Dalam sebuah novel bertuliskan...
Menulis terus dan terus berkarya.
Karena penulis yang baik dan tulisan yang bagus adalah tulisan yang diselesaikan.Â
Kutipan pesan di atas pernah ditorehkan di dalam novel karya dari seorang teman di Kendal saat saya singgah ke rumahnya. Senang sekali bisa mendapatkan suatu karya langsung dari empunya.
Lain hal dengan Thamrin Dahlan. Ia telah menyelesaikan ribuan artikel dan menjadikannya buku. Dalam kurun satu dekade ia mencetak puluhan buku dari hasil kumpulan artikel yang ia tulis.
Bagi para Kompasianer pasti sudah mengenal seorang Thamrin Dahlan. Aktif menulis sejak tahun 2010 di media sosial dan telah posting  sekitar 2800 artikel. Namun saya baru pertama kali bertemu dengan beliau saat ngumpul bareng Kompasianer lainnya di Coffee Toffee, Margonda, Depok (Selasa,190820).Â
Jujur saja saya merasa canggung sekali berada di tengah para senior Kompasianer. Beberapa orang yang sudah saya kenal seperti kak Andri Mastiyanto, kak Topik Irawan, Mba Muthia, Mba Annisa, Mba Hida, bisa membuat saya lebih membaur.
Pertemuan siang itu bukan cuma sekadar ngobrol biasa. Pak Thamrin Dahlan membagikan sebuah buku hasil karya tulisannya yang selama ia tulis di Kompasiana tentang pandemi Covid-19. "Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jakarta" judulnya dan merupakan buku ke 30 yang ia terbitkan tepat sepuluh tahun ia menulis. Â Saya sempat melongo mendengar fakta ini.
" Buku adalah mahkota seorang penulis," ucapnya.Â
Buku ini hasil kumpulan artikel yang ia tulis di Kompasiana bergenre reportase humaniora selama kondisi pandemi Covid-19. Judulnya pun diambil dari ketetapan resmi pemerintah dari tanggal 10 - 24 April 2020. DKI Jakarta seakan "dilumpuhkan" dari hilir mudik warganya maupun pendatang.Â
Buku PSBB Jakarta berisi 168 halaman. PSBB dalam buku ini terbagi menjadi 24 buah judul. Tiap judulnya punya cerita tersendiri. Depok, kota tempat tinggal saya sekaligus tempat peluncuran buku tercantum di halaman 34 buku ini. Aduh, bangganya saya.
Sayangnya, setelah baca buku PSBB Jakarta ini masih banyak saya temukan kata yang typo (salah ketik) dan tanda baca yang kurang lengkap. Hal ini jadi kurang nyaman buat saya. Mungkin Pak Thamrin Dahlan tidak melewati proses editing, jadi langsung cetak. Ke depannya bisa gunakan jasa editor ya pak. Oh ya, foto profil Pak Thamrin Dahlan tidak ada jadi seakan misterius penulisnya.
Daftar buku yang telah terbit antara lain Bukan Orang Terkenal (2012), Catatan Seorang Purnawirawan Polri Edisi 1 dan 2 (2013), Prabowo Presidenku (2014), Magnet Baitullah (2015), Bukan Hoax (2016), Dua Belas (2017), Does Poeloeh (2018), Selamat Bekerja Kabinet Indonesia Maju (2019), Jakarta Terendam Banjir (2020).
Itu judul buku yang saya ambil satu dalam setahun. Karena dalam setahun bisa 3, 4 buku ia terbitkan. Tahun 2020 saja sebenarnya sudah 5 buku yang diterbitkan. Tentunya semua bukunya sudah ber-ISBN (International Standard Book Number), nomor unik yang digunakan buku-buku secara komersial.
Kalau kita mau buat buku dan ada nomor ISBN nya bisa juga lho. Cukup memberikan naskah karya dan kirim ke Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (UPTD) dengan menghubungi nomor Pak Thamrin Dahlan ( 08159932527) atau thamrindahlan@gmail.com.
YPTD tidak akan memungut biaya sepeserpun dan akan mengurus nomor ISBN ke Perpustakaan Nasional, lalu mencetak buku. Saya jadi tertarik dengan tawaran ini. Mau juga dong saya punya buku sebagai dokumentasi karya sendiri.Â
Pertemuan yang mengesankan setelah sekian bulan di rumah aja. Seakan saya mendapatkan energi baru untuk terus menyelesaikan tulisan-tulisan saya berikutnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H