah ada kelas peminatan, secara tidak langsung kita sudah ditanting memilih kemauan kita. Ada kelas peminatan IPA, IPS dan bahasa, yang memiliki ciri khas dan penonjolan studi khusus masing-masing.
Pembelajaran adalah perangkat wajib yang harus dipersiapkan sebelum memulai pelajaran. Termasuk metode pembelajaran apa yang akan dipakai, muatan ajar apa yang akan diajarkan serta tujuan, dan hasil apa yang ingin dicapai. Dalam IPA menentukan metode yang akan dipakai sangat berkaitan erat dengan hasil yang ingin dicapai. Misal saja metode pembelajaran hands-on atau KPS (keterampilan Proses sains), metode ini mengedepankan keterampilan proses sains dalam memahami IPA. Seperti analisis, mencoba dan menarik kesimpulan. Siswa menguji materi dengan cara berpikir sains sehingga diperoleh konsulat versi pribadi yang tepat dan akurat berdasarkan hasil eksperimen.
Metode hands-on sangat tepat untuk melatih keterampilan psikomotorik siswa. Di mana siswa tidak sekedar menerima konsulat, tapi menguji konsulat itu sendiri sehingga didapat keyakinan yang mantap dan rasa tanggung jawab atas pengamatannya sendiri. Sejalan dengan sifat ilmu itu sendiri, yang bisa dikembangkan. Dengan keyakinan pentingnya metode hands-on dan semnagat siswa dalam menguji setiap materi, maka optimis sains bisa semakin berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H