Sang paman terus mendukung Amos Bardi bernyanyi dengan mengikuti kontes menyanyi. Tak disangka ia lolos ke final Piala Margherita, sebuah penghargaan tertinggi di Tuscany. Amos Bardi pun melaju terus sampai ia menjadi pemenang.
Namun insiden kecil terjadi saat ia menyanyi di acara pernikahan, suaranya berubah, yang ternyata ia mengalami pecah suara. Lumrah bagi anak laki-laki yang beranjak dewasa.
Untuk menutupi kekecewaannya, ia masuk sekolah hukum. Sayangnya, buku yang dipelajari tidak menggunakan huruf braille sehingga Amos Bardi kesulitan membaca. Sebelnya sang guru tidak mentolerir kekurangan Amos.
Amos Bardi pernah membuat grup nyanyi bernama Adriamos (Andriano dan Amos) bersama temannya. Bukannya mendapat pujian, malah ia dicaci.
Tawaran menjadi pianis di bar diambilnya karena ia tak mau bekerja yang para tuna netra kerjakan pada umumnya menjadi tukang pijit atau operator telepon.
Di bar tersebut ia bertemu dengan pujaan hatinya, Elena. Bisa dibilang jenjang pendidikan Amos berjalan mulus sampai ia lulus dan menjadi pengacara.
Berkat bantuan salah satu temannya di bar, Amos dipertemukam oleh sang Maestro bernama Suarez Infiesta yang mengajarkannya bernyanyi tenor yang benar. Tentunya dengan kegigihannya dan didikan sang maestro, Amos mendapatkan kesempatan bernyanyi bersama para penyanyi ternama
dan menjadi penyanyi tenor ternama di dunia dari Italia.
Andrea Bocelli, Si Penyanyi Tenor Buta yang Sukses Dari Italia
Film yang berdurasi kurang lebih 115 menit membuat saya kagum akan sosok tuna netra ini. Takdirnya sebagai tuna netra tidak membuat Amos Bardi putus asa, malah menemukan talenta luar biasa.
The Music of Silence atau La Musica Del Silenzio dalam bahasa Italia dibintangi oleh deretan pemain yakni Tobi Sebastian, Luisa Ranieri, Jordi Molla, Antonio Banderas, Ennio Fantastichini, Nadir Caselli, Alessandro Sperduti, Francesco Salvi, dll.
Pesan yang saya ambil dari film ini adalah Tuhan tidak akan membiarkan hambaNya hidup dalam kesia-siaan, pasti ada potensi lebih yang dikembangkan. Kebutaan yang dialami Amos Bardi dalam film atau Andrea Bocelli pada dunia nyata menyadarkan saya akan beruntungnya terlahir dengan fisik sempurna.