Mohon tunggu...
Nurul Dwi Larasati
Nurul Dwi Larasati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Hiking enthusiast, blogger, movie lover

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kotekatrip Merdeka, Semangat Menyusuri 5 Tempat Unik di Kota Tua Jakarta

21 Agustus 2022   23:04 Diperbarui: 22 Agustus 2022   17:18 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Aldy Sanjaya bertopi blankon (tengah). Dok.foto Ira Latief

Nikmat banget makan kerak telor dan es selendang mayang
Nikmat banget makan kerak telor dan es selendang mayang

Selendang Mayang di Museum Sejarah Jakarta 

Gedung tua itu terasa megah buat saya yang bertubuh mungil. Langit-langit atap tinggi ciri khas bangunan Belanda. Kami diajak masuk ke dalam Museum Sejarah Jakarta atau dikenal dengan Museum Fatahillah. 

Tempat ini berlantai 2, ada ruang  pengadilan di lantai 2 dan penjara bawah tanah. Saya sempat masuk ke penjara bawah tanah itu dan jujur rasanya kurang nyaman banget. 

Tempatnya hanya setinggi badan saya (sekitar 150 cm), luasnya sekitar panjang 3 meter dan lebar 4 meter dan menampung 50 orang tahanan. Di dalam ruangan gelap itu ada bola-bola besi dan rantai yang dulu digunakan untuk mengikat kaki tahanan. 

Terdapat 5 penjara bawah yang dibuka untuk umum. Katanya, kalau ada yang bisa "melihat" bisa merasakan kehadiran sosok tertentu. Untung saya nggak bisa. 

Daripada merasakan hal yang menakutkan, mendingan minum es selendang mayang. Saya pikir kayak es cincau, ternyata beda. Isinya dari kue dari tepung beras yang dicampur santan, gula dan pewarna makanan. 

Menurut saya mirip bubur sum sum sih. Dijual seharga 8 ribu rupiah satu gelas sudah bisa menikmati minuman tradisional khas Betawi. Kata selendang berarti dari kue kenyal yang berwarna-warni serupa dengan selendang pakaian adat Betawi dan mayang artinya manis. 

Ditambah sambil makan kerak telor seharga 25 ribu yang saya bungkus dengan wadah makanan. Setelah puas dengan makanan khas Jakarta, kami keluar dari Museum Sejarah Jakarta dan menuju tempat berikutnya. 

Kafe Acaraki

Mau di bawa ke mana lagi nih sama super guide Ira Latief? Saya dan peserta lain hanya bisa mengikuti langkahnya yang cepat . Mungkin kak Ira terbiasa jalan sama bule yang langkah kakinya jauh. Sampai di sebuah kafe yang mirip arsitekturnya di film Harry Potter. Tembok bata merah dan suasana klasiknya begitu terasa. "Ya inilah kafe jamu Acaraki," kata kak Ira Latief. Saya sempat nggak percaya kalau tempat ini kafe jamu karena peralatannya mirip kafe kopi kekinian. Setelah lihat menu dan bahan-bahan yang diletakkan di meja , ternyata benar dong kafe jamu. Acaraki mempunyai visi mengenalkan minuman jamu secara modern dengan cara meraciknya seperti di kafe kopi kekinian. Ada grinder, timbangan, cerek, teko, kertas penyaring, rok presso, aero press  bahkan metode V60. Cangggih nggak tuh minum zaman now. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun