Begitu antusiasnya saya saat diinfokan mas Ony Jamhari bahwa Komunitas Traveller Kompasiana (Koteka) akan pergi ke Sukabumi bulan Januari. Dari dulu cuma rencana mau ke sana, tapi gagal terus karena enggak ada teman jalan. Akhirnya terwujud berangkat ke Sukabumi dengan menggunakan kereta Pangrango bersama 12 Koteker terpilih pada tanggal 28-29 Januari 2023.
Tiap bulan Koteka membuat perjalanan rutin atau biasa disebut Kotekatrip. Kali ini Kota Sukabumi dipilih karena ada salah satu destinasi wisata yang lumayan jauh dari suara berisiknya lato-lato. Paseban Fly Resort, sebuah kawasan penginapan berbasis alam yang berada di daeah Selabintana, Sukabumi, Jawa Barat. Sebelum berangkat, saya dan Ednadus sempat bertemu dengan direktur utama Paseban Fly Resort, Ibu Titi Purwaningsih, untuk mendapatkan gambaran mengenai tempat tersebut. Saat dijelaskan oleh bu dirut, saya seperti pernah datang ke tempat ini waktu zaman SMP dulu, cuma dulu namanya perkemahan Cipelang.
Sesuai dengam jadwal yang ditetapkan, tangal 28 Januari berkumpul di Stasiun Bogor sekitar jam 7-8 pagi karena kereta berangkat jam 08.20 WIB. Semua tiket sudah dipesan dan dicetak sesuai nama masing-masing peserta. Pagi itu perjalanan diguyur hujan dari Bogor-Sukabumi. Hasilnya saya enggak bisa melihat keindahan pemandangan dari kereta, langit pun mendung sekali. Namun waktu tempuh perjalanan sekitar 2 jam 10 menit enggak terasa lama sambil ngobrol tentang udang hias dan ikan koi dengan mas Rahab. Gerbong kelas ekonomi dipenuhi oleh penumpang, hampir enggak ada kursi yang kosong.
Sampai di stasiun Sukabumi rombongan Koteka dijemput oleh Pak Dwi dari pihak Paseban Fly Resort. Jadi, ada yang naik mobil jemputan dan sisanya menggunakan taksi online. Dari stasiun Sukabumi ke lokasi tujuan sekitar 45 menit dengan perjalanan yang lumayan lancar. Sesampainya di sana, dugaan saya benar kalau dulu pernah ke sini. Dulu namanya perkemahan Cipelang, sekarang semua berubah dan berganti nama Paseban Fly Resort. Akhir pekan itu, area perkemahan dipenuhi oleh pengunjung dari berbagai wilayah. Jejeran tenda berwarna merah, kuning dan abu-abu serta villa-villa full house.
Kami mendapati satu glamping dan tenda berukuran besar muat 6 orang sebagai tempat menginap. Dari atas glamping pemandangan terlihat 180. Melihat keseruan yang dibuat oleh peserta gathering dari sebuah perguruan pengobatan alternatif jadi hiburan kami. Kabut turun dari lebatnya hutan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Saya sempat berkeliling sampai jembatan aliran sungai yang jernih bersama mbak Bayu Hutami. Banyak yang berubah kawasan perkemahan ini sejak terakhir saya ke sini sekitar tahun 2005. Wah, sudah lama banget ternyata.
Malam minggu dengan udara yang dingin dikenyangkan oleh bandrek, mie instan, nasi goreng, nasi ayam penyet, teh manis hangat, dan bermacam gorengan. Sambil menikmati hidangan tersebut, Koteka mengumumkan Koteker of The Month January yaitu Pak Sutiono. Beliau dipilih karena anggota Koteka yang sangat aktif menulis mengenai pariwisata dan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh Koteka. Maka atas keputusan ketua dan para admin serta disaksilan oleh peserta trip, Pak Sutiono berhak mendapatkan gelar tersebut dan satu kaos Koteka sebagai bentuk apresiasi dari komunitas. Selamat Pak Sutiono!
Hari ke-2, Minggu, 29 Januari 2023 kami hiking ke Curug Cibeureum. Setelah sarapan dan sedikit stretching, jam 7.45 WIB kami mulai jalan, hanya mba Malica dan Hani yang enggak bisa ikut karena kurang enak badan. Estimasi waktu perjalanan kurang lebih 2 jam sampai di air terjun dengan rute yang terus menanjak sampai pos pertama. Napas dan dengkul diuji ketahanannya. Kami juga bertemu dengan si mahluk mungil pengisap darah yaitu pacet alias lintah gunung. Beberapa teman ada yang berteriak histeris mendapati pacet ada di selipan kaos kaki atau dibalik baju. Memang hewan endemik hutan hujan tropis ini pintar mencari celah untuk menyedot darah kita. Lucu juga sih melihat kepanikan mereka mengusir pacet.
Hiking enggak begitu terasa lelah karena sambil diselingi foto-foto, cerita, usir pacet, istirahat sejenak di tiap pos. Jalur yang dilewati juga sudah enak, jadi tinggal ikuti saja sampai air terjun. Suara aliran deras air terjun Cibeureum mulai terdengar dan akhirnya sampai juga setelah 1,5 jam jalan kaki. Yap, lelah kami dibayar oleh indahnya Curug Cibeureum. Cukup 1,5 jam kami habiskan sambil foto-foto, ngemil atau menikmati dinginnya cipratan air terjun. Perkiraan sampai di glamping sekitar jam makan siang. jam 12 an. Jalan pulang enggak begitu menanjak, justru kekuatan dengkul lah makin diuji untuk menahan licinnya jalan bebatuan.
Dari tadi saya bilang glamping terus, ada yang tahu apa artinya? Glamping kependekan dari Glamour Camping. Ini salah satu fasilitas penginapan yang ada di Paseban Fly Resort Sukabumi. Jadi campingnya bukan di dalam tenda, melainkan di mini villa. Fasilitasnya hampir kayal villa pada umumnya, ada kasur, kamar mandi di dalam, dapur, wastafel, lemari, dan balkon. Glamping memang sedang diminati bagi para pelancong yang mau berkemah tapi a la staycation.
Selaim glamping, fasilitas penginapan lainnya ada Cabin, Rumah Pohon (Villa), Tenda Camping. Bangunan tersebut enggak asal dibangun, tapi ada Rencana Pembangunan Sarana dan Pra Sarana dari pemerintah. Pastinya bangunan enggak boleh merusak alam. Harga penginapan Cabin sekitar Rp600 ribu, Glamping Rp 400ribu, Villa (Rumah Pohon) Rp800 ribu, Tenda Camping berbeda-beda, mulai dari Rp 150 ribu- Rp200 ribu sudah termasuk matras. Fasilitas lainnya yang disediakan toilet umum, tambahan kasur atau matras, serta peralatan camping lainnya. Jangan takut kelaparan juga, tinggal pesan makanan di kantin atau turun 15 menit ke Pondok Halimun.
Bagi pengunjung yang ingin camping dikenakan HTM sebesar Rp 45 ribu/hari. Biasanya mereka sudah siap membawa peralatan camping. Untuk hiking ke Curug Cibeureum dikenakan biaya Rp 20 ribu sudah termasuk asuransi dan jasa guide Rp100 ribu. Bagi yang membawa kendaraan pribadi enggak perlu khawatir cari parkir karena areanya luas banget. Enggak usah takut enggak bisa upadate media sosial karena Paseban Fly Resort menyediakan fasilitas WiFi. Sinyal provider handphone sulit didapat.Â
Kawasan Paseban Fly Resort milik Kehutanan, maka pengelolaannya dalam bentuk Izin Usaha Sarana dan Pra Sarana Wisata Alam (ISWA) yang dikeluarkan oleh BKPM pada tanggal 29 September 2020. Jangka izin usaha selama 55 tahun, jadi Paseban diberikan izin untuk mengelola kawasan dengan luas 4,09 hektar. Pada masa pandemi Paseban Fly Resort punya waktu untuk berbenah dan bulan Agustus 2021 mulai dibuka untuk umum. Ke depannya nanti akan ada wahana wisata lainnya juga.
Sayangnya cuma 2 hari 1 malam bisa menikmati alam di kawasan Paseban Fly Resort. Padahal suasanya bikin betah, mager dan healing pokoknya deh. Menghabiskan akhir pekan yang menyenangkan bersama Koteker di Sukabumi. Sambil menuju stasiun Sukabumi, menyempatkan foto-foto di kebun teh. Enggak lupa pulang bawa oleh-oleh mochi yang harus kami pesan lewat aplikasi makanan online. Sayang banget deh enggak ada toko oleh-oleh dekat stasiun.
Kereta Pangrango berangkat pukul 17.25 WIB dari Sukabumi. Lagi dan lagi saya enggak bisa melihat pemandangan selama perjalanan, akhirnya saya tidur aja deh. Sampai di stasiun Bogor sekitar jam 8 malam. Kami pun berpisah menuju rumah masing-masing. Kotekatrip yang menyenangkan sekaligus membayar rasa penasaram saya naik kereta ke Sukabumi. Bulan Februari bakal ngebolang ke mana lagi ya? Pantengin aja media sosial dan pengumuman di artikel Koteka bagi yang mau ikut.
Paseban Fly Resort
Jln. Selabintana Gg.Musa II
Sudajaya Girang, Kab. Sukabumi
Jawa Barat 43151
IG : @paseban.fly.resort
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H