Mohon tunggu...
Nurul Dwi Larasati
Nurul Dwi Larasati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Hiking enthusiast, blogger, movie lover

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

4 Tempat Kuliner Legendaris yang Masih Bertahan di Sekitar Cikini dan Gondangdia

6 Agustus 2024   01:46 Diperbarui: 6 Agustus 2024   17:11 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membuat sesuatu itu mudah, yang sulit itu mempertahankan. Kalimat tersebut benar adanya karena kalau nggak punya ciri khas atau keunikan, maka mudah tergantikan dengan yang lain. Begitu juga dengan kuliner yang semakin masif perkembangannya di era saat ini. Orang-orang berbondong-bondong mencicipi makanan atau minuman yang sedang viral.

Di tengah banyaknya pilihan kuliner, khususnya di Jakarta, masih ada yang bertahan keeksisannya. Bahkan sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Patut diacungi jempol pertahanannya di tengah keberadaan coffee shop atau restoran masa kini. Namun, ada 4 tempat kuliner yang masih bertahan di sekitaran Cikini dan Gondangdia. 

Saya bisa mendatangi tempat-tempat kuliner ini karena mengikuti Kotekatrip-23: Jelajah Kuliner Bareng Country Choice dan Wisata Kreatif Jakarta, pada hari Sabtu, 27 Juli 2024. Sebanyak 50 peserta dari pemenang giveaway dan Komunitas Traveler Kompasiana (Koteka) bertemu di titik kumpul Museum Djoang 45, Jakarta. Tentunya dipandu oleh tour guide profesional dari Wisata Kreatif Jakarta.

Peserta dibagi 3 kelompok dengan masing-masing tour guide. Kelompok saya dipandu oleh kak Mutia. Tempat-tempat kuliner yang kami datangi yaitu Roti Lauw, Warung Jamu Warisan, Toko Kopi Luwak dan Es Krim Tjanang. Semua kulinernya bisa kami cicipi sambil mendengarkan kak Mutia cerita dibalik bertahannya dan sejarah berdirinya. 

Roti Lauw

Siapa sih yang nggak kenal roti legendaris ini? Saya juga tahunya dari gerobak roti yang mangkal di pasar atau lewat depan gang rumah. Tokonya persis di sebrang stasiun Gondangdia dan samping Pasar Jaya Gondangdia. Toko roti ini milik Lau Tjoan To sejak tahun 1940. Sekarang sudah generasi ke-3 yang meneruskan bisnisnya. Pabriknya kini ada di daerah Pulogadung. Ibu Helmi sebagai penjaga toko cukup antusias menyambut kami. 

Dari depan toko roti Lauw nggak tampak istimewa. Pintu kaca dengan tulisan Roti Lau di atasnya dan etalase yang menjual aneka rasa roti. Roti dijual mulai dari harga Rp 8000an. Tiap peserta boleh mengambil 1 rasa roti dan saya pilih rasa keju. Saya juga membeli roti gambang yang jadi roti primadona seharga 10 ribu rupiah.

Roti Lauw masih bertahan di tengah maraknya roti kekinian yang di jual di mall atau supermarket. Toko yang sekarang ini sudah ada sejak 1948 dan nggak pernah pindah. Ini bukti bertahannya toko roti jadul dengan cita rasa yang masih sama. Kalau sedang main ke Gondangdia, jangan lupa mampir ya. 

Dok.foto pribadi
Dok.foto pribadi

Toko Jamu Warisan di Pasar Gondangdia 

Melipir ke pasar bukan buat belanja baju atau sayuran tapi minum jamu. Minuman khas tradisional dari bahan-bahan alami ini sudah digeluti oleh ibu Rini sebagai pemilik toko sejak tahun 1960. Ibu Rini meracik sendiri jamunya yang dijual seharga Rp15.000/botol ukuran 500 ml dari beras kencur dan kunyit asam. Jamu paling favorit yaitu jamu rimpang segar dari bahan biang jahe dan kunyit. 

Ibu Rini generasi kedua setelah ibunya pertama yang jualan. Semua racikan jamu asli dibuat dari tangannya sendiri, kelihatan dari jari-jari tangannya yang menguning. Warung jamu bu Rini pernah didatangi Presiden Joko Widodo saat renovasi pasar Gondangdia tahun 2014. Ibu Rini tinggal di Depok lho, bisa nih samperin langsung lihat proses pembuatan jamu nanti. 

Toko Kopi Luwak 

Tak jauh dari pasar Gondangdia, ada toko kopi luwak yang sudah ada sejak tahun 1930. Dulunya bernama Kopi Bubuk Aseli Cap Kenari. Dikelola oleh Xu Yilun atau akrab disapa Koh Lun. Toko kopi ini menawarkan aneka biji kopi dari robusta dan arabica. Harganya mulai dari Rp 140.000/kg.

Saat sesi wawancara bahasa Betawi Koh Lun kental sekali karena ia sejak lahir sudah di Jakarta, bahkan mengalami peristiwa 1998 yang menghancurkan toko-toko keturunan Tionghoa. Toko kopinya Koh Lun jadi sasaran juga. Meskipun ia keturunan Cina, tapi ia belum pernah ke sana. "Kakek saya dari Taipu, sampai sekarang saya nggak tahu itu di mana," kata Koh Lun. 

Selama kami berbincang sudah beberapa pelanggan yang mampir belanja kopinya. Kebanyakan kaum pria. Koh Lun juga sempat memperlihatkan mesin penggiling kopi yang telihat usang. Senangnya tiap peserta mendapatkan satu bungkus kopi robusta dari Koh Lun. Wajib coba! 

Koh Lun, pemilik Toko Kopi Luwak
Koh Lun, pemilik Toko Kopi Luwak

Es Krim Tjanang

Satu destinasi kulineran terakhir agak jauh di Cikini. Es Krim Tjan Njan atau Tjanang. Dulu jadi es krim langganan pak Soekarno. Bahkan beliau sempat memesan untuk acara besar Games of the New Emerging Forces atau Ganefo. Lim Sim Fie pemilik toko es krim yang sudah ada sejak tahun 1951.

Menyajikan bermacam rasa es krim seperti coklat, alpukat, vanila, kopyor, kismis, nougat, durian, dll. Satu cup dijual seharga Rp15.000, ukuran 0,6 liter seharga Rp70.000 dan 1 liter Rp85.000. Kini tokonya sudah berganti menjadi Hotel Cikini. Nikmat banget siang-siang makan es krim yang lezat.

Es Krim Tjanang. Dok. Foto pribadi
Es Krim Tjanang. Dok. Foto pribadi

Semua destinasi tempat kuliner sudah didatangi dan dicicipi. Belum kenyang rasanya, tapi setidaknya saya jadi tahu ada tempat kuliner yang enak dan berbeda dari biasanya. Sebenarnya masih banyak tempat kuliner yang awet bertahan di sekitaran Cikini dan Gondangdia, kali ini baru 4 tempat saja. Lain waktu bisa kunjungi tempat kuliner legendaris lainnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun