Judul : Di Antara Nada-Nada dan Spektrum Warna
Pengarang : Tiara Amanda
Kategori : Cerpen Motivasi Remaja
Tanggal Lolos Moderasi : 28 Februari 2017
Sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-motivasi/di-antara-nada-nada-dan-spektrum-warna.html
- Tema
Cerpen yang berjudul “Di Antara Nada-Nada dan Spektrum Warna” ini bertemakan kekurangan yang ada pada diri seseorang. Hal ini dapat dilihat dari tokoh “aku” yang merasa bahwa dirinya memiliki kekurangan, karena ia adalah seorang tuna netra. Namun pada akhirnya tokoh utama tersebut menyadari bahwa ia juga memiliki kelebihan yang patut dibanggakannnya.
- Tokoh dan Penokohan
Penggambaran tokoh dalam cerpen ini adalah secara dramatik (tidak langsung), yaitu dengan ucapan, perilaku maupun jalan pikir tokoh. Tokoh dalam cerpen hanya ada dua, yaitu tokoh “aku” dan pianis yang dijumpainya. Berikut ini penokohan atau karakterisasi dalam cerpen tersebut :
- Tokoh “Aku” Tokoh “aku” dalam cerita digambarkan sebagai orang yang memiliki sifat tidak mau menerima segala sesuatu yang ada pada dirinya. Kekurangan yang dimilikinya membuat ia selalu merasa rendah diri dan ia pun merasa tidak memiliki kelebihan apapapun. Sifat tokoh yang demikian itu dapat dibuktikan dalam penggalan cerpen sebagai berikut : “Aku benci keadaanku ini. Aku benci terlahir seperti ini. Ada banyak hal yang ingin kulakukan, banyak hal yang ingin kucoba, tetapi kekuranganku ini selalu menghambatku, selalu menghalangiku dari mencapai apa yang ingin kucapai…Ini benar-benar tidak adil. Anak-anak lain seumuranku dapat melakukan berbagai hal yang mereka sukai. Mereka dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan. Aku? Berjalan dari rumah ke sekolah saja aku masihharus ditemani ibuku. Kekosongan yang amat hebat sering kali menghantam dadaku. Kekosongan yang muncul akibat kekuranganku ini. Sering terlintas dalam benakku, perubahan macam apa yang dapat terjadi pada hidupku jikalau aku dianugerahi pengelihatan? Akankah aku menjalani keihdupan yang benar-benar berbeda dari yang sedang kujalani sekarang? Dapatkah aku hidup seperti anak-anak lainnya seumuranku? Akankah aku menjadi lebih bahagia?”
- Tokoh Pianis Tokoh pianis yang terdapat dalam cerpen tersebut memiliki sifat sebagai berikut :
- Ramah Sifat ramah dari tokoh pianis dapat ditunjukkan dalam penggalan cerita, “’Hei.’ Sebuah suara memanggil dari dalam ruangan. Aku membeku, jantung berdegup keras. ‘Aku udah lihat kamu, jadi kamu gak perlu sembunyi-sembunyi lagi.’ Suara tersebut mengulang, dalam dan serak. Aku mematung di depan pintu, terkejut.
‘Masuk aja.’”. - Baik dan mudah bersahabat Sifat tokoh tersebut dapat dibuktikan oleh penggalan cerita, “’Aku main setiap hari kok. Jadi kalau kamu mau, kamu bisa datang lagi besok. Mungkin aku bisa mengajarimu cara bermain pula.’…’Aku tidak keberatan kok.’ Suara tersebut meyakinkanku dengan hangat.”
- Jujur dan sportif dalam memberikan pendapatnya Hal ini dapat dilihat dari kutipan cerpen,“’Kamu benar-benar berbakat!’… ‘Aku tidak bohong. Kamu itu jenius ya? Aku membutuhkan lebih dari setahun untuk menyempurnakan lagu itu dan kamu hanya membutuhkan beberapa menit setelah mendengarkan lagu tersebut untuk memainkannya!’ Ia berseru.”
- Mau memberikan semangat dan dukungannya atas bakat orang lain Hal di atas dapat dibuktikan dalam penggalan cerpen, “’Jangan biarkan kekuranganmu membatasi potensimu yang sesungguhnya.’ Kata-katanya kuresapi satu persatu, membangun rasa percaya diri dan keberanian di dalam diriku. ‘Kamu memiliki bakat yang tidak semua orang miliki. Kamu harus yakin dengan kemampuanmu!’ Mendengar hal itu, aku tidak bisa menyembunyikan rasa bangga yang tiba-tiba muncul dalam diriku, aku merasa aku bisa melakukan apa saja.”
- Latar Latar dalam cerpen di atas dibedakan menjadi 3, yaitu waktu, latar tempat dan latar suasana.
- Latar tempat Latar tempat dari peristiwa dalam cerpen adalah di sebuah ruangan musik yang ada di suatu sekolah. Hal ini dapat dibuktikan dari kalimat di dalam cerita, “Satu-satunya ruangan dengan piano di sekolah ini hanyalah ruang musik.”
- Latar Waktu Latar waktu yang terjadi dalam cerpen yaitu pada sore hari, sebagaimana yang ada dalam kalimat, “Aku tidak tahu pasti jam menunjukkan pukul berapa saat itu, tapi aku yakin matahari sudah terbenam. Kehangatan sinar mentari yang biasa kurasakan berdiri di samping jendela tersebut sudah lama memudar.”
- Latar Suasana
Dalam cerita tersebut pada awalnya menunjukkan suasana sunyi dan senyap dengan bukti, “Sunyi senyap. Aku tidak tahu pasti jam menunjukkan pukul berapa saat itu…” Kemudian cerita berlanjut menjadi alur yang menyenangkan karena tokoh utama mendengarkan musik dari piano yang indah dan juga perasaan kecewa saat music tersebut berhenti, sebagaimana terdapat dalam kalimat cerpen, “Seketika, kegelapan yang seharusnya terasa akrab di mataku berubah menjadi sesuatu yang begitu asing. Lantunan melodi yang memenuhi telingaku begitu vibran, begitu berwarna. Jika kuberkata bahwa aku telah menemukan definisi warna dalam setiap melodi yang mengalun di lagu ini, tidak akan ada yang percaya. Tetapi itulah yang kurasa, itulah yang kulihat. Lagu ini berbeda dari lagu-lagu lainnya yang pernah kudengar. Semua aspek dalam lagu ini dimainkan dengan begitu tulusnya, begitu indahnya… Kekecewaan melanda ketika suara piano yang tadinya membanjiri lorong kembali ditelan kesenyapan.”
Dalam cerita selanjutnya, tokoh aku dan pianis yang saling bersitegang membuat suasana berubah menjadi menegangkan.“’Aku buta. Mana bisa aku bermain piano seperti kalian semua yang memiliki pengelihatan?’ Jawabku, tiba-tiba kesal. Kesal terhadap apa, aku tidak tahu. Aku benci fakta bahwa jauh di dalam hatiku, aku ingin bermain piano. Aku ingin menciptakan nada-nada yang melebur menjadi suatu melodi yang dapat menyentuh hati banyak orang. Terlebih lagi, aku ingin jatuh cinta dengan musik itu sendiri. Tetapi bagian diriku yang lebih dominan selalu berkata ‘Tidak. Kamu tidak bisa.’ ‘Justru itu! Kamu mungkin tidak bisa bermain piano seperti kita yang bisa melihat. Tapi itulah yang membuatmu spesial!’ Ia terdengar sama frustrasinya denganku.”
- Alur (Plot)
Secara keseluruhan, alur yang digunakan dalam cerpen ini adalah alur maju. Hal ini dapat dilihat dari cerita yang bermula dari tokoh “aku” yang ingin pulang ke rumahnya, namun pergi ke ruang musik setelah mendengar lantunan nada piano. Kemudian ia bertemu dengan seorang pianis laki-laki yang ingin mengajarinya bermain piano karena bakat yang dimilikinya. Lalu, tahapan-tahapan alur yang ada di dalam cerpen adalah sebagai berikut :
- Pengenalan Situasi Cerita (Exposition) Tahap ini dimulai ketika tokoh “aku” yang sedang berjalan sendirian di lorong saat pulang sekolah pada suatu sore. Tokoh ini merupakan seorang tuna netra yang membuatnya berpikir bahwa ia tidak memiliki kelebihan apapun dari orang lain. Karena itu, ia menjadi orang yang rendah diri.
- Pengungkapan Peristiwa (Complication) Di tengah sedang kesepian dan kegelapan itu, tokoh utama mendengar lantunan suara yang indah dari piano. Ia pun bergegas mencari sumber suara itu. Lalu, ia beretmu dengan seorang pianis di ruang musik sekolahnya.
- Menuju Konflik (Rising Action) Pianis tersebut mempersilahkan tokoh “aku” untuk masuk. Setelah meminta pendapat tentang permainannya, pianis tersebut bergegas pulang karena hari beranjak malam. Sementara itu, tokoh utama tetap berada di ruang musik dan mulai memainkan piano sesuai dengan nada yang ia dengarkan tadi.
- Puncak Konflik (Turning Point) Pianis yang tadinya sudah pulang kembali lagi ke ruang musik setelah mendengar permainan dari tokoh “aku”. Ia malah memuji tokoh utama karena permainan yang dilakukannya dan ingin untuk mengajarinya bermain piano. Namun, tokoh “aku” masih merasa rendah diri karena ia buta dan malah melawan perkataan pianis itu. Mereka berdua sempat bersitegang.
- Penyelesaian (Ending) Pianis terus memberikan pernyataan agar tokoh utama mau mempercayainya. Akhirnya tokoh “aku” mau mempercayai hal tersebut karena sang Pianis terus memberikan dorongan kepadanya. Sejak saat itu, tokoh utama menjadi lebih percaya diri karena telah menemukan kelebihan pada dirinya yang patut ia banggakan.
- Amanat
Berdasarkan cerita tersebut, pelajaran yang dapat kita ambil adalah bahwa setiap orang pasti memiliki kekurangan. Kekurangan yang ada dalam diri kita itu hendaknya kita terima dengan tulus dan ikhlas. Sebab, dibalik kekurangan itu kita pasti memiliki suatu kelebihan yang patut kita banggakan.
- Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam cerpen ini yaitu sudut pandang orang pertama pelaku utama. Hal ini dapat dilihat dari tokoh “aku” (orang pertama) yang memiliki peranan penting dalam cerita. Ia yang membawa jalan cerita dan mengalami peristiwa dari awal hingga ke akhir cerita.
- Gaya Bahasa
Secara umum, gaya bahasa yang digunakan adalah penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun, dalam beberapa dialog anatar tokoh ada yang menggunakan bahasa gaul, seperti dalam penggunaan kata udah (sudah), gak (tidak), masuk aja (masuk saja), gimana(bagaimana) dan sebagainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H