Mohon tunggu...
Nurul Dwi Larasati
Nurul Dwi Larasati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Hiking enthusiast, blogger, movie lover

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bawa Pulang Memori Istimewa dari Purwakarta

1 Oktober 2022   23:34 Diperbarui: 2 Oktober 2022   18:37 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Impian saya menginap di sini/dokpri

Ternyata enggak cuma Yogyakarta saja yang punya kata istimewa, tapi juga Purwakarta. Namun bukan berarti jadi DIP alias Daerah Istimewa Purwakarta, enggak begitu konsepnya. Istimewa bagi Purwakarta itu karena punya sesuatu yang bisa dikenalkan oleh banyak orang. Saya rasa semua orang tahu Sate Maranggi dan Waduk Jatiluhur. Enggak hanya 2 hal istimewa itu saja dari Purwakarta, tapi juga destinasi menarik lainnya. 

Ketika mengetahui Komunitas Traveller Kompasiana (Koteka) akan mengadakan jalan-jalan ke Purwakarta di salah satu WhatsApp grup, saya langsung tertarik mau ikut. Namun saat itu belum dibocorin lebih banyak acaranya. "Sabar ya, masih negosiasi sponsor dulu,"kata mba Mira, Kompasianer Purwakarta sekaligus tuan rumah. Setelah sabar menanti sekian hari pendaftaran pun dibuka dan sudah ditentukan berangkat tanggal 24 September 2022. Sebanyak 14 peserta dan 3 peserta cadangan sudah dipilih lalu dimasukkan ke dalam grup WA Purwakarta Istimewa. 

Oh ya, kegiatan wisata ke Purwakarta ini sudah direncanakan sejak bulan Maret 2021. Karena pandemi Covid belum mereda, jadi diundur hingga akhirnya mantap dijalankan bulan September 2022. Tema kegiatan wisata kali ini "Rethinking Purwakarta Istimewa" menyesuaikan dengan tema Hari Pariwisata Dunia 2022 "Rethinking Tourism" (Memikirkan Kembali Pariwisata) untuk jadi sektor yang berkelanjutan (sustainability), inklusif, dan tangguh. Semoga Purwakarta menjadi kota yang seperti itu ya.

Halte UKI jadi titik pertemuan menuju Purwakarta. Sekitar jam 7 pagi kami berangkat menggunakan mobil elf. Untungnya enggak terlalu macet dan menghabiskan waktu 2,5 jam perjalanan. Sebenarnya dari pertengahan jalan saya sudah merasakan mual. Memang saya belum sarapan, cuma minum air putih saja dari rumah. Daripada merasakan lebih mual lagi saya tidur aja deh,eh pas bangun sudah sampai di gedung Dinas Kepemudaan, Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan (DISPORAPARBUD). Disambut dengan teriakan supporter futsal yang sedang bertanding. 

Kami disambut sangat baik oleh teman-teman panitia. Satu tas goodiebag berisi camilan khas Purwakarta langsung dibagikan. Di tengah cuaca yang panas, minuman jamu dingin @Herblasssusi rasa kunyit asam manis langsung nyesss di tenggorokan. Dahaga hilang seketika. Kemudian kami berkumpul di ruangan besar untuk saling berkenalan dengan para sponsor UMKM yang turut mendukung kegiatan wisata ini.

Perjalanan dimulai dari sini sambil disoraki teriakan supporter futsal/dokpri
Perjalanan dimulai dari sini sambil disoraki teriakan supporter futsal/dokpri

Oleh-oleh dari paras sponsor UMKM Purwakarta/dokpri
Oleh-oleh dari paras sponsor UMKM Purwakarta/dokpri
Berfoto di depan rumah dinas Bupati Purwakarta 
Berfoto di depan rumah dinas Bupati Purwakarta 

Ada 2 Snack box dari @Momdifood & @anyelircake_purwakarta, pastel dari @pastelkering_mini teh tubruk dari @perpusdes_sumurugul dan camilan kacang @nogakacang_ciganea @ondemitoha_meyhonk. Raos pisan lah sadayana. Kepala Bidang Pariwisata Disporaparbud Purwakarta, Bapak Acep Yulimulya juga turut menyambut kedatangan kami beserta para sponsor kegiatan wisata Rethinking Purwakarta Istimewa.

Tujuan pertama ke Taman Air Mancur Sri Baduga. Kami hanya berfoto saja di sini, nggak lihat atraksi air mancurnya karena adanya pada malam hari. Di depannya terdapat patung badak putih. Air Mancur Sri Baduga merupakan air mancur terbesar se-Asia Tenggara. 

Lanjut ke Bale Panyawangan Diorama Nusantara yang merupakan museum sejarah Nusantara. Di museum ini kita diajak untuk mengenal sejarah kerajaan -kerajaan Hindu dan Islam yang menyebar ke seluruh Indonesia, peradaban manusia di bumi. Materi sejarah yang disajikan menggunakan teknologi digital sehingga pengunjung nggak bosan.

Tak jauh dari Bale Panyawangan Diorama Nusantara, kami mampir ke Bale Indung Rahayu yang memiliki arti "Tempat Kemuliaan Ibu". Di museum ini berisikan cerita tentang perjalanan hidup manusia dari mulai dalam kandungan sampai akhir hayat, serta menjelaskan peran seorang ibu yang penuh pengorbanan merawat anak dengan sentuhan budaya Sunda. Ada kaulinan (mainan) khas Sunda juga kayak congklak, bebedilan, gaplek. Duh, jadi bikin nostalgia museum itu. 

Sate Maranggi, kuliner khas Purwakarta /dokpri
Sate Maranggi, kuliner khas Purwakarta /dokpri

Setelah isoma, kami mendatangi Galeri Wayang yang ada di lingkungan alun-alun. Sempat bertemu dengan Abah Djani si pembuat wayang golek dan Abah Djudju si pembuat instumen dari bambu. Saya beli 2 gelas bambunya seharga 10 ribu buat properti foto. Di dalam museum wayang tentunya banyak sekali variasi wayang golek dan wayang kulit. 

Rasa lapar makin menjadi, panitia pun segera mengajak rombongan untuk makan siang Sate Maranggi di Kampung Plered. Ini yang paling ditunggu-tunggu, terutama saya yang belum sama sekali mencoba empuknya sate yang terbuat dari daging sapi. Makan sambil duduk lesehan nggak masalah buat saya, asal sate Maranggi menemani. Enggak lupa sop daging sapi dan es jeruk juga turut mengisi perut kami. Ada yang tahu kata Maranggi artinya apa?  dari Mak Ranggi, nama pembuat sate tersebut. 

Energi telah terisi perjalanan dilanjutkan ke Litbang Keramik Plered. Di sinilah pusat pembuatan keramik dari tanah liat. Bertemu dengan Bapak Jujun Djunaidi menjelaskan tentang kondisi kerajinan keramik masa kini. Secara SDM memang ada penurunan kuantitas karena kaum mudanya memilih bekerja di pabrik. Namun secara kualitas dan karakter keramik Plered beda dari Yogyakarta dan Lombok. Untuk gerabah tanah Plered itu paling bagus karena tahan di suhu 1000C. Kekurangannya hanya di kuantitas, karena membuat 1 atau 1000 keramik, membutuhkan waktu yang lama sekitar 15 hari.

Impian saya menginap di sini/dokpri
Impian saya menginap di sini/dokpri

Kerajinan keramik khas Plered/dokpri
Kerajinan keramik khas Plered/dokpri

Tahu sejarah Nusantara dari museum ini/dokpri
Tahu sejarah Nusantara dari museum ini/dokpri

Tahu Hidden Valley Hills itu dari postingan teman-teman yang sudah ke sana. Kok bagus ya pemandangan dan penginapan di sana, saya bergumam dalam hati. Teman-teman Warga Kota Purwakarta mengajak kami berkunjung ke Resorts yang berada di ketinggian 362 mdpl. Benar-benar kece deh tempatnya bisa melihat sekeliling pemandangan gunung -gunung dan tol Cipali. Awalnya sebagai tempat peristirahatan pemiliknya, tahun 2018 diubah menjadi penginapan. Sayang saya nggak bisa bobo di sana karena melanjutkan destinasi selanjutnya. 

The last destination is Waduk Jatiluhur. Menikmati senja malam minggu di danau buatan itu. Matahari terbenam menjadi saksi kehadiran sekaligus perpisahan kami. Sebenarnya masih banyak tempat bagus di sekeliling waduk, sayangnya hari semakin gelap dan rombongan Koteka harus balik ke Jakarta. Di Waduk Jatiluhur kami berpisah dengan teman-teman panitia kegiatan wisata Purwakarta. 

Masih kurang puas main ke Purwakarta? Kurang dong! Memang nggak ada puasnya jika menemukan tempat seru untuk dijelajahi. Setidaknya pulang dari Purwakarta saya membawa memori istimewa. Masih banyak tempat-tempat menarik lainnya yang harus dikunjungi. Ayo Main (lagi) ke Purwakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun