Satu...Dua...Tiga...
Hitungan terakhir Ika untuk bapak Dodo Rozak ketika ingin dipindahkan ke penjara lain. Sejak saat itu, mereka berpisah untuk selamanya.Â
Film Miracle in Cell No.7 memang sudah menguras emosi sejak awal adegan. Karakter Dodo Rozak yang menyandang intelektual disabilitas sudah membuat saya terenyuh. Ditambah ia bekerja sebagai tukang balon keliling dengan mengayuh sepeda ontel butut. Â
Saya jadi berkaca pada diri sendiri bahwa keterbatasan nggak menghambat mencari rezeki. Tapi sayangnya Dodo Rozak diganjar hukuman berdasarkan pasal 340.Â
Ika Kartika Rozak, gadis mungil anak kesayangan bapak Dodo yang selalu menemani bapak berjualan dan bercita-cita ingin menjadi dokter. Murid SD ini selalu mengingatkan bapaknya untuk jangan lupa makan, jangan lupa ganti baju kalau kehujanan nanti masuk angin atau beli martabak pakai 2 telor bebek. Anak semata wayang ini lah yang "membebaskan" bapak Dodo dari fitnahan orang elit, meskipun terlambat 17 tahun.Â
Naasnya siang itu, saat Dodo Rozak sedang makan nasi omprengan di depan rumah orang kaya, ia melihat seorang anak gadis menangis karena anjing kesayangan mati.Â
Maksud hati Dodo ingin menghiburnya, malah ketiban masalah yang berakibat Dodo dituduh membunuh dan memerkosa anak kecil tersebut. Akhirnya ia dijebloskan ke penjara dan nggak bisa bertemu dengan Ika Kartika.Â
Di dalam penjara nomor 7 ia bersama 5 narapidana lainnya. Ada satu momen yang membuat Dodol diberi privilege oleh seorang foreman di dalam sel. "Kamu minta apa Do?", tanya foreman. "Anak," jawab Dodo. Dari situlah keajaiban muncul di dalam sel penjara.Â
Miracle in Cell No.7 merupakan film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan dinaungi oleh rumah produksi Falcon Pictures. Film ini sudah dibuat ulang di 6 negara yaitu Filipina, Turki, Uni Emirat Arab, Spanyol, India, Indonesia dan ke depannya nanti Amerika.Â